Diusung jadi salah satu andalan CBS Films di tahun ini, “Hell or High Water” akan membawa penonton ke sebuah perjalanan kriminal sepasang kakak beradik di tengah gersangnya Texas.
Mereka adalah Toby Howard dan Tanner, diperankan oleh Chris Pine dan Ben Foster. Keduanya memulai film ini dengan aksi teror mereka dalam melakukan perampokan di dua cabang Bank Texas Midlands. Yang menarik, keduanya tidak digambarkan sebagai perampok ulung. Kadang terasa kesan komedi yang coba diperlihatkan dari kombinasi Tanner yang punya emosi bersumbu pendek dan Toby yang lebih tenang.
Yang namanya penjahat, selalu pasti ada sosok protagonisnya. Di film ini, mereka diwakilkan oleh dua orang Texas Rangers, Marcus Hamilton dan Alberto Parker, yang diperankan Jeff Bridges dan Gil Birmingham. Keduanya memutuskan untuk melakukan investigasi akan perilaku perampokan kedua bank, semenjak kasus pelaporan ini yang tidak mau diusut FBI. Keduanya pun memulai aksi kejar-kejaran polisi dan maling, guna menangkap pelaku.
Film berdurasi 102 menit ini sebetulnya sudah dirilis di Cannes Film Festival pada pertengahan Mei 2016, sebagai salah satu official selection untuk kategori Uncertain Regard. Film kriminal ini disutradarai David Mackenzie, yang juga sempat menyutradarai “Perfect Sense” dan “Young Adam.” Mackenzie membawa penonton untuk masuk ke usaha penangkapan yang awalnya dikemas seperti sebuah tontonan serius, namun lama kelamaan terasa tidak serius.
Bicara penampilannya, mungkin sudah tidak akan terlalu sulit untuk bagi Jeff Bridges untuk memerankan sosok countryman, seperti yang sempat kita lihat “Crazy Heart.” Namun, ketimbang karakter Marcus Hamilton yang punya intuisi luarbiasa namun rasis, saya lebih menyukai peran Tommy Lee Jones sebagai Sheriff dalam “No Country for Old Men.” Untungnya, Bridges didampingi Gil Birmingham yang karakternya suka jadi bulan-bulanan di film ini.
Dari pemeran utamanya, saya cukup tidak menyangka dengan Chris Pine. Pine membuktikan bahwa Ia bukanlah aktor yang hanya bermodal tampang. Ia juga mampu memperlihatkan kualitas akting, dengan rupanya yang lebih brewokan dari biasanya. Di sisi lain, Ben Foster jadi pelengkap yang pas, lewat karakternya yang temperamen dan the real bad boy di film ini.
Yang membuat saya cukup menyukai film ini adalah bagaimana film ini dikemas Mackenzie dengan menyatukan potongan-potongan gambaran sinematik di sepanjang ceritanya. Sinematografi yang diatur Giles Nuttgens menghadirkan tampilan shot-shot berlatar pemandangan indah yang sepi dan berkesan tenang. Kisahnya pun tidak dikemas terlalu complicated, serta dilengkapi musik pendukung yang terbilang oke. Overall, this was a good movie. But, do not expect too much.