Siapa yang tidak asing lagi dengan franchise Star Wars? Sejak diakusisi oleh Disney, LucasFilms kembali melanjutkan kisahnya yang sudah dimulai sejak 2015 lalu. Di tahun 2016 ini, sebelum menelurkan episode kedelapannya, hadirlah film ini. “Rogue One: A Star Wars Story” adalah sebuah kisah dari dunia Star Wars, sebuah aksi para pemberontak melawan kekuasaan Imperial.
Kisah film ini diawali dengan memperkenalkan tokoh utama film ini, Jyn Erso, yang diperankan oleh Felicity Jones. Jyn merupakan putri tunggal dari Gallen Ero dan Lyra. Ayahnya, Gallen, yang diperankan oleh Mads Mikkelsen, sebetulnya adalah seorang kepala ilmuwan di Imperial. Gallen-lah yang merancang Death Star, salah satu kekuatan militer Imperial yang mampu menghancurkan planet-planet.
Film ini dimulai saat Jyn kecil harus terpisah dari kedua orangtuanya. Orson Krennic, salah satu petinggi Imperial, berusaha untuk menangkap Gallen dan keluarganya. Jyn kecil ditugaskan untuk bersembunyi. Di saat yang bersamaan, Krennic berhasil menemukan Gallen. Di pertemuan tersebut, Lyra pun menampakkan dirinya dan berakhir dengan kematiannya. Jyn kecil pun diselamatkan oleh Saw Gerrera, diperankan oleh Forest Whittaker, seorang pemimpin pemberontak.
15 tahun kemudian, Jyn mengubah namanya menjadi Lianna Hallik, sebagai aksi penyamarannya. Jyn ditahan oleh pasukan Imperial dan sedang menjalani masa penahanan. Disaat yang sama, seorang pilot kargo imperial bernama Bodhi Rook, diperankan oleh Riz Ahmed, membawa sebuah pesan untuk para pemberontak dari Gallen di Jedha. Bodhi bertemu dengan Cassian Andor, diperankan Diego Luna, seorang intelijen kelompok pemberontak. Aksi pun kemudian terjadi di Jedha. Jyn kemudian berhasil diselamatkan kelompok pemberontak. Jyn kemudian dijadikan oleh para pemberontak untuk menghubungkan mereka dengan Gallen, dan sebuah misi rahasia bagi Andor untuk membunuh Gallen.
Sebagai salah satu cerita dari dunia Star Wars, film yang disutradarai Gareth Edwards ini tidak menghadirkan nuansa Star Wars pada umumnya. Film ini tidak dibuka seperti cara franchise ini memulai kisahnya, lewat sebuah paragraf pendek yang bergerak seakan menjauh dari pandangan penonton.
Tepatnya, menyaksikan “Rogue One: A Star Wars Story” adalah sebuah science fiction dengan setting dunia Star Wars. Jangan harap untuk bertemu Han Solo apalagi Luke Skywalker. Cerita film ini dirancang oleh John Knoll sejak 10 tahun yang lalu, dan sempat ditulis oleh Gary Whitta, sebelum akhirnya Chris Weitz dan Tony Gilroy yang menyelesaikan naskahnya. Bicara ceritanya, saya merasa “Rogue One: A Star Wars Story” punya pola cerita yang sangat sederhana: kunjungi planet atau bulan – adegan aksi serang-serang – karakter film tewas – planet dihancurkan – kunjungi tempat lain, dan berulang. Film berdurasi 133 menit ini kan menghancurkan 3 tempat: Jedha, Eadu dan Scarif. Melelahkan.
Baru mulai di menit-menit awal film ini, saya sudah cukup kecewa. Adegan pertemuan Krennic dan Gallen dilatari oleh visual effect yang sangat terlihat jelas. Kekecewaan ini tidak berhenti walaupun adegan-adegan berikutnya ditampilkan setting ala dunia Star Wars yang unik dan futuristik.
Bicara musiknya, Michael Giacchino lumayan berhasil untuk menghadirkan irama score yang masih agak sedikit bernafaskan gaya John Williams. Score-score megah dengan orchestra cukup mendominasi gaya penceritaan film ini, karena selalu muncul hampir di sepanjang film.
Pemeran utama film ini, Felicity Jones kurang berhasil mengalahkan akting Daisy Ridley sebagai Rey di “Star Wars: The Force Awakens.” Begitupun dengan Diego Luna yang menjadi Andor. Saya malahan tertarik dengan karakter Chirrut Imwe dan Baze Malbus, dua karakter pendukung yang diperankan Donnie Yen dan Jiang Wen. Donnie Yen benar-benar memukau saya dengan sosoknya sebagai orang buta bertongkat yang jago beraksi. Imwe mungkin tidak bisa melihat secara pasti, namun kekuatan Jedi seakan memberika penglihatan baginya. Ujarnya, “The force is with me, and I one with the force.”
Secara keseluruhan, “Rogue One: A Star Wars Story” tidak memberikan sebuah kesan berarti. Film ini terlalu menumpuk dengan aksi tanpa henti yang membuat saya cukup lelah. Walaupun agak mengecewakan, namun saya masih cukup excited untuk menantikan Episode ke-8. Trust goes both way.