Sebagai debut featured pertamanya, Sofia Coppola berhasil menyajikan misteri kematian Lisbon Bersaudara dalam “The Virgin Suicides.” Bersetting di tahun 70-an, film ini berkisah dari sebuah suburb yang terlihat biasa yang tiba-tiba menjadi national phenomenon semenjak usaha bunuh diri pertama yang dilakukan si bungsu, Cecilia.
Cerita diawali dengan kepindahan Ronald Lisbon, diperankan James Woods, beserta istri dan kelima putrinya di Grosse Pointe, Michigan. Istrinya, yang diperankan oleh Kathleen Turner, adalah penganut Katolik taat dan cukup protektif terhadap kelima putrinya. Kembali ke usaha bunuh Cecilia, Ia untungnya berhasil diselamatkan. Usaha bunuh diri dilakukannya di kamar mandi dengan usah memotong urat nadinya di bathtub.
Dari hasil pendekatan Dr. Horniker, yang diperankan Danny DeVito, pada Cecilia, Ia memberikan rekomendasi agar keluarga Lisbon mau mulai memberikan kesempatan anak-anak untuk membuka diri mereka dengan lingkungannya. Mrs. Lisbon kemudian membuat sebuah pesta kecil-kecilan di basement rumahnya, dengan mengundang sekelompok anak lelaki sekitar. Tanpa disangkanya, perayaan yang khusus dirayakan untuk Cecilia berakhir dengan tragis. Cecilia yang dari awal sudah mulai memperlihatkan kecurigaan berusaha melompat dari jendela kamarnya. Di kali kedua ini, Ia tidak terselamatkan akibat tusukan pagar pembatas.
Kematian Cecilia malangnya menjadi enigma masyarakat sekitar dan menjadi bahan pemberitaan nasional. Namun, selang kematian si bungsu, kedua orangtua Lisbon Bersaudara mulai perlahan-lahan melonggarkan sistem parental mereka. Atas permohonan seorang heartrob di sekolah bernama Trip Fontaine, diperankan oleh Josh Hartnett, berhasil memberikan kesempatan bagi empat putri ini untuk menghadiri homecoming party. Tetapi apa daya, putri mereka yang paling attraktif, Lux, yang diperankan oleh Kirsten Dunst, berhasil melanggar batas kelonggaran yang diberikan. Hal ini berlanjut pada babak baru bagi para putri ini: mengaktifkan paranoid sang Ibu.
Sepanjang 97 menit, “The Virgin Suicides” kian menuai pertanyaan dalam benak saya. Mulai dari makna judulnya, motif banyak karakter yang terlibat, hingga misteri kekuatan dominansi sang Ibu Lisbon yang super protektif, tetapi tidak terlihat dengan jelas. Sofia Coppola mengadaptasi ceritanya dari sebuah novel laris Jeffrey Eugenides di tahun 1993. Memang ada sedikit perubahan dalam versi ending-nya, namun ini tidak mengubah esensi ceritanya.
Dari kelima pemeran Putri Lisbon, karakter Lux menjadi yang paling diingat buat saya. Karakter yang diperankan Kirsten Dunst ini selalu mencuri dan unggul di adegannya, terutama lewat penggambaran karakternya yang sangat menggoda, cantik, tetapi juga cukup punya jiwa rebel. Selain Dunst, James Woods dan Kathleen Turner juga lumayan berhasil menghadirkan sosok Ayah yang cukup tunduk pada sang Istri yang konservatif.
Saya suka dengan cara Coppola yang menghidupkan emosi misterius sepanjang filmnya. Ini sedikit mengingatkan pada film misteri Peter Weir “Picnic at Hanging Rock.” Soundtrack dari film ini juga cukup oke, yang berisi dari Carole King, Sloan hingga The Bee Gees. Overall, “The Virgin Suicide” pantas jadi sebuah cult. Ceritanya berhasil memperlihatkan transformasi para perempuan yang terkekang untuk menjadi seorang wanita, namun berakhir dengan tragis.