“Pemberang” yang merupakan film buatan Rapi Films ini menjadi salah satu usungan Flik.Tv dalam edisi Maret 2016, dengan berlatar Bulan Film Nasional. Penonton akan diajak kembali ke masa 1970-an kota Jakarta, yang masih bersih, tidak sumpek, dan cukup tertata.
Johan Arifin, diperankan oleh Sophan Sophiaan, adalah seorang pengacara muda yang sukses. Ia memiliki istri dan seorang anak yang bernama Tina dan Dewi, yang masing-masing diperankan Paula Roemokoy dan Dewi Rosaria Indah. Awalnya, semuanya terlihat begitu harmonis hingga akhirnya telrihat sosok Barman, yang diperankan Dicky Zulkarnaen.
Barman baru saja keluar dari penjara. Ia ingin membalaskan dendamnya pada Johan. Ia dibantu rekannya, Victor, yang diperankan oleh Soekarno M. Noor. Bersama Victor, Barman mengatur rencana untuk menghabiskan keluarga Johan secara perlahan-lahan. Ia datang ke Jakarta, dan diam-diam telah membuntuti keluarga Johan tanpa sepengetahuan mereka. Secara perlahan-lahan, Ia mulai meneror Johan maupun Tina. Johan mulai merasa ketidaknyamanan akan Ia dan keluarganya. Lain halnya dengan Tina, yang cukup terusik dengan sosok selingkuhan Johan. Teror ini semakin memuncak hingga Barman yang sebetulnya dikenal Johan, datang ke rumahnya dan tinggal beberapa hari ini.
Buatan tahun 1972 dan merupakan debut Hasmanan, sutradara Indonesia yang juga membuat film “Romi dan Yuli” serta film-film komedi Ateng. Hasmanan cukup membawa penonton untuk masuk ke cerita garapan Arifin C. Noer yang cukup berputar-putar dengan teror-meneror yang agak dilebihkan. Semuanya juga berkat garapan musik Hazime Kaburangi yang menyajikan irama cepat yang mengusik emosi.
Film ini cukup berhasil menjadi runner-up Piala Citra tahun 1973, dan kalah dari film “Perkawinan”-nya Wim Umboh yang cukup menggondol habis seluruh nominasi teknikal dan film terbaik. Hebatnya, dua-duanya sama-sama dibintangi Sophan Sophiaan. Film ini juga berhasil meraih dua piala lainnya, yaitu untuk Dicky Zulkarnaen sebagai Aktor Pendukung Terbaik dan Dewi Rosaria Indah sebagai Pemeran Anak-Anak Wanita Terbaik.
Dari versi restorasi yang saya tonton, color grading film ini terlalu dominan ke merah, yang membuat pada saat karakter Dewi memakai seragam, seragam SD-nya yang seharusnya berwarna merah tua menjadi coklat.
Salah satu yang menonjol lainnya adalah editing film ini yang dikerjakan Casim Abbas. Abbas tahu betul bagaimana Ia harus menghadirkan kesan penuh misteri atau ketegangan-ketegangan dari variasi shot-shot yang Ia gabungkan. Tidak heran, beberapa penonton mengganggap kalau ini merupakan salah thriller Indonesia terbaik berkat kerapian editing Abbas, yang terbilang menarik pada masa itu.
Secara keseluruhan, film ini masih terbilang cukup baik untuk ukuran sebuah thriller. Walaupun sudah dibuat hampir 45 tahun yang lalu, tidak ada salahnya menyaksikan “Pemberang,” salah satu contoh film bagus dari masa lampau.