Sebagai salah satu film keluarga terbaik yang pernah dibuat, “E.T. the Extra-Terrestrial” menawarkan konsep cerita yang menarik namun simpel: persahabatan seorang anak bermasalah dengan makhluk luar angkasa. Film garapan Steven Spielberg ini sempat menduduki posisi sebagai the highest grossing film sejak tahun 1982 setelah mengalahkan “Star Wars”. Setelah bertahan selama 11 tahun, “Jurassic Park” garapan Spielberg lainnya menggeser posisi tahta tersebut.
Kisah film ini sebetulnya berawal dari kondisi keluarga Mary yang berantakan. Mary, yang diperankan oleh Dee Wallace, adalah Ibu beranak tiga yang baru di tinggal cerai suaminya ke Mexico. Anaknya yang pertama adalah Michael, yang diperankan oleh Robert MacNaughton. Putra sulung ini merupakan penggemar american football yang senang menggoda adik pertamanya, Elliott, yang diperankan oleh Henry Thomas. Sedangkan yang paling bungsu, yang paling sarkas juga bernama Gertie, yang diperankan oleh Drew Barrymore.
Namun, penonton tidak akan menyaksikan mengenai drama keluarga Mary di awal film. Awal film ini mengisahkan tentang adanya kedatangan alien yang sedang melakukan penelitian di sebuah hutan. Namun, karena ketahuan oleh agen pemerintah, para alien ini langsung kabur, dan tersisa satu diantara mereka yang berusaha bertahan. Alien yang tertinggal ini kemudian ditemukan oleh Elliott yang secara tidak sengaja menemukannya. Akhirnya sosok alien ini dikenal dengan nama “E.T.” dan menjadi penghuni baru rumah Mary.
Yang menarik adalah terjadinya semacam hubungan psikis antara E.T. dan Elliott. Keduanya seperti saling terhubung, dan berpengaruh satu sama lainnya. Selain itu, E.T. juga berusaha untuk mempelajari manusia. Ia mencoba segala hal yang ada di kulkas, mengotak-atik segala peralatan elektronik, hingga akhirnya mencari cara untuk dapat menghubungi rekan-rekannya yang kabur untuk menjemputnya.
Ide cerita yang dinaskahkan oleh Melissa Mathison ini ternyata tidak hanya menggali ceritanya dari kisah hubungan Elliott dengan E.T. saja, melainkan cukup memperlihatkan bagaimana resolusi Elliott dengan keluarganya. Namun, bila melihat dari tema ceritanya utama, film ini agak cukup ditiru dengan film Bollywood “Koi… mil gaya.” Walaupun disangkal, banyak sumber yang mengatakan bahwa “Koi… mil gaya” ataupun “E.T.” sebetulnya sama-sama terinspirasi dari unproduced project “The Alien” milik Satyajit Ray.
Sebelumnya Spielberg sudah cukup dikenal dengan directorial pada genre sci-fi dalam salah satu cult classic-nya “Close Encounters of Third Kind,” yang juga memberikan nominasi Oscar pertama sebagai Best Director. Berbeda seperti pendahulunya, film ini dikemas dengan lebih menarik. Sebagai tontonan segala umur, Spielberg tidak perlu untuk berpikir keras untuk memberikan visualisasi yang penuh intelektual. Ia hanya perlu hal-hal simpel yang bisa membuat penontonnya menikmati imajinasinya: wujud alien E.T. sendiri, kemampuan E.T. untuk menghidupkan bunga chrysanthemum hingga sepeda terbang yang melegenda.
Bicara prestasi, selain sukses meraup pendapatan sebesar $792,910,554, film ini juga cukup sukses di ajang awards season di masanya. Dari 9 nominasi Oscar termasuk Best Picture dan Best Director, film ini berhasil meraih 4 piala untuk Best Sound, Best Sound Effects Editing, Best Visual Effects, dan Best Original Score. Score dalam film ini yang di rancang oleh salah satu composer film terbaik, John Williams, cukup sukses meraih banyak penghargaan: mulai dari Oscar, Golden Globe, BAFTA, hingga 3 Grammy untuk Williams. Salah satu track score yang paling ikonik dari film ini adalah “Flying.” Sebagai penggemar soundtrack, dari dua edisi soundtrack yang pernah dirilis, track “Flying” hanya terdapat dalam kaset versi original-nya saja entah kenapa.
Saya cukup menikmati film ini, mulai dari menyaksikan Henry Thomas yang cukup meyakinkan dengan perannya, hingga aksi Drew Barrymore yang masih kecil mendadani E.T. Ceritanya tidak bertele-tele dan cukup menarik untuk menyaksikan dialog serba singkat E.T. yang baru belajar bahasa Inggris secara otodidak dalam beriteraksi dengan ketiga anak. Salah satunya adalah quote memorable E.T. dari film ini: “E.T. phone home.”
Entah kenapa, kisah persahabatan Elliott dan E.T. yang diperlihatkan memberikan kesan yang cukup emosional bagi Saya, seperti ada kesan haru yang memberikan kebahagiaan ketika menyaksikannya. Dan perlu saya akui, formula film ini cukup berhasil menyentuh Saya dengan ceritanya. Sekali lagi, ini merupakan salah satu tontonan keluarga terbaik yang mengkaitkan kisah kehidupan manusia dan makhluk luar angkasa. Tetapi sebelum menyaksikan film ini, Anda harus tetap mengingat baik-baik bahwa ini film buatan 1982, sehingga jangan bandingkan dengan genre sejenis buatan sekarang.