“A Clockwork Orange” akan berkisah tentang Alex DeLarge, merupakan seorang pria muda yang terlibat dalam beberapa kejahatan. Mulai dari pemukulan, perampokan, hingga pemerkosaan yang dilakukan sampai korbannya meninggal di rumah sakit. Oleh karena itu, Alex, yang diperankan oleh Malcolm McDowell, harus masuk ke dalam sebuah penjara selama 14 tahun.
Menyaksikan salah satu film yang paling ngehits dari Stanley Kubrick ini, menghadirkan sebuah tontonan yang penuh dengan kekerasan, seksualitas, dan gaya futuristik. Kubrick kembali hadir dengan latar Inggris di masa modern lewat banyak interior unik, yang membuat film ini cukup ikonik. Salah satunya adalah setting pertama film, Korova Milk Bar, yang punya meja berbentuk wanita mengangkang dan dispenser susu dengan model wanita telanjang.
Saya cukup menyukai bagaimana Kubrick mau memulai film ini. Tatapan McDowell yang quirky diambil secara dekat, lalu perlahan-lahan kamera mulai menjauh dan menayangkan keempat pria muda yang seperti tergabung di sebuah gang berandal, dan memang benar. Kubrick juga masih mengandalkan bagaimana Ia bercerita, dengan memulai narasi serta perpaduan musik klasik.
Film yang berdurasi lebih dari dua jam ini, dapat dibagi kisahnya ke dalam 3 bagian. Pertama, adalah latar kehidupan Alex. Mulai dari bagaimana Ia melakukan aksi jahatnya, pemikirannya, orangtuanya, hingga barang kesukaannya. Bagian pertama ini cukup menampilkan sisi kelam yang dipenuhi dengan banyak simbol-simbol seks yang memenuhi. Mulai dari ornamen-ornamen, gambar telanjang yang dimodifikasi, hingga adegan threesome Alex yang di set fast forward. Bagian ini berakhir ketika Alex ditangkap dan masuk ke dalam penjara.
Bagian kedua dalam film ini menceritakan mengenai bagaimana Alex berusaha untuk menjadi lebih baik setelah di penjara. Ia berbuat baik, dan mencari cara agar dapat bebas secepat-cepatnya. Salah satunya adalah dengan menawarkan diri untuk mengikuti The Ludovico Technique, yang dapat anda saksiskan di film ini. Serta, bagian penutup memperlihatkan hasil akhir dari dunia Alex ketika Ia kembali ke dunia nyata.
Apa yang membuat film ini cukup menarik? Kisahnya. Tidak ada sosok protagonis ataupun jagoan dalam film ini. Sosok Alex memang cukup suram, tetapi saya menyukai bagaimana Ia pantas mendapatkan akhir ceritanya. Selain itu karakter Alex digambarkan cukup ikonik. Mulai dari topi khasnya, pakaian putih-putih, hidung pinokio, hingga tongkat panjang hitam multifungsi. Kubrick kembali lagi fokus dengan detil, dan cukup berhasil untuk mengadaptasi ceritanya yang berasal dari sebuah novella karangan Anthony Burgess.
Bicara tentang sensor, film ini merupakan film Kubrick yang punya rating X, dan tidak pernah mendapat larangan pada penayangannya di Inggris. Sebagai salah satu highest grossing movie di tahun 1971, film ini juga sempat mendapat 4 nominasi Academy Award untuk Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, dan Best Film Editing. 3 nominasi solo Kubrick tanpa suatu kemenangan.
Film ini memang cukup kontroversial di masanya, dan tidak dipungkiri “A Clockwork Orange” telah menjelma sebagai suatu klasik dari 70-an. Selain memainkan Simfoni 9 Beethoven, saya cukup teringat dengan lagu “Singin’ in the Rain”-nya Gene Kelly yang kembali dinyanyikan McDowell disaat-saat kegilaannya. Lagu klasik tersebut dipakai oleh Kubrick menjadi salah satu instrumen dalam aksi McDowell saat ingin memperkosa salah satu korbannya.
Salah satu adegan yang cukup fenomenal dan menurut saya cuku terkesan berani adalah ketika Alex menjalani perawatan teknik Ludovico. Perawatan fiksi ini memang cukup terbilang ekstrim, karena melibatkan mata. Mata McDowell sampai di anestesi dalam film ini karena tindakan tetes-menetes yang terus menerus dilakukan dan retinanya harus lecet karena penahan metal mata diujungnya. Saya cukup mengapresiasi bagaimana McDowell mau untuk menunjukkan sebuah totalitas dan professional pada film ini. Apalagi ketika dirinya yang Herpetophia, atau phobia reptil, disini harus berinteraksi dengan hewan kesayangan Alex, seekor ular bernama Basil.
Pada akhirnya, “A Clockwork Orange” mungkin tidak akan dikenal sebagai salah satu film terbaik, tetapi lebih tepat sebagai salah satu yang terkontroversi, berbahaya dan fenomenal dari Kubrick. Film ini juga kisahnya dengan satu kalimat penutup, “I was cured, all right!” disertai dengan sebuah imajinasi Alex melakukan seks dengan seorang wanita di atas salju dan di depan publik. It’s dangerously awesome!