J.M. Barrie sangat dikenal sebagai salah satu pengarang cerita klasik anak-anak lewat cerita “Peter Pan.” Kisah Peter Pan tidak hanya berhasil menjadi bedtime story saja, tetapi telah menjadi salah satu ikon, terutama sejak dibuat versi animasinya oleh Disney. Film ini merupakan salah satu sekuel kelanjutan yang menurut saya unofficial.
Melihat judulnya, film ini seakan berpusat pada karakter utama antagonis. Captain James Hook, yang diperankan oleh Dustin Hoffman. Sayangnya, film ini akan memulai tentang kelanjutan kisah Peter Pan kita yang sudah menjadi manusia, Peter Banning, yang diperankan oleh Robin Williams.
Spielberg, sutradara film ini punya cara yang menarik dengan opening scene film ini. Setting pertama bertempat di sebuah teater, dimana salah satu anak Peter, Maggie Banning, yang diperankan oleh Amber Scott. Tetapi yang menjadi perhatian saya adalah ketika kisah film ini yang dibuka dengan dentingan piano fantasi ala John Williams dengan tatapan beberapa anak yang secara serius menikmati drama tersebut.
20 menit pertama film ini akan terpusat tentang kehidupan baru Banning. Banning sudah punya dua orang anak, dan tentunya pekerjaannya sebagai pengacara yang super duper sibuk. Ia hanya bisa memberi janji-janji manis pada anak sulungnya dengan ungkapan, “My word is my bond.” Ketika itu pula, Peter mengajak keluarganya untuk mengunjungi Granny Wendy yang tinggal di London. Rangkaian kunjungan tersebut merupakan bagian untuk perayaan peresmian sebuah rumah sakit yang didedikasikan pada Granny Wendy.
Semua menjadi bencana ketika kedua anak Banning diculik oleh Hook. Peter yang sudah lupa dengan masa lalunya terpaksa untuk berusaha mengingat masa lalunya. Ia hanya ingat sampai bagaimana Granny Wendy, yang diperankan oleh Maggie Smith, mampu menemukan orangtua dari Amerika yang mengadopsinya. Selebihnya, Ia sudah lupa. Granny Wendy pun mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya dan memulai petualangan untuk menyelamatkan kedua anaknya.
Film yang digarap Steven Spielberg ini, akan cukup memuaskan penonton dengan durasi tontonan yang lumayan panjang, 142 menit. Saya akan cukup ragu bila film yang kesannya adalah “film anak-anak” memang ditujukan seperti kesannya. Menurut saya, film ini memang punya nuansa family yang cukup kental, tapi bagi saya akan lebih cocok bagi para orangtua anak-anak ini, sesuai dengan kisahnya.
Selain itu, film ini seakan mencoba menggunakan judul yang catchy, namun tidak punya fokus yang dalam sesuai judulnya. Saya rasa film ini akan lebih cocok dengan judul “Pan’s Return” atau lainnya, entahlah. Tetapi yang menurut saya cukup epik disini adalah bagaimana Steven Spielberg menampilkan sebuah kisah fantasi dengan perpaduan efek-efek yang belum secanggih saat ini, dengan pemain-pemain besar dan set-set megah dengan direksi tata letak yang sangat menarik.
Saya perlu memberikan pujian bagi Norman Garwood dan Garrett Lewis, art director dan set decorator yang menyajikan sebuah tampilan pirate’s world dan neverland dengan tampilan detil, megah, dan artistik. Yang saya senangi adalah bagaimana visualisasi tempat tinggal The Lost Boys dibuat, terutama dengan memadukan kolam-kolam dengan salju dan rumah pepohonan yang menarik.
Dari sisi pemain, film ini menghadirkan banyak bintang besar. Dustin Hoffman, Robin Williams, Maggie Smith, Bob Hoskins, hingga Julia Roberts yang berperan sebagai Tinkerbell. Penonton akan melihat Roberts di kala usianya yang masih 20-an, dengan rambut pendek. Sayangnya, efek kala itu kurang terlalu menunjang bagi pengembangan karakter Tinkerbell yang cukup saya anggap agak merusak tontonan dengan efek buatannya.
Sekali lagi, John Williams menghadirkan score-score menarik. Mulai dari opening theme yang cukup mencuri perhatian, lalu theme song film ini, dan juga score yang cukup mengingatkan saya dengan “Driving Miss Daisy” dikala bagian pertandingan baseball.
Dustin Hoffman yang seharusnya merupakan ikon di film ini memang tampil sangat mencuri perhatian. Hook digambarkan sebagai sosok antagonis yang hanya mau melawan Peter Pan disaat Pan berada di kondisi yang dikenalinya. Kadang saya merasa kekonyolan-kekonyolan Hook membuatnya sebagai salah satu antagonis yang seharusnya menyeramkan, namun lebih terkesan seperti badut lewat penampilan Hoffman. Walaupun bukan salah satu yang cukup fenomenal seperti saat Hoffman berakting dalam “Tootsie”, saya tetap cukup terhibur.
Walaupun bukanlah sebuah film terbaik dari Spielberg, yang konon menurutnya biasa saja, film ini mampu mengantongi 5 nominasi Academy Awards di tahun 1992. Lebih dari pada itu, film ini tidak hanya menjadi penghibur saja tetapi juga sebuah reminder bagi orangtua yang punya anak-anak kecil, seperti yang diungkapkan Moira dalam film ini, “We have a few special years with our children when they’re the ones that want us around, Then you’ll be running after them for a bit of attention. It’s a few years, then it’s over.”