Ketika bicara tentang perspektif, rasanya hal ini yang menjadi kunci untuk menghilangkan status sang protagonis ataupun si antagonis. Seperti ketika kita membaca sejarah, rasanya sang pemenang yang akan menulis kisahnya, sampai menjadikannya lawannya musuh besar. Seperti yang pernah diangkat Disney lewat “Maleficent,” ada satu lagi cerita karakter yang selalu kita kenal sebagai sang antagonis. Sebagai suatu jebolan di akhir 2024, “Wicked” akhirnya berhasil masuk ke layar perak setelah eksis lama di panggung Broadway.
Cerita diawali dengan kematian peri hijau di kota Munchkinland, yang kemudian membawa hadir Griselda, diperankan oleh Ariana Grande, si peri cantik. Mereka bernyanyi bersama, sampai seorang anak perempuan menanyakan apa hubungan Griselda dengan penyihir tersebut. Griselda pun menjawab jika mereka sempat berteman di sekolah yang sama, namun akhirnya memilih jalan yang berbeda. Dari sinilah kisah “Wicked” berawal.
Dilahirkan sebagai putri yang tidak dianggap, Elphaba, yang diperankan oleh Cynthia Erivo, sudah menikmati perlakuan yang berbeda sejak dini. Ia punya adik bernama Nessarose, diperankan oleh Marissa Bode, yang ketika besar menggunakan kursi roda. Keduanya merupakan putri Gubernur Thropp, diperankan oleh Andy Nyman, yang amat jelas memberikan sikap yang berbeda untuk kedua putrinya.
Suatu ketika, Nessarose memulai kehidupannya bersekolah di Shiz. Elphaba yang awalnya hanya ikut menemani, tiba-tiba diajak menjadi murid oleh Madame Morrible, sang kepala sekolah yang diperankan Michelle Yeoh. Morrible merasa Elphaba adalah seseorang yang memiliki kemampuan khusus, semua berkat kemarahannya yang berujung dengan atraksi sihir yang tak diharapkan. Saat itu juga, Griselda yang serba sempurna nan ambisius melihat Elphaba sebagai saingannya. Ia yang berupaya keras mendapatkan perhatian Morrible malah gagal dengan seseorang yang tidak punya. Ia kemudian punya rencana untuk menjadi rekan sekamar Elphaba.
“Wicked” merupakan adaptasi dari novel Gregory Maguire dari tahun 1995, yang mengambil setting sebelum kisah “The Wizard of Oz” yang fenomenal itu. Awalnya, tahun 2003, Stephen Schwartz sudah menjadikannya lebih dulu sebagai musikal di Broadway, dan merupakan salah satu musikal tersukses sepanjang masa. Dalam adaptasi ini, naskah yang ditulis Dana Fox bersama Winnie Holzman, akan terfokus pada babak pertama. Cerita babak kedua dan ketiga akan dilanjutkan lewat sekuel “Wicked” yang direncanakan dirilis di akhir tahun 2025.
Film ini disutradarai oleh sutradara Jon M. Chu, yang sebelumnya menyutradarai “Crazy Rich Asian” dan “In the Heights.” Berdurasi 160 menit, film ini sekilas terasa panjang, namun sebetulnya tidak terasa. Rasa musikal yang dihadirkan terasa sangat friendly dan jadi semacam hal yang saya nantikan setelah sekian lama dari musikal-musikal, khususnya di dekade ini.
“Wicked” mengusung dua penyanyi favorit saya, Cynthia Erivo dan Ariana Grande. Yang saya sukai akan penggambaran karakterisasi keduanya yang menghasilkan chemistry yang luar biasa. Karakter Elphaba yang tegas yang diwarnai dengan Glinda yang cheerful, comic, and lively. Rasanya, Grande mencoba keluar dari zona nyamannya. Tak heran keduanya langsung merebut spot aman untuk kandidat Best Actress for Leading and Supporting Role di musim penghargaan kali ini.
Walaupun cerita yang dihadirkan sudah terasa tidak asing, namun rasanya lewat visualisasi film akan lebih memanjakan mata. Upaya ini terlihat amat mengesankan dalam menggabungkan sisi teknis dan CGI di film ini. Salah satu yang cukup unggul adalah desain produksi yang mengemas setting sekolah Shiz, yang menghadirkan sungai dengan perahu sebagai alat transportasi kesana untuk mencapai kota itu. Kota Emerald yang sempat hadir di “The Wizard of Oz” juga kembali dijadikan dengan versi yang lebih relevan dan modern dari masa kini.
Dari aspek penyajian, film fantasi harus memainkan imajinasi penonton. Disini, “Wicked” tahu betul harus dibawa kemana. Sisi makeup yang sengaja diminta Erivo untuk tidak menggunakan CGI, menjadi salah satu ciri khas musikal ini yang dipertahankan. Penonton pun akan diajak bernostalgia ketika film ini menghadirkan Idina Menzel dan Kristin Chenoweth, kedua pemain asli musikalnya, yang menjadi cameo dan menyanyikan lagu “One Short Day.”
Pada musim penghargaan tahun ini, rasanya “Wicked” terasa amat aman untuk jadi salah satu contender kuat. Inilah yang membuat tidak herannya film ini berhasil di Golden Globes, sekaligus menyabet 10 nominasi di Academy Awards tahun ini. Melihat dari nominasi yang didapatkannya, saya rasa film ini mampu menyabet untuk kategori Best Production Design, Best Makeup, ataupun Best Original Score.
“Wicked” kembali menghidupkan rasa kangen saya sama film-film musikal. Setelah ditonton, akhirnya saya mengerti mengapa lagu ‘Popular’ menjadi amat populer untuk di cover di media sosial, dan sampai mengapa banyak orang yang sing-along ketika menyaksikannya di bioskop. Amat tidak heran, memang. Sebagus itu “Wicked” buat saya. Walaupun bukan jadi jagoan utama saya di musim penghargaan tahun ini, saya menantikan sekuelnya yang pasti masuk ke dalam watchlist saya. Wonderful!