Sosok Amy Winehoue terbilang amat tak asing buat saya. Penyanyi wanita asal Inggris ini telah menjadi salah satu favorit sejak lama. Melalui “Back to Black, kehidupan Amy Winehouse yang terbilang tidak baik-baik saja ternyata naik ke layar lebar.
Amy Winehouse, diperankan oleh Marisa Abela, dibesarkan pada sebuah keluarga keturunan Yahudi. Suatu ketika, sebuah rekaman demo yang dibuatnya berhasil memukau seorang manajer musik bernama Nick, diperankan oleh Sam Buchanan, yang lantas laun membawanya ke dapur rekaman. Alhasil, sebuah debut album berjudul “Frank” menjadi pilihannya.
Sayangnya, keberhasilan album pertamanya tidak berhasil membuat dirinya untuk diboyong ke Amerika Serikat. Pihak rekaman menuntutnya untuk melakukan stage act. Ia kemudian memutuskan untuk berpikir, seiring dengan pemikirannya yang berkata jika karya-karyanya adalah hasil pengalamannya. Singkat cerita, di tengah waktu tersebut malah membawanya bertemu dengan Blake Fielder-Civil, yang diperankan oleh Jack O’Connell, di sebuah bar. Amy yang masih mudah malah kepincut dengan Blake di pertemuan pertama mereka. Yang menyakitkan, Blake sudah punya kekasih, dan Ia tetap tak gentar.
Blake yang merupakan seorang video production assistant, sebetulnya sudah mengetahui Ia sedang berbicara dengan siapa. Ia pun kemudian memulai hubungannya dengan Amy. Malang, Amy yang tak bisa menahan emosinya sempat melukai Blake dengan cakaran tangannya. Hubungan tersebut pun kandas ketika Blake memutuskan untuk menghindari physical abuse yang dialaminya.
Sepeninggal Blake, kehidupan sang penyanyi makin mengalami kejatuhan. Cuma Ia masih memiliki seorang nenek bernama Cynthia, diperankan oleh Leslie Manville, yang terus mendukungnya. Tragisnya, Cynthia pun sedang mengidap kanker paru-paru dan membawa Amy ke dalam kejatuhan yang lain. Suatu ketika, Cynthia mengenalkan Amy dengan model rambut beehive, yang kemudian menjadi trademark Winehouse untuk pembuatan album berikutnya, ‘Back to Black.’
Cerita “Back to Black” ditulis oleh Matt Greenhalgh dan disutradarai oleh Sam Taylor-Johnson. Greenhalgh sendiri sebelum sempat menulis cerita biografi seperti “Film Stars Don’t Die in Liverpool” yang mengangkat kisah cinta aktris Gloria Grahame dan Peter Turner. Keduanya pun sempat berkolaborasi membuat “Nowhere Boy,” mengisahkan kehidupan awal John Lennon. Melihat track record keduanya, seharusnya bisa memberi jaminan awal akan tontonan ini.
Sayangnya, “Back to Black” menjadi suatu tontonan yang lebih ekstrim dari “Elvis” maupun “Judy.” Bila membandingkan dengan keduanya, film ini terasa terlalu memojokkan Amy. Sebagai seorang penggemar yang hanya menikmati musik ketimbang pro-kontra kehidupan Winehouse di media, malah menggiring opini jika Amy bukan sosok yang kuat seperti karakternya yang khas. Film ini justru membawa saya menyimpulkan Amy dari sisi yang lain: lunak namun destruktif, sekaligus amat buta dan bodoh akan cinta.
Dari segi penampilan, Abela terbilang terlalu cantik dalam menyajikan Amy. Penampilannya terasa semakin kuat menjelang babak kedua film ini. Namun, saya amat ragu jika Abela bisa menjadi salah satu kandidat kuat aktris terbaik di musim penghargaan mendatang. Justru, sosok Cynthia yang diperankan oleh Leslie Manville, yang cukup menuai perhatian. Manville yang sempat bermain dalam “Mrs. Harris Goes to Paris” hadir sebagai pendukung yang mampu menyejukkan sosok karakter utama.
Suguhan film ini juga akan dihidupkan dengan musik-musik Amy Winehouse. Walaupun bukan terbilang sebagai suatu musikal, upaya Abela untuk bernyanyi bak Winehouse terasa lebih menonjol ketimbang upaya menghidupkan karakternya dari segi akting. Film ini juga memberi tahu saya jikalau Winehouse lebih menginginkan dirinya dilihat sebagai penyanyi jazz, yang sayangnya tidak difokuskannya dalam karier bermusiknya.
Lalu, apakah “Back to Black” direkomendasikan? Kalau menurut saya, tontonan ini terbilang biasa saja. Alur ceritanya yang terasa terlalu cepat juga kurang membuat bagaimana kehidupan Winehouse diceritakan dengan detil. Setidaknya, reka ulang film ini membuat saya mengerti tentang cerita dibalik trademark Winehouse, sekaligus tato-tato yang melumuri tubuhnya.