Ketika seseorang masih kecil, seringkali orang akan bertanya ‘kamu cita-citanya ingin jadi apa?’ Seiring bertambah dewasa, jikalau ternyata tak sejalan, cita-cita itu akan terpendam. Lain halnya dengan Diana Nyad. Melalui “Nyad,” penonton akan dibawa ke dalam kisahnya dalam mencapai cita-citanya di usianya yang tak lagi muda.
Diana Nyad, diperankan oleh Annette Bening, merupakan seorang jurnalis olahraga senior. Di usianya yang sudah tidak muda, sekitar 60-an, Ia banyak menghabiskan waktunya dengan sahabatnya Bonnie, yang diperankan oleh Jodie Foster. Perempuan ini sebetulnya punya rasa kebanggan yang amat sangat dengan namanya. Namanya sendiri sengaja diambil orangtuanya dari mitologi Yunani. Diana adalah dewi pemburu dan Nyad adalah peri laut. Berat dengan namanya, membuat dirinya sebetulnya ingin menjadi perenang handal.
Nyali Nyad sebetulnya tidak main-main. Sejak dini, Ia sudah terlatih dengan berenang. Jika orang lain mungkin akan berenang satu sampai dua jam, Nyad sudah terbiasa berenang santai setidaknya tujuh jam. Di usia mudanya sendiri, Ia termasuk dari belasan orang yang bisa berenang lebih dari 24 jam. Ia pernah memecahkan rekor pelombaan berenang lepas pantai di Naples. Ia juga pernah berniat untuk berenang dari Havana, Kuba menuju Key West, Florida. Sayang, Ia gagal memecahkan rekor tersebut ketika Ia masih berusia 28 tahun.
Walaupun sudah menua, Nyad tiba-tiba punya semangat gila. Ia ingin melanjutkan mimpinya untuk berenang dari Kuba-Florida. Bonnie pun amat terkejut dengan keinginan nekat ini. Mengingat usianya yang sudah tidak produktif, Nyad diterpa dengan serangkaian pandangan pesimis nan realistis. Ia pun kemudian membuktikan perjuangan untuk tidak menyerah berenang melewati lautan sepanjang 180km.
Film “Nyad” adalah directorial debut dari pasangan suami istri Jimmy Chin dan Elizabeth Chai Vasarhelyi. Chin dan Vasarhelyi sendiri sempat memenangkan sebuah piala Oscar atas produksi dokumenter mereka yang berjudul “Free Solo.” Kali ini, keduanya bermain dalam ranah fiksi, namun tetap dengan keahlian mereka dalam ranah olahraga. Ceritanya sendiri diangkat dari kisah nyata Diana Nyad yang merupakan autobiografi atas perjalanan menembus cita-cita kecilnya. Naskahnya kemudian diadaptasi oleh Julia Cox, yang sebelumnya lebih banyak mengerjakan naskah televisi.
Apa yang membuat spesial “Nyad,” ternyata dari kemasan inspirasi yang dihadirkannya. Apalagi dengan mengusung dua aktor kawanan, Annete Bening dan Jodie Foster, yang menjamin jika film ini akan berbobot. Tentu saja, saya amat menikmati watak kerasnya Nyad nan optimistik yang dihadirkan Bening. Belum termasuk dengan Foster yang hadir amat berbeda, jauh dari kesan cantik yang biasanya kita lihat. Yang semakin meyakinkan, saya amat tidak terduga menyaksikan chemistry keduanya yang amat kuat.
Dari segi ceritanya, awalnya saya yang tanpa ekspektasi ini akan mengira jika cerita film ini akan berjalan mulus. Oh, ternyata tidak semudah itu untuk menaklukan Kuba-Florida. Yang menarik disini ketika Tim Nyad berupaya untuk memecahkan masalah dari setiap kegagalan mereka. Mulai dari membuat penangkal hiu, sampai baju pelindung dari serangan ubur-ubur. Kesemuanya ini menjadi menarik, ditambah ujian tim Nyad akan kegagalan yang terus menimpa mereka.
Secara penyajian, ini merupakan directorial debut yang cukup meyakinkan. Saya menyukai bagaimana kondisi pemecahan rekor di laut. Cara Nyad harus mendapatkan asupan makanan, sampai obat-obatan yang memberi pengetahuan baru untuk saya. Momen yang paling saya sukai ketika lagu Paul Simon yang berjudul “The Sound of Silence” hadir. Oh ya, “Nyad” juga akan menghadirkan kembali track-track lawas dalam ceritanya, termasuk “Heart of Gold,” “Piece of My Heart,” sampai “Crying”-nya Roy Orbison. Kombinasi musik yang sepadan, sampai-sampai original score dari Alexandre Desplat tidak terlalu terasa di film ini.
Dalam musim penghargaan tahun ini, saya akan cukup banyak menjagokan banyak aspek dari film ini. Ini termasuk Best Picture, Best Actress in Leading Role, Best Actrees in Supporting Role, Best Actor in Supporting Role, Best Adapted Screenplay, Best Editing, dan Best Cinematography. “Nyad” terlalu melebihi ekspektasi saya dengan kisah perjalanan yang dihadirkan.
Alhasil, “Nyad” sangat mulus untuk menjadi tontonan inspiratif. Saya rasa, film ini akan melanjutkan film-film olahraga kesekian yang menginspirasi, sebut saja “Creed”, “Ford v Ferrari” ataupun “Remember the Titans.” Pesan yang disampaikan pun amat terasa: Jangan pernah menyerah. Plus, betapa pentingnya kolaborasi tim dalam kesuksesan. Bila mengingat upaya Nyad, sehebat-hebat dirinya berenang solo, Ia tidak akan mampu menembus mimpinya. Serta yang tak boleh ketinggalan, jika usia tak boleh menjadi halangan. Selama masih bisa dicoba, tidak boleh menyerah. Very inspiring!