Pernah ga sih Anda terpikir, jika Anda mengalami sesuatu yang anda sesali atau buruk, anda terpikir untuk bisa mengulanginya? Saya sih sering. Kali ini, saya akan mengajak Anda dengan film asal Tiongkok, berjudul “Yesterday Once More” yang menawarkan sebuah drama romansa tentang cinta, waktu, dan masa depan. Penasaran?
Cerita “Yesterday Once More” berawal dari seorang pria bernama Gu Xuyuan, diperankan oleh Chen Fei Yu. Masa kecilnya terbilang suram. Sepeninggal sang Ibu, Ayahnya menjadi pemabuk dan Ia sering mengalami kekerasan saat kecil. Tak ada lagi yang menemani di hari ulangtahunnya. Sampai suatu ketika, seorang perempuan kecil menghampiri Xuyuan kecil. Ia menghibur Xuyuan sambil menghadiahinya sebuah boneka kelinci. Mereka tidak berkenalan. Xuyuan hanya mengingat nama di tas punggung kecilnya, Han Shuyan.
Singkat cerita, Xuyuan sudah menjadi seorang product designer. Ia dipilih sebagai best man untuk pernikahan sahabatnya yang juga sekantor, Teddy, yang diperankan oleh Sun Tianyu. Tak disangka, Ia bertemu dengan seorang perempuan yang tiba-tiba meminta tolong padanya. Ia ternyata adalah si pembuat kue pernikahan. Perempuan ini sedang sibuk ketika kue yang sebentar lagi dihadirkan tidak sengaja dimakan oleh seorang anak kecil.
Kecelakaan kecil tersebut ternyata berhasil mempertemukan keduanya. Melalui referensi si boneka kelinci, singkat cerita keduanya menyadari jika pernah bertemu sebelumnya. Dari sinilah, Han Shuyan, yang diperankan oleh Zhou Ye, kemudian setuju untuk menjadi kekasih Xuyuan. Mereka kemudian tinggal bersama. Sampai akhirnya, keduanya harus terlibat dengan masalah tragis dan masa depan.
Film ini disutradarai oleh Gavin Lin. Ceritanya sendiri ditulis oleh Hermes Lu dan Chen Peiwen. Secara plotnya, apa yang dihadirkan “Yesterday Once More” akan sedikit memberikan kesan permainan time travel, seperti yang saya saksikan melalui trailer-nya. Selayaknya, tema ini suka menjadi materi film-film cinta lainnya. Sebut saja “The Time Traveler’s Wife,” “About Time,” sampai “Love Destiny.” Akan tetapi, semakin jauh dengan ceritanya, film ini akan lebih terlihat sebagai permainan repetisi mengubah masa depan.
Dari segi penyajiannya, film ini terasa dengan durasi yang pas selama 100 menit. Plotnya yang sedikit mengejutkan, memang terasa amat berhasil untuk menahan rasa penasaran saya dengan bagaimana cara penyelesaiannya. Anda memang harus menyimak film ini. Akan ada banyak pengulangan adegan, dengan detil-detil kecil. Hal ini membangun ketertarikan saya sekaligus bertanya dalam benak: Apakah memang perlu terulang? Atau, haruskah perlu dilawan?
Bicara penampilannya, Chen Feiyu dan Zhou Ye menghadirkan chemistry yang amat menarik. Saya amat menyukai bagaimana Feiyu bisa memainkan hampir 75 persen cerita film ini, termasuk dengan cara Ia tidak memperlihatkan emosi yang tidak mau diluapkannya. Menariknya, Ye masih diberikan 25 persen untuk mengendalikan cerita. Ye hadir dengan segar, dan saya sebetulnya agak tidak menyangka dengan karakterisasinya. Sosok love interest ini juga ternyata dilibatkan sebagai pengubah konklusi drama “Yesterday Once More.”
Baiknya, pengemasan film ini dihadirkan dengan suasana yang campur aduk. Kesemuanya ini dihadirkan dengan aransemen musik string yang selalu memenuhi, dan jadi tontonan yang amat memuaskan. Ada kalanya kita akan terpana dengan romantisme keduanya, tapi ada kalanya juga kita akan deg-degan dengan potensi bencana di depan mereka.
Yang saya sukai, “Yesterday Once More” akan membuat kita berpikir akan makna cinta. Terutama, ketika dialog kemarahan Shuyan yang mencintai Yuxuan apa adanya. Sebaliknya, ketika upaya Yuxuan untuk bisa memberikan waktu yang terbaik untuk Shuyan. Film ini pun menyentil masalah percintaan di tahap pernikahan melalui karakter Teddy dan Olivia yang sedang tidak baik-baik saja. Konflik keluarga dan determinasi pribadi pun jadi pelengkap cerita yang pas.
Alhasil, “Yesterday Once More” adalah sebuah rekomendasi yang tepat untuk Anda yang sedang mencari film romansa. Tak hanya dikemas dengan rapi dan menawan, film ini menawarkan plot yang cukup tak disangka. Menyaksikan film ini, saya teringat kembali dengan ucapan: “Cinta tak harus memiliki. Setidaknya, kamu bisa menyaksikan Ia untuk bisa hidup bahagia. Itu sudah cukup.” Well done!