Apapun halnya, selama membuat seseorang tidak terkontrol terhadap sesuatu dapat dikatakan sebuah kecanduan. Kata candu, yang mungkin lebih lazim dengan nagih memang bisa jadi masalah besar yang tidak terduga. Kali ini, sebuah arthouse dari negeri Paman Sam berjudul “Stay Awake” mengemasnya dari kehidupan sebuah keluarga.
Film ini terpusat pada kehidupan seluruh anggota keluarga, yang terdiri dari seorang Ibu dan kedua putranya. Ibu mereka, Michelle, diperankan oleh Chrissy Metz, selalu berulah. Ia punya kecanduan akan obat resep yang membahayakan dirinya. Alhasil, Ethan dan Derek, yang diperankan oleh Wyatt Oleff dan Fin Argus, harus terbiasa untuk membuat Ibunya tersadar dalam proses evakuasi ke rumah sakit.
Masalahnya, kondisi sang Ibu terasa benar-benar tidak karuan. Ia terasa semakin tidak peduli dan punya niat untuk memahami kedua putranya yang selalu direpotkan. Di sisi lain, Derek, sang kakak yang punya bakat jadi bintang iklan, harus mengorbankan masa depannya dengan situasi yang menjadi serba membingungkan. Belum lagi dengan Ethan, yang baru saja diterima mendapat beasiswa dan berniat meninggalkan kota. Masalahnya, keduanya terganjal dengan pendapat untuk memikirkan Ibu mereka.
“Stay Awake” merupakan featured debut Jamie Sisley, yang sebelumnya sudah membawa film ini dalam kemasan short film. Film ini sebelumnya sudah dirilis pada Berlinale 2022 dan menjadi salah satu film yang bersaing untuk memperebutkan Crystal Bear dalam section Generation 14plus. Cerita yang mau dibahas Sisley dalam film sebetulnya menarik, Ia mendalami pembahasan tentang ‘mereka’ yang berkorban demi merawat yang terkasih.
Secara penyajian, saya begitu takjub dengan pengemasan ceritanya. Dari segi cerita, film yang berdurasi 94 menit ini terasa pas dari segi durasi, dan tidak banyak bumbu. Hampir seluruh adegan yang dihadirkan memang yang dibutuhkan dalam ceritanya. Saya lumayan menikmati bagaimana pendalaman setiap karakter, baik Ethan, Derek ataupun sang Ibu, hadir melalui dialog, keputusan, dan ekspresi mereka, yang dikemas tanpa terasa berlebihan.
Sedari film ini bermula, masih dalam selingan opening credits, sudah cukup mencuri perhatian. Saya menyukai penggunaan lampu-lampu pajangan yang digunakan secara kontras dengan latar hitam. Begitupula dengan aspek tata sinematografi di film ini. Sisley mengemasnya dengan memainkan kombinasi lightning yang memicu mood, dan menghadirkan suasana yang begitu indah. Misalnya saja ketika adegan Ethan dan Derek yang melewati sebuah warehouse di malam hari, ataupun ketika Derek dengan kilat mengemas bowling alley tempat kerjanya jadi tempat kencan yang romantis.
Ini belum termasuk dengan bagaimana film ini mereferensikan beberapa old time hits, sebagai bagian dramatisasi ceritanya. Mulai dari ketika kedua kakak beradik yang bernyanyi dengan lantang dan mengajak sang Ibu, agar tidak kehilangan sadarnya; ataupun juga saat adegan makan spaghetti Ethan yang terasa artistik lewat penyajian shot saat menggambarkan Derek yang sedang lip sync. I love it!
Dari segi cerita, film ini sebetulnya cukup terfokus untuk menyajikan situasi yang tidak mudah buat Derek dan Ethan. Pendewasaan keduanya dalam memikirkan bagaimana cara mereka untuk hidup, menjadi salah satu nilai plus dari film ini. Belum lagi dengan semangat saling mendukung yang terasa membangun positivisme pada “Stay Awake.”
Pada segi penampilan, akting Chrissy Metz terasa cukup berhasil buat saya untuk jadi sosok yang menjengkelkan. Tapi, juaranya tetap jatuh pada Wyatt Oleff. Saya menikmati tatapan-tatapan Oleff yang dalam di setiap adegan, yang memancarkan arti secara implisit. Salah satunya, saat bagaimana “Stay Awake” menutup ceritanya. Disamping itu, karakter Derek juga jadi penyeimbang yang positif dan berhasil diperankan Fin Argus. Saya amat menyukai adegan moment of truth Derek, walaupun Ia terlalu beraksi menjadi anak tertua yang baik-baik dan rela berkorban.
Cerita yang terinspirasi dari sebuah kisah nyata ini cukup menggugah lewat penuturan yang terasa jujur, termasuk dialog-dialog berkesan di dalamnya. Ini belum lagi dengan pengemasan film melalui shot-shot menawan yang membuatnya terlihat bukan sebagai sebuah drama yang sembarangan. Akhir kata, “Stay Awake” amat memberikan pengalaman menonton yang mengesankan.