Sebagai salah satu sajian menjelang Natal, “The Pupils” aka “Le pupille,” berhasil memikat saya usai melihatnya sebagai salah satu featured di Disney+. Film pendek asal Italia ini akan membawa penonton ke dalam cerita anak-anak di sebuah Panti Asuhan Katolik, yang ceritanya terinspirasi dari sebuah surat.
Surat itu berasal dari Elsa Morante untuk sabahatnya Gofreedo Fofi, yang diceritakan melalui nyanyian para anak-anak panti tersebut. Mengambil setting satu hari menjelang Natal, kisah dimulai dengan aktivitas anak-anak panti yang memulai hari dengan tugas merapikan tempat tidur mereka. Berbeda dengan hari lainnya, seorang anak bernama Olga, sudah siap sebab hendak telah dijemput keluarganya untuk merayakan Natal. Akan tetapi, Ia ketakutan. Ia merasa anak-anak lainnya melakukan jinxing padanya.
Tak lama dari kepergian Olga, singkat cerita anak-anak juga didatangi kehadiran seorang perempuan dari luar panti. Ia berteriak untuk meminta doa dari anak-anak yang menurut kepercayaannya ini dianggap suci, dengan harapan dapat melindungi kekasihnya. Seketika itu juga, upaya ini sirna, ketika seorang biarawati ke arah jendela sekaligus meminta perempuan itu untuk datang saja.
Film pendek yang ditulis dan disutradarai oleh Alice Rohrwarder ini akan membawa penonton pada setting Italia di masa perang. Hal ini terlihat dari bagaimana keterbatasan yang dialami orang-orang. Termasuk panti yang sebetulnya juga tidak berlebih, namun setidaknya cukup. Lewat film ini Rohrwarder menghadirkan kesan yang menarik disimak, terutama dengan tambahan alunan alat musik petik dengan setting ensemble yang minimalis. Plus, kita juga akan menjumpai nyanyian anak panti yang terasa natural, dan cukup tak sekomando.
Saya menyukai beberapa tema yang sebetulnya diselipkan dalam “The Pupils.” Film yang sebetulnya telah dirilis di Cannes Film Festival tahun 2022 lalu, banyak menyentil isu-isu terkait kepercayaan. Salah satu bagaimana anak-anak panti yang dianggap oleh orang-orang pada masa itu bisa memberikan innocent prayer, karena jiwa innocent mereka.
Menurut saya, yah, tanpa bermaksud menyinggung agama, film ini juga seakan membahas eksploitasi anak. Mengapa? Hal ini terlihat dari bagaimana anak-anak panti yang ditugaskan untuk mengadakan perayaan Natal, lewat menjelma layaknya pajangan akan rekonstruksi kelahiran Yesus Kristus. Parahnya, mimik mereka seakan mengartikan adanya sebuah paksaan, tak ada kesungguhan dari mereka.
Akan tetapi, potret masyarakat yang dihadirkan pun menarik. Demi mengharapkan sesuatu, mereka menyajikan persembahan mereka dalam bentuk minyak, sampai kue termahal, mengingat kondisi ekonomi yang serba terbatas.
Dinamika anak-anak juga menarik. Misalnya ketika sang biarawati meminta mereka untuk berdiri tegak, sambil mendengar berita tentang perang yang alhasil membuat mereka tegang dengan suara serangan dan ledakan dari radio. Parahnya, yang bikin saya geleng-geleng adalah upaya penyucian yang dilakukan Biarawati kepala. Mungkin ya maksudnya baik untuk menyucikan anak-anak dari aksi duniawi mereka, karena menari dan bernyanyi lagu duniawi. Namun, upaya menyucikan dengan menggosokkan sabun di lidah mereka bukanlah sebuah upaya penyucian sama sekali. Miris.
Sosok antagonis dalam film pendek ini saya rasa jatuh ke Biarawati kepala. Sosoknya yang amat konservatif, dan juga merasa dirinya yang paling benar dan suci, malah membuatnya terjebak dengan sentilan dari anak-anak panti. Misalnya, ketika Ia menghakimi anak bernama Serafina, sampai-sampai melabelinya berlaku jahat. Menariknya, karakter Serafina berhasil menjadi tamparan keras baginya sekaligus memberikan kejutan yang menarik di penghujung film.
Alhasil, “The Pupils” tidak akan menutup ceritanya begitu saja. Penonton masih dibantu dengan babak yang diberi nama moral, yang sebetulnya ingin menuturkan moral apa dari film ini, yang menjelaskan jika takdir akan bekerja dengan cara yang misterius. Namun, memang jika dipikir ya betul saja. Ada cara-cara tertentu yang memang terjadi untuk membatalkan niat busuk. Hal ini terlihat tragedi kue merah yang menggagalkan rencana biarawati kepala. Ini merupakan sebuah tontonan pendek bertema Natal yang penuh sarat makna.