Setelah hampir 3 dekade, Disney memutuskan untuk melanjutkan cerita Sanderson Bersaudara melalui “Hocus Pocus 2.” Pada versi yang terbaru, cerita akan membawa Sanderson Bersaudara kembali ke bumi dalam kondisi yang lebih modern dari film sebelumnya.
Awal dari cerita film ini akan membawa penonton ke Salem, Massachussets, di abad ke-17. Salem yang merupakan sebuah perkampungan kecil ternyata berada dalam otoritas penuh gereja sebagai pengendali. Pendeta Traske, yang diperankan oleh Tony Hale, memaksa Winifred Sanderson untuk menikahi John Pritchett. Winifred pun menolak, lantas Ia dan kedua saudarinya diusir dari Salem. Akan tetapi, di saat yang sama sebuah kejutan malah menyelamatkan ketiganya untuk kabur ke hutan terlarang.
Situasi kemudian kembali ke masa modern. Penonton akan berkenalan dengan Becca dan Izzy, diperankan oleh Whitney Peak dan Belissa Escobedo, yang merupakan sepasang sahabat sejak mereka berusia 5 tahun. Ceritanya, Becca baru saja berulang tahun, dan seperti biasa mereka akan melakukan ritual ulang tahun. Sementara itu, penonton juga akan berkenalan dengan sosok Cassie, yang diperankan oleh Lilia Buckingham, yang juga terlihat seperti bagian dari kelompok persahabatan itu.
Masalah berawal ketika Becca dan Izzy pergi ke sebuah toko sihir langganan mereka. Sang pemilik toko, Gilbert, yang diperankan oleh Sam Richardson, menghadiahi Becca dengan sebuah lilin. Singkat cerita, kedua sahabat ini pergi ke hutan tempat mereka melakukan ritual. Lilin pemberian Gilbert pun dinyalakan. Ternyata, keduanya malah membangunkan ketiga Sanderson Bersaudara.
Dugaan saya, “Hocus Pocus 2” seakan mengulang versi pendahulunya, namun dengan pendekatan yang lebih relevan di masa modern ini. Cerita plot untuk menghidupkan ketiga Sanderson Bersaudara menjadi rekaan ulang yang sepertinya sekilas diperlihatkan di film ini. Film yang disutradarai Anne Fletcher ini sebetulnya punya konsep yang menarik. Namun, bicara dari segi plot, ini memang lebih layak untuk ukuran sebagai film televisi.
Begitupula dengan penyajian. Film ini banyak dieksekusi di studio, terlihat jelas dari bagaimana penggunaan CGI disana-sini yang amat kentara. Ini terlihat jelas pada adegan dalam set hutan terlarang, yang tidak memberikan kesan gelap layaknya film “Harry Potter”, tetapi lebih mengarah sepertinya menyaksikan set hutan versi panggung Broadway.
Akan tetapi, “Hocus Pocus 2” masih punya titik keunggulan. Film fantasi komedi ini amat kuat dari ketiga pemeran Sanderson Bersaudara: Bette Midler, Sarah Jessica Parker dan Kathy Najimy. Walaupun ketiga sudah tidak lagi muda, puncak komedi yang ditawarkan sebetulnya amat meyakinkan. Bette Midler, yang juga bermain dalam “Beaches,” hadir dengan totalitas yang luar biasanya, terlihat dari energinya yang tidak padam. Belum termasuk dengan kelucuan dari kehadiran Sarah Jessica Parker yang tidak pernah saya saksikan. Sungguh, kombinasi ketiganya memang epic.
Tak hanya berakting, ketiganya juga menyanyikan beberapa track di dalam film ini, misalnya “The Witches Are Back” yang sepintas mengingatkan saya dengan “The Rocky Horror Picture Show.” John Debney yang mengemas soundtrack-nya juga cukup menghadirkan musik-musik fantasi yang amat terasa buatan Disney. Salah satu track favorit saya di film ini mungkin adalah “Skeleton Sam” dari LVCRFT, yang memberikan kesan segar dari opening film ini.
Walaupun mungkin tidak akan se-cult film sebelumnya, “Hocus Pocus 2” memang masih terasa kurang dari bagian yang paling essensial: cerita. Belum termasuk dengan penyajian yang hanya terasa sekedar sebuah film televisi. Terlepas dari penampilan ketiga aktris utama dengan totalitas, ataupun musik yang menyenangkan, “Hocus Pocus 2” memang terasa kurang terlalu berkesan untuk Halloween tahun ini.