Pernah tidak kalian menyaksikan kisah sukses seorang artis ataupun atlit? Di balik kesuksesan itu, biasanya ada beberapa yang dikarenakan kehadiran profesi ini: talent scout. Di dunia olahraga, talent scout punya peran yang amat penting: mencari bakat-bakat baru terutama dari daerah pelosok sebagai bagian investasi tidak langsung sebuah klub. Kali ini, Netflix menghadirkan “Hustle,” sebuah film bertema olahraga yang mengusung profesi ini.
Stanley Sugerman, diperankan oleh Adam Sandler, merupakan seorang talent scout yang bekerja untuk salah satu klub NBA kenamaan, Philadelphia 76ers. Pekerjaannya sehari-hari adalah mempelajari kandidat-kandidat baru sambil mengelilingi dunia, dan diisi dengan menyaksikan pertandingan demi pertandingan. Memang sih tidak semua audisi reality show, Sugerman harus bekerja sendiri sambil rela kehilangan banyak waktu dengan keluarganya.
Masalah dimulai ketika Sugerman diminta untuk melirik seorang pemain baru bernama Haas. Setelah mempelajarinya, Ia tidak merekomendasikan pemain tersebut. Masalahnya, anak pemilik klub yang bernama Vince Merrick, yang diperankan oleh Ben Foster, tidak sepihak dengannya. Perbincangan hebat pun terjadi ketika mereka rapat dengan Rex Merrick, pemilik klub yang diperankan oleh Robert Duvall. Singkat cerita, Sugerman mengalah.
Mengalahnya Sugerman, ternyata malah memberikannya sebuah kesempatan. Rex malah mengundangnya dan mempromosikannya sebagai asisten pelatih. Di tengah kebahagiannya itu, Ia malah dirundung masalah baru. Keesokan harinya, Rex dikabarkan meninggal dunia, dan posisi pemilik klub dipegang oleh Vince, yang baru saja bersitegang dengannya. Alhasil, pupus sudah niatnya menjadi asisten pelatih.
Awalnya, saya mengira bila film ini akan diset layaknya film-film olahraga yang menginspirasi. Sebut saja “King Richard,” “Coach Carter” ataupun “McFarland, USA” yang punya nilai kekuatan dari cerita nyata. Ternyata tidak. “Hustle” merupakan sebuah cerita olahraga fiksi selayaknya “Creed.” Bicara plotnya, film ini punya durasi yang hampir 2 jam, namun tidak akan membuat Anda merasa bosan.
Secara penokohan, film ini memang menghadirkan Adam Sandler bukan sebagai seorang komedian, walaupun beberapa saat masih ada beberapa dialog-dialog garing didalamnya. Sandler kembali membuktikan bahwa Ia memang seorang aktor yang tidak harus tampil tampan ataupun jenaka. Memang sih, ini bukan salah satu penampilan terbaiknya, namun kualitas yang dihadirkan Sandler terasa cukup pas. Entah kenapa, saat menyaksikan Sandler dalam film ini, memori saya langsung mengingatkan saya dengan penampilan Sandra Bullock dalam “The Blind Side.”
Baiknya, kombinasi karakter Sugerman dapat dipasangkan dengan sosok Bo Cruz, yang diperankan oleh Juancho Hernangomez. Cruz yang kadang cukup tak disangka, ternyata berhasil memecah tawa kadang-kadang. Misalnya, saat Sugerman tidak mengira jika Cruz tahu berbahasa Inggris, ataupun ketika Ia menyadari perilaku Cruz yang menghamburkan uang pribadinya demi segigit makanan ataupun website porno.
Menariknya, film ini terbilang penuh dengan cameo. Bila anda penggemar NBA, mungkin akan sangat fasih untuk melihat banyak pemain, pelatih sampai pembawa acara yang terlibat di dalam film ini. Mereka tidak hanya akan berperan sebagai diri mereka sendiri, tetapi juga ada yang berperan sebagai karakter lain. Semuanya ini saya sadari ketika menyaksikan closing credits film ini.
Sebagai film yang memulai kick off pada award season saya di tahun ini, “Hustle” mematahkan persepsi saya jika sebuah film olahraga berbobot itu baiknya berangkat dari kisah nyata. Berbekal sebagai sebuah original story, “Hustle” menjadi sebuah tontonan yang membangun mood, sekaligus membuat saya deg-degan, dan juga tertawa. Sebuah paket hiburan yang tak hanya menyenangkan, tetapi juga berbobot. Nice!