Sebagai salah satu film pendek yang tampil dalam ‘Dances with Films’ festival, “Coffined at 15” terbilang menjadi salah satu yang patut mencuri perhatian. Film ini mengangkat tema pernikahan dini yang masih kerapkali terjadi di negara-negara Asia.
Film yang berdurasi 5 menit dikisahkan bersetting di Afghanistan. Rihana, perempuan berusia 15 tahun, telah dipakaikan gaun dan sedang menunggu rombongan Taliban yang akan menjemputnya. Waktu yang tidak diharapkan pun tiba. Sekelompok pria, dan beberapa menggunakan senjata api, memasuki rumah. Lantas, sang kepala keluarga mengunci keluarga yang tersisa, selain Rihana, yang membuat mereka menatap saudari tertua mereka ‘menikah paksa.’
Akan tetapi, drama yang berisi perayaan sekaligus tangisan dari dalam rumah, menjadi tontonan serius yang tidak ramah perasaan. Menolak untuk dikawinkan, Rihana mencoba berlari. Ia kemudian dimasukkan ke dalam peti sampai salah satu kalimatnya yang menohok sang ayah.
Sebetulnya, di bagian awal film ini ada bagian yang membuat saya risih, yaitu penggunaan efek komputer yang amat terlihat. Akan tetapi, ketika masuk ke dalam ceritanya, hati saya semakin berguncang. Cerita yang dibawakan dan disutradarai oleh Gayatri Kumar ini akan memberikan penonton tentang rasa yang tak ingin tuk dirasakan.
Sebetulnya, film ini di-shooting di Noida, India. Akan tetapi, seluruh pemain dalam film ini merupakan para pengungsi dari Afghanistan. Film ini hadir sebagai kritik atas ketidakberdayaan perempuan akan kehidupannya sendiri. Terutama dengan kesan patriarki yang amat kental. Alhasil, dengan mengusung cerita dari seorang perempuan berusia 15 tahun, film ini sebetulnya dapat menjadi simbol perwakilan dari realita pahit ini. Buat saya, ini merupakan sebuah keberanian tersendiri dari para pengungsi untuk mau menceritakan kisah naas ini.
Mengutip kata Kumar, “Anda tidak perlu meninggalkan Bumi untuk menikmati Neraka.” Saya cukup sependapat ketika menyaksikan ini. Berbicara mengenai Afghanistan sendiri, negara ini termasuk ke dalam salah satu negara yang tidak ramah untuk perempuan. Studi WHO di tahun 2015 menyebut hampir 90 persen perempuan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Akhir kata, “Coffined at 15” adalah sebuah tontonan penting yang membuka mata kita lebar-lebar. Walaupun singkat, empati akan akan diuji. Sehabis itu coba pikirkan: Apakah itu terbilang manusiawi? Anda sendiri yang menilainya.