Oke, kali ini mata saya terfokus pada film andalan Universal Pictures di tahun ini. “Belfast” akan menawarkan penonton ke sebuah pengalaman masa kecil dari kota tersebut di akhir 60-an. Cerita yang ditulis dan disutradarai oleh Kenneth Branagh ini, dianggapnya sebagai karyanya yang paling personal, karena terinspirasi dari cerita di masa kecilnya.
Kota Belfast, merupakan salah satu kota di Irlandia Utara yang sempat termasuk ke dalam konflik Protestan-Katolik. Salah satu jalan dimana konflik itu terjadi, tinggallah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu dan kedua putra mereka. Sang ayah, diperankan oleh Jamie Dornan, berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja di luar kota. Alhasil, Ibu, yang diperankan Caitriona Balfe, harus menjadi bodyguard dari kedua putranya di tengah lingkungan konflik yang tidak family friendly.
Film yang berdurasi 98 menit ini sebetulnya akan lebih banyak membahas sosok Buddy, si jagoan film ini yang diperankan oleh Jude Hill. Film ini akan mengupas bagaimana sosoknya sebagai si bungsu, cerita hubungannya yang menarik dengan kakek dan nenek, sampai bagaimana perjalanan cinta monyetnya. Akan tetapi, ragam cerita manis ini akan diliputi konflik sipil yang amat tidak ramah.
Secara penyajian, Kenneth Branagh terlihat amat ambisius dengan proyek ini. Saya melihat bagaimana upayanya untuk menyajikan tontonan ini dengan kemasan hitam-putih, dengan kontras yang amat jelas. Menariknya, penyajian ini berhasil menangkap ekspresi karakter dengan amat tajam, terlepas dari nuansa monokrom-nya. Yang patut dipuji dari cara penceritaan “Belfast” adalah bagaimana film ini mengemas gambar dari setiap adegan untuk terasa berkelas. Terlepas dari penyajian black-and-white-nya, apa yang dihadirkan “Belfast” membuat seperti terlihat sebagai tontonan drama yang berat. Padahal, film ini masih jauh lebih ramah ketimbang “The Hand of God” dari Paolo Sorrentino, yang juga merupakan coming-of-age story sang sutradara.
Dari sisi ensemble, film ini didukung aktor-aktris Inggris yang sudah tidak diragukan lagi. Sepanjang film ini, sosok Jude Hill mungkin yang paling menarik perhatian saya, dikarenakan entah kenapa selain menjadi pusat cerita, Jude Hill memperlihatkan penampilan yang memorable dengan segala keceriaannya.
Di sisi pendukung, ada dua karakter yang cukup memberi perhatian. Pertama, dari penampilan Caitriona Balfe sebagai sang Ibu yang luar biasa mendidik kedua putranya. Adegan yang paling membuka saya tercengang adalah ketika upayanya untuk mengajarkan sang anak untuk tidak mencuri. Disitu campuraduk emosi dengan latar konflik membuat dramatisasi film ini berjalan. Kedua, karakter yang diperankan oleh Judi Dench. Aktris veteran ini memang selalu hadir konsisten, dan kali ini Ia tetap menarik dengan dialog-dialognya yang tegas.
Film ini sendiri cukup mendapat banyak perhatian di sepanjang awards season tahun ini. Selain mendapatkan 7 nominasi Oscar dan 6 nominasi BAFTA di tahun ini, film ini cukup merajai tangga box office di negaranya. Yang pasti, “Belfast” terbilang unggul untuk Best Directing dan Best Original Screenplay. Namun, entah kenapa saya cukup ragu ada pemenang dari sekian banyak nominasi yang diterimanya.
Sebetulnya tidak ada yang salah dengan menghadirkan tokoh utama yang masih anak kecil untuk penonton dewasa. Sebut saja film asal Jerman pemenang Oscar “The Tin Drum,” yang mengusung karakter anak laki-laki, namun dengan konten kontroversial. Berbeda dengan cerita ini yang sebetulnya tidak mendapat rating R. Andai saja Branagh mau mengemasnya dengan kemasan color, saya rasa mungkin dapat membangun minat penonton yang lebih muda. Dengan penyajian ini, saya merasa mungkin positioning paling tepat untuk ditargetkan pada penonton senior. Tidak heran di negerinya sendiri, mayoritas penonton film ini merupakan penonton berusia 30 tahun keatas.
Sayangnya, walaupun film ini dapat dikatakan begitu personal, ceritanya mungkin kurang terlalu mengena pada saya. Cuma, untuk ukuran dari segi orisinalitas cerita, teknis, dan ensemble “Belfast” mungkin dapat dikatakan salah satu terbaik dari tahun 2021.