Hollywood bisa saja kehabisan ide, tapi tidak akan pernah habis jika kita berbicara kisah-kisah di dalamnya. Tidak hanya ngomongin legenda aktris ataupun aktor yang sudah amat banyak filmnya. Kehidupan para penulis naskah juga jadi santapan layar perak. Sebut saja film “Trumbo” yang beberapa tahun lalu memberikan Bryan Cranston nominasi Academy Awards. Kali ini, melalui “Mank” penonton akan dibawa ke sebuah bagian babak hidup Herman J. Mankiewicz, sosok yang sering terlupakan dari “Citizen Kane” yang tidak terlupakan.
Film ini akan berkisah mengenai Herman, diperankan oleh Gary Oldman, yang baru saja mengalami kecelakaan. Ia kemudian didatangi seorang aktor Orson Welles, diperankan oleh Tom Burke, yang meminta padanya untuk menulis sebuah film. Di tengah kondisinya yang tidak fit, Herman dibantu oleh sekretarisnya, Rita Alexander, diperankan oleh Lily Collins, untuk membantunya mencatat segala dikte naskah dari Herman. Setelah menulis transkrip dari ucapan Herman, Rita melanjutkan pekerjaannya dengan mentrasnfer tulisan tangannya ke dalam bentuk ketikan.
Dalam pencarian ide ceritanya, Herman akan membawa penonton untuk masuk ke dalam masa lalunya. Ia terinspirasi dari sosok konglomerat William Randolph Hearst, yang diperankan oleh Charles Dance, beserta simpanannya, Marion Davies, yang diperankan oleh Amanda Seyfried. Selain keduanya, kita juga akan melihat potret Hollywood lama, lewat berkenalan dengan beberapa eksekutif terkenal seperti Louis B. Mayer, Irving G. Thalberg, sampai David O. Selznick.
Nama keluarga Mankiewicz mungkin tidak akan terlalu asing buat para pecinta film. Herman dan Joseph, kedua kakak beradik ini terbilang penulis naskah yang sukses dan pemenang Oscar. Nama Joseph memang lebih terkenal. Ia juga merupakan seorang sutradara. Sebut saja beberapa karya klasik buatannya, seperti “All About Eve,” “Guys and Dolls” sampai “Cleopatra.” Akan tetapi, memang tidak sefenomenal saudaranya, Herman sebetulnya adalah salah satu penulis naskah paling penting. Lho, kok bisa? Beliaulah yang banyak ‘menyulap’ banyak naskah-naskah film di era 1930-an.
Ngomongin proses pembuatannya, kisah dalam film ini sendiri ditulis oleh Jack Fincher, ayah David Fincher. Apa yang dihadirkan oleh Fincher sebetulnya seraya mendukung kritikan Paul Kael, legenda film critics, yang menegaskan bila penulisan “Citizen Kane” merupakan hasil karya tunggal Mankiewicz, dan bukan bersifat co-author sebagaimana versi credits di Academy Awards. Walaupun pada akhirnya Fincher junior menegaskan jika “Mank” tidak terlalu terfokus kesana. Bila Anda sadari, hal ini hanya menjadi background dan closing dari ceritanya. Pusat cerita “Mank” memang akan terfokus mengupas kisah Hollywood lama, lewat sosok yang ternyata doyan ceplas ceplos ini.
Secara penggarapan, “Mank” boleh dikatakan salah satu yang terpuji. David Fincher menghadirkan suatu tontonan yang membawa kita ke masa lampau, lewat kesan monokromatik. Bila Anda cukup peka, dalam bagian flashback, Fincher menambahkan kesan bagian film yang seperti lubang hitam di bagian pojok kanan atas, yang sedikit mengingatkan kita pada film-film klasik yang termakan zaman dan belum direstorasi. Sayangnya, usaha detil ini terlihat baik, namun pada satu titik saya cukup merasa agak dibuat-dibuat.
Dengan penggarapan film dengan kesan hitam-putih, maka Anda harus bersiap-siap seperti menyaksikan film-film Hollywood tahun 1930-an. Sama seperti Sorkin lewat “The Trial of the Chicago 7,” disini Fincher memadukan teks dari naskah yang berisi lokasi sebagai cara Ia untuk memulai setiap scene. Dengan demikian, walaupun terasa detil, penonton tidak perlu bingung dengan alur ceritanya yang memang dikemas cepat, namun banyak maju mundur.
Selain cinematography yang menawan, salah satu keunggulan film ini adalah di sisi produksi. Saya amat menikmati rekonstruksi Hollywood lama, termasuk dengan ke-glamouran pada masanya. Ini juga terlihat dari riasan ataupun busana-busana yang dihadirkan. Belum lagi ditambah musik dari Trent Reznor dan Atticus Ross, yang cukup membuat saya terasa ramai.
Dari kualitas akting, saya lumayan menyukai bagaimana Gary Oldman menggambarkan Herman. Tapi, perlu diakui, Amanda Seyfried yang memerankan Marion Davis, akan selalu mencuri perhatian di setiap aksinya. Sebetulnya, tak hanya Seyfried. Karakter Rita Alexander yang diperankan Lily Collins juga sebenarnya punya potensi, namun tidak sebersinar Seyfried.
“Mank” adalah salah satu drama komedi dari 2020, yang secara penggarapan dan teknis dapat dikatakan terpuji. Dari sisi ensemble cast, juga terbilang oke. Akan tetapi, film komedi satir ini kurang memberikan kesan feel good ataupun membangun rasa penasaran penonton. Padahal, karakter Herman terbilang cukup kuat. Sosoknya malah dipelintir untuk jadi sebuah sajian drama yang terasa serius, dan tidak bernyawa. Keseriusan Fincher memang menjadikan “Mank” kelewat serius, yang akhirnya terasa hambar dari penyajiannya yang menarik.