Cerita detektif seringkali mengungkap kebenaran dari sebuah peristiwa pembunuhan. Kadang, dengan pendekatan logika red herring, penonton dengan mudah terbuai untuk masuk ke inti cerita dan dialihkan dengan cerita yang pelaku yang nantinya diungkap. Di akhir tahun 2019, Rian Johnson mempersembahkan karya orisinil terbarunya, berjudul “Knives Out,” yang membawa penonton untuk berkenalan dengan satu detektif terbaru di layar lebar, Benoit Blanc.
Film ini mengawali ceritanya dengan memperkenalkan kita pada sosok Harlan Thrombey, seorang novelis cerita misteri, yang diperankan oleh Christopher Plummer, yang ditemukan tewas setelah berulang tahun ke 85. Asisten rumah tangga keluarga Thrombey, Fran, yang diperankan oleh Edi Patterson, menemukan Harlan keesokan paginya dengan tubuh tidak bernyawa di kamar sesaat Ia membawakan sarapan pagi. Sontak, peristiwa naas itu membawa ke sebuah simpulan: Harlan bunuh diri.
Lalu, kita akan berkenalan dengan Marta Cabrera, perawat Harlan, yang diperankan oleh Ana de Arnas. Seminggu setelah kematian Harlan ternyata membawa polisi untuk melakukan investigasi lanjutan. Ia bersama anggota keluarga Thrombey lainnya dikumpulkan untuk diinterogasi satu per satu oleh Letnan Elliot dan Trooper Wagner, yang diperankan oleh Lakeith Stanfield dan Noah Segan. Menariknya, satu per satu anggota keluarga cukup heran dengan sosok seorang pria yang duduk di dekat piano ruang keluarga, yang sama sekali tidak dikenalkan. Pria tersebut membuka identitasnya. Ia adalah Benoit Blanc, diperankan oleh Daniel Craig, yang merupakan seorang detektif swasta yang tenar sebab baru saja masuk dalam New Yorker. Blanc ikut bersama kedua polisi guna memecahkan misteri kematian Harlan.
Film berdurasi 130 menit ini ditulis dan disutradarai oleh Rian Johnson, sutradara yang sempat dipercaya untuk menangani “Star Wars Episode VIII: The Last Jedi.” Johnson membawa penonton ke dalam sebuah alur yang bisa dibagi ke dalam tiga bagian besar: pengenalan, kisah Marta, dan konklusi. Bagian pertama akan terfokus dengan wawancara dari setiap anggota keluarga, yang akan memberikan informasi kepada polisi. Yang menarik, dari setiap detil yang dihadirkan akan terasa banyak kebohongan, yang membuat kita menguji setiap detil tersebut dari adegan yang ditampilkan. Di bagian pertama ini akan memberikan konklusi sementara buat Blanc: ‘Semua dapat berbohong.’
Di bagian kedua, penonton akan masuk ke dalam kisah Marta dan bagaimana Ia tiba-tiba terjun langsung sebagai ‘saksi kunci’ terkait pembunuhan Blanc. Di bagian ini saya cukup menikmati bagaimana film ini mengungkap kisahnya ke penonton dan membawa kita ke dalam ketegangan tersendiri saat Marta berupaya untuk menutupi segala bukti-bukti yang tertinggal. Tapi, yang paling membuat cerita ini tidak terduga adalah bagian konklusi, yang sama sekali tidak akan saya jelaskan dalam catatan ini.
Secara penyajian, apa yang ditampilkan Rian Johnson terasa begitu kuat dari dialog dan karakternya. Detil-detil yang terungkap lewat dialog, tidak akan terlalu membuat penonton kebingungan. Begitupula dengan karakterisasi, saya menikmati setiap ciri khas dari masing-masing karakter dengan segala drama mereka masing-masing. Yang paling menarik buat saya disini adalah penggambaran Harlan Thrombey dan Benoit Blanc. Harlan, si kepala keluarga yang berusaha memandirikan anak-cucunya, sangat apik diperankan Christopher Plummer, termasuk bagaimana Ia senang menggunakan intrik dan permainan misteri. Sedangkan Blanc, detektif yang awalnya menurut saya tidak digambarkan seperti detektif yang sangat hebat, ternyata bisa memainkan babak ketiga dengan taring yang cukup menohok.
Yang patut menjadi perhatian disini, “Knives Out” punya jajaran cast yang cemerlang, layaknya film misteri Agatha Christie kemarin ini, “Murder on the Orient Express.” Ada ‘Mr. Bond’ Daniel Craig sebagai tokoh utama beserta Ana de Armas. Lalu kehadiran ‘Captain America’ Chris Evans yang kali ini menggambarkan sosok Ransom, cucu Harlan yang paling biang kerok. Sampai anak-anak Harlan yang terbilang dieksekusi cemerlang oleh aktor-aktris senior Jamie Lee Curtis, Michael Shannon, Don Johnson dan Toni Colette. Dari sekian para pemainnya, yang paling mencuri perhatian saya ada karakter Joni yang diperankan Colette. Sosok Joni yang terlihat begitu ramah dari luar sangat memancing keingintahuan saya dengan modusnya.
Selain jalan cerita yang menarik, “Knives Out” begitu mengalir dengan music score Nathan Johnson yang sangat berpadu dengan adegan-adegan. Begitupula ketika bagaimana sutradara Rian Johnson memainkan teknis, seperti halnya dentingan piano yang seperti interupsi untuk memotong kisah yang sedang dijelaskan ke penonton. Ataupun juga penggunaan mug bertulisan ‘My house, my rules, my coffee’ yang secara tidak langsung menyimbolkan akan kekuasaan besar di rumah.
“Knives Out” adalah salah satu tontonan yang cerdas di tahun ini. Film ini tidak akan bertele-tele dan rumit, namun mengalir dengan mudah untuk dimengerti dari sekian banyak detil yang dihadirkan. Pembawaan cerita yang juga tidak terlalu serius, membuat kisahnya mudah dinikmati penonton lewat karakter-karakter yang juga terkesan sedikit komikal. Akhirnya, ini sebuah rekomendasi yang tepat bila Anda ingin mencari alternatif baru selain Hercule Poirot ataupun Sherlock Holmes. Intelligently funny!