Ngomongin tentang rencana, biasanya ini suka dikaitkan dengan takdir. Seperti ungkapan yang mungkin pernah Anda dengar, ‘manusia hanya bisa berencana.’ Tapi pada akhirnya, tidak ada yang salah dengan merencanakan sesuatu. Seperti yang berani dilakukan oleh Dignan, karakter utama dalam “Bottle Rocket.” Ia merencanakan kehidupan teman sejawatnya, Anthony, dengan matang untuk 75 tahun mendatang. Amazing!
Film ini akan membawa penonton untuk berkenalan dengan sosok Dignan, diperankan oleh Owen Wilson, seorang pria dengan potongan rambut cepak yang berbaik hati mengarahkan hidup sahabatnya. Anthony, nama rekan baiknya yang diperankan oleh Luke Wilson, tinggal di sebuah rumah sakit jiwa. Berkat Dignan, Anthony meloloskan niatnya untuk kabur, walaupun sempat diketahui oleh sang dokter. Jauh dari Arizona, keduanya kemudian menjalani perjalanan mereka menuju rumah Anthony untuk melakukan ‘aksi’ latihan mereka. Tanpa membuat saya heran, keduanya ternyata tengah berlatih untuk menjadi seorang pencuri. Dasar konyol.
Dalam perjalanan merubah hidup Anthony, Dignan juga merekrut seseorang bernama Bob, seorang supir yang diperankan oleh Robert Musgrave. Ia memiliki peran sebagai supir untuk aksi-aksi mereka. Pada aksi keduanya, tim kecil ini menargetkan sebuah local bookhouse sebagai target mereka. Ketiganya juga tinggal di sebuah motel, dan disanalah terdapat kisah percintaan Anthony dengan seorang maid bernama Inez, yang diperankan oleh Lumi Cavazos. Perjalanan trio Anthony-Dignan-Bob kemudian menjadi semakin ricuh, apalagi semenjak adanya keputusan penuh konyol dari karakter-karakternya.
Ini merupakan featured film pertama Wes Anderson, yang sebetulnya juga dari short film garapannya. Bersama Owen Wilson, yang waktu itu juga belum siapa-siapa, keduanya memulai project low budget mereka, sebelum berevolusi menjadi film ber-budget 7 juta dollar. Walaupun secara finansial “Bottle Rocket” memang tidak terlalu menguntungkan, film ini tentu akan tetap dikenang. Tidak hanya menjadi satu dari film terbaik versi Martin Scorcese, tetapi juga sebagai sebuah debut dari ragam karya Anderson yang kian matang setelahnya.
Kenapa matang? Anderson secara dalam menyiratkan beragam detil-detil kecil untuk memperjelas karakter yang diperlihatkannya. Misalnya, saat Anthony sedang membenarkan sebuah action figure yang menghadap ke arah yang salah menurutnya. Ataupun juga ketika Dignan yang tiba-tiba kembali setelah sekian lama, mencoba menemui Anthony demi mengeksekusi lagi rencana yang telah dibuatnya.
Bicara ceritanya, jujur, saya kurang menyukainya. Tapi, untuk ukuran penampilan duo Wilson bersaudara, keduanya terbilang punya penampilan yang patut dipertimbangkan, sebelum keduanya bersinar di film kolaborasi mereka dengan Anderson berikutnya, “The Royal Tenenbaums.”
Dalam pandangan hemat saya, “Bottle Rocket” tidak menawarkan sesuatu yang penuh aksi ataupun tawa. Film ini malah lebih ke drama, dan mengeksplorasi kekuatan karakter yang tergambar, terutama pada Dignan dan Anthony, yang sebetulnya memberi warna mendalam pada cerita dari keputusan-keputusan mereka. Film dengan kesan komedik ini memang tidak berhasil membuat saya tertawa-tawa, tapi saya merasa Anderson dan Wilson benar-benar matang untuk membangun kisahnya sehingga terlihat begitu apik.
Walaupun tidak berhasil secara komersil, Wes Anderson memperlihatkan sebuah potensi the next big thing sedari film pertamanya. Dari tangan dinginnya, kita bisa menyaksikan drama-drama surrealist bertempo cepat dengan gaya Anderson yang sangat khas. Sebut saja “The Royal Tenenbaums”, “Moonrise Kingdom” ataupun “The Grand Budapest Hotel” yang hampir menjadi film terbaik di Oscar. Anderson memang terbilang lihai untuk mengemas cerita-ceritanya, dengan jalan cerita yang kadang cukup tidak terduga. Bila membanding dengan karya-karya Anderson selanjutnya, “Bottle Rocket” memang barulah sebuah permulaan penuh potensi.