Pertama kali saya mendengar “Transamerica” adalah ketika menyaksikan rekaman perhelatan Academy Awards 2006. Saya masih mengingat ketika country legend Dolly Parton hadir untuk menyanyikan lagu “Travellin’ Thru,” salah satu nominasi Best Original Song dari film ini. Walaupun gagal memenangkan Oscar untuk lagu itu, track yang hadir di end credits ini masih jadi salah original soundtrack favorit saya hingga kini.
Sebentar lagi, Stanley Schupak, yang diperankan oleh Felicity Huffman, akan segera menjalankan reassignment surgery. Ini berarti Ia akan meninggalkan masanya sebagai seorang laki-laki, dan memulai kehidupan barunya sebagai Sabrina ‘Bree’ Osborne. Persiapan menjadi Bree tinggal satu minggu lagi. Ia hanya perlu untuk mendapatkan persetujuan dari teraphistnya, yang diperankan oleh Elizabeth Peña.
Secara rutin, Ia meminum pengobatan hormonnya. Juga, Ia tetap tak kenal lelah untuk bekerja sebagai seorang waitress dan telemarketer. Hingga suatu hari, Ia menerima telepon dari seorang laki-laki bernama Toby Wilkins, diperankan oleh Kevin Zegers, yang mengaku sebagai keturunan Stanley. Stanley yang terkejut kemudian menceritakan curahan hatinya pada sang therapist. Alih-alih menuai empati, Ia malah tidak mendapatkan persetujuan untuk operasi. Terapisnya malah menugaskannya untuk bertanggung jawabakan masa lalunya. Sebuah pilihan yang akhirnya terpaksa harus dilakukannya.
Film ini ceritanya ditulis dan disutradarai oleh Duncan Tucker. Sebagai featured film pertamanya, Tucker berhasil menuai dua nominasi Oscar film ini, untuk penghargaan Aktris Utama Terbaik dan Lagu Original terbaik. Tucker menghadirkan kesan komedi yang lumayan kental, apalagi dibarengi dengan penampilan Huffman yang mengesankan. Mengambil tema road movie dengan transgender sebagai karakter utamanya, “Transamerica” sudah terbilang unik.
Selain Bree, penonton juga akan terpusat pada sosok Toby. Toby digambarkan sebagai trouble boy with dark life background, yang punya semangat untuk bertemu dengan sang Ayah. Menariknya, Kevin Zegers tidak memerankan karakter seperti yang kita saksikan di “Air Bud.” Zegers yang sudah berusia 20 tahun kala itu terbilang lumayan memerankan karakter Toby yang bisa menghalalkan segala hal dan sangat mengandalkan keahlian ‘seksual’-nya.
Dengan kombinasi karakter yang kuat dan unik, “Transamerica” terbilang menarik untuk ditonton. Sepanjang lebih dari 103 menit, film ini akan sedikit membuat kita tertawa dengan ketololan Bree yang berpura-pura tolol sebagai misionaris, hingga adegan kencing di tengah jalan. Lain dengan Toby, penonton akan menyaksikan sisi kekanakannya di sisi lain, dan di bagian lainnya Anda mau tidak mau menikmati kerusakannya.
Pada akhirnya, saya sangat memuji penampilan Huffman. Bersuara datar, berparas sedikit mirip pria, hingga berkostum yang terlihat bukan wanita, berhasil ditampilkannya. Mungkin jika anda tidak ‘ngeh,’ Anda bisa saja menebak karakter ini diperankan oleh laki-laki. Tetapi, yang saya sukai dari perannya, Huffman tidak memperlihatkan sisi keperempuannya secara seluruhnya, walaupun nanti akan ada sekilas full frontal nudity-nya di film ini. Kekontrasan inilah yang malah membuat saya tertarik. Apalagi ketika sebetulnya Ia memerankan karakter transgender pria. Sebagai penutup, ada satu quote menarik yang diucapkan Bree, “I’m a transexual. Not a transvestite.” Hehe…