Sepintas, mendengar judul film ini seperti memberikan sebuah ekspektasi kalau ceritanya akan mengarah ke film action, adventure, ataupun horror. Lalu, jika melihat posternya dengan gambar seorang bocah perempuan yang sedang berlari, yang muncul dalam benak saya, film ini pasti tentang petualangan seorang anak kecil. “The Florida Project” berhasil memberi saya banyak ekspektasi, apalagi ketika seorang gadis kecil berusia 7 tahun yang jadi pemeran utama.
Mari kita semua berkenalan dengan Moonee, seorang gadis cilik yang sekilas badung, yang diperankan oleh Brooklynn Prince. Setiap hari, Ia bersama teman sepermainannya, Scotty, yang diperankan oleh Christopher Rivera, akan bermain di sekitaran tempat tinggal mereka: Magic Castle. Keduanya mendapatkan pengawasan minim dari Ibu Moonee, Halley, yang diperankan oleh Bria Vinaite.
Suatu hari, Dicky, seorang teman mereka mengajak Moonee dan Scooty untuk mengunjungi inn tempat Ia tinggal, Futureland. Setiba disana, Ia mengajak keduanya untuk membuat ulah: berlomba menyemprotkan ludah ke salah satu mobil penghuni baru. Aksi mereka kemudian tertangkap basah oleh Stacy, seorang nenek yang merupakan si pemilik mobil yang diperankan Sandy Kane. Ujung-ujungnya, nenek ini mendatangi tempat tinggal Moonee dan Halley menyutujui untuk membersihkan mobilnya. Yang menarik, sifat serius Stacy yang juga sudah naik darah, bisa berakhir dengan Halley. Malahan, kedua anak kecil pembuat ulah yang sedang dihukum untuk membersihkan mobil malah menikmati hukuman mereka. Parahnya, mereka malah membuat teman baru, yaitu berkenalan dengan Jancey, cucu nenek pemilik mobil yang diperankan oleh Valeria Cotto.
Magic Castle disini mungkin tidak seindah Magic Kingdom, situs atraksi yang tidak jauh dari tempat pemukiman mereka. Ini adalah tempat tinggal dengan bangunan berwarna ungu mencolok, dan merupakan salah satu bagian dari deretan penginapan dengan nama-nama unik di Florida. Moonee dan Scooty akan mengajak penonton ‘berkenalan’ dengan penghuni disana, termasuk menyaksikan salah satu penghuni yang gemar topless sunbathing. Yang paling menarik, anda akan berkenalan dengan Bobby, manajer Magic Castle yang diperankan oleh Willem Dafoe. Ia merupakan seseorang yang baik hati, protektif pada anak-anak, dan sosok protagonis di film ini.
Cerita film ini ditulis oleh Sean Baker dan Chris Bergoch, lalu kemudian disutradarai oleh Baker. Membahas dialognya, Anda akan menemukan banyak bahasa kasar yang diucapkan, ataupun ekspresi yang tidak pantas dilakukan oleh seorang anak kecil. Tetapi faktanya, anda akan menemukan hal seperti ini pada anak-anak yang kurang mendapatkan pengawasan dari orangtuanya.
Two big thumbs up to Brooklynn Jackson. Aktris cilik ini tahu betul bagaimana menempatkan dirinya di setiap shot dan menjadi bersinar. Dengan jalan cerita yang terkesan berjalan begitu saja, tanpa arah, film ini terasa memiliki beberapa selipan-selipan kisah dengan sosok Moonee sebagai ‘peramai cerita.’ Seperti tentang kedatangan turis Brazil yang salah memesan booking hotel, ketika Bobby sedang berusaha untuk membuang spring bed, sampai saat adanya bantuan makanan dari mobil gereja di tempat mereka. Karakter Moonee berhasil membuat saya tertawa dengan aksinya.
Membahas karakter Halley, yang hidup berantakan, mungkin sudah terasa tidak terlalu menarik. Tapi, kalau menyaksikan Moonee, saya sangat menikmati karakternya. Sosoknya yang free spirit, imaginatif dan memandang segala hal dengan santai. Saya terkejut bagaimana Ia bisa menikmati saat diberi hukuman, nekat demi mencapai tujuan ataupun dengan polosnya tidak mengetahui dengan seksama apa yang Ia lakukan ataupun Ia alami.
Saya merasa casting film ini berhasil. Selain Jackson, juga ada Bria Vinaite, aktris 24 tahun yang memerankan Halley, berhasil menjadi pelengkap yang tepat. Begitupun Willem Dafoe, aktor antagonis yang di film ini menjadi protagonis favorit: pelindung, pengatur dan penjaga kedamaian Magic Castle. Tidak heran, karisma Dafoe di film ini menghadiahkan nominasi ketiga Oscar baginya untuk pendukung pria terbaik.
Film ini diambil dengan menggunakan kamera 35mm, dan cinematography Alexis Zabe sangat menarik untuk disimak. Saya menyukai penyajiannya, yang senang mengambil adegan bocah-bocah dari sudut panjang yang jauh, ataupun ketika saat Bobby membelakangi kamera yang mengikutinya dan diambil secara rendah. Begitupun saat adegan dengan latar sunset ataupun pelangi.
Sebetulnya, film ini sudah dirilis sejak 22 Mei pada event Directors’ Fortnight di Cannes Film Festival. Sebagai salah satu andalan A24 di tahun 2017, ternyata “The Florida Project” hanya berhasil meraup satu nominasi di Academy Awards. Akan tetapi, film ini berhasil masuk dalam jajaran Top 10 National Board of Review dan American Film Institute di tahun 2017.
As a kid, like Moonee, I wish to go to Disneyland someday. Moonee menyisipkan mimpi-mimpinya, walaupun hanya sebatas mengunjungi rumah kosong ataupun menikmati keindahan kembang api dari jauh. Walaupun tempat tinggalnya berseberangan dengan Disneyland, Moonee tidak berhenti. Ia berusaha untuk menikmati imajinasinya dengan caranya sendiri, dan Jancey merupakan rekan petualang yang tepat dan tahu bagaimana merealisasikannya. At last, saya akhirnya mengerti darimana judul film ini berasal.