Keingintahuan yang tinggi kadang bisa membawa malapetaka. Itulah yang dialami Chihiro dan kedua orangtuanya. “Spirited Away” akan membawa penonton ke dalam perjalanan Chihiro menyusuri dunia para arwah dan berkenalan dengan makhluk fantasi beragam wujud.
Chihiro baru saja meninggalkan kota lamanya. Bersama kedua orangtuanya, mereka pindah ke kota yang baru. Di tengah perjalanan, mereka tiba-tiba tersesat dan memutuskan untuk masuk ke dalam hutan yang ada di depan mereka. Setelah disusuri, sebuah terowongan besar nan gelap menjumpai mereka di ujung jalan. Perasaan Chihiro yang masih campur aduk membuatnya untuk menolak mengikuti rasa ingin tahu kedua orangtuanya.
Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam terowongan tersebut, dan menemukan lapangan yang luas. Menurut saya ayah, itu merupakan bangunan tidak terawat yang dibangun di Jepang di era 90-an. Disana tidak berpenghuni. Kedua orangtuanya yang sedang asyik menjelajah menemukan sebuah pertokoan yang menyediakan berbagai macam makanan. Seketika itu juga, keduanya langsung melahap makanan yang ada di depan mereka. Sedangkan Chihiro, Ia malah memutuskan untuk berjalan-jalan dan tidak ikut makan bersama. Saat Ia menjumpai sebuah jembatan dengan gedung penginapan yang megah, Ia memulai perjalanan yang tidak pernah dibayangkannya.
Di tahun 2003, ketika tahun kedua penghargaan kategori Best Animated Featured, film ini berhasil memenangkannya. Film ini mengalahkan animasi-animasi Hollywood seperti “Lilo & Stitch”, “Ice Age”, “Treasure Planet” hingga “Spirit: Stallion if the Cimarron.” Memang bukan sebuah kejutan. Sebelumnya, film garapan Hayao Miyazaki ini sudah meraih sebuah Golden Bear di Berlin Film Festival bersama film “Bloody Sunday” dan juga film terbaik di Japanese Academy Awards.
Menyaksikan “Spirited Away” pertama kalinya di bioskop memberikan sebuah pengalaman yang benar-benar berbeda. Sebelumnya, Saya cuma menyaksikannya melalui koleksi digital dengan kualitas yang terbilang bagus. Tapi, kesan magis film ini lebih terasa di bioskop. Saya menikmati cara Hayao Miyazaki saat menawarkan karakter-karakter dengan rupa yang aneh, namun berkesan. Beda dengan menyaksikan animasi Disney yang kerapkali lebih dengan sajian yang lebih menawan, terutama dengan fairy tale dan permainan animasi komputernya.
Bicara ceritanya, durasi film sebetulnya cukup panjang. Saya hanya terbayang bila film ini dibukukan, mungkin tebalnya akan serupa buku “Harry Potter” yang seri terakhir. Penggambaran karakter Chihiro dimulai sebagai anak perempuan yang berubah dari sosoknya yang penakut. Kemudian berjalannya cerita, Ia berubah menjadi seseorang yang lebih berani, baik hati, dan sering tidak berpikir panjang. Spontanitasnya ini yang kadang mengagetkan saya. Seperti ketika Ia tahu obat yang diberikan Dewa Sungai bisa untuk mengembalikan kedua orangtuanya, Ia malah memberikannya pada Haku dan No-Face. It was unexpected!
Selain itu, kita juga akan mengenali karakter penyihir serakah bernama Yubaba dan kembarannya yang bernama Zeniba. Juga ada sosok Haku, yang sebetulnya juga terperangkap dalam dunia seperti Chihiro. Belum ditambah Rin dan Kamaji yang merupakan pekerja di tempat pemandian. Serta yang paling membuat saya tertawa adalah ketika melihat aksi Susuwatari yang kadang bikin ulah, ataupun kombinasi Burung Yubaba dan Boh ketika mereka menjadi burung kecil dan tikus akibat sihir Zeniba. Belum ditambah dengan No-Face, yang memberi banyak misteri namun cukup menghibur dengan suara datarnya.
Selain terperangkap ke dalam dunia fantasi Miyazaki yang weird but lovable, penonton juga akan terbius dengan sentuhan musik Joe Hisaishi. Saat film baru dimulai, opening track yang berjudul “One Summer’s Day” sudah menyentuh saya. Kolaborasi Hisaishi dengan Miyazaki terbilang begitu powerful. Saya selalu menggemari soundtrack Studio Ghibli, apalagi ketika dirilisnya Soundtrack Box “Hayao Miyazaki & Joe Hisaishi” yang berisi 13 CD soundtrack kolaborasi mereka pada 2014 lalu.
Saya teringat kembali dengan kutipan Zeniba di film ini, “Once you do something, you never forget. Even if you can’t remember.” Kalimat tersebut benar-benar menggambarkan ketika saat saya lupa dengan kisahnya saat menyaksikan kembali film ini di bioskop. “Spirited Away” merupakan salah satu animasi terbaik yang pernah dibuat. Pengalaman Chihiro memberi banyak pelajaran bagi penonton. Seperti ketulusan hati untuk menolong, keserakahan materi, hingga kekuatan cinta. Visualisasi imajinasi yang amat disayangkan bila terlewatkan. Wonderful!