“Ladies and gentlemen, and children of all ages, welcome the stars of the Benzini Brothers, most spectacular show on earth!” Kalimat tersebut adalah sebuah ucapan yang selalu diucapkan August, yang diperankan oleh Christoph Waltz, dalam memulai pertunjukan sirkusnya. Selamat datang di dunia Benzini Brothers, sebuah acara sirkus keliling di era 1930-an di Amerika.
Film “Water for Elephants” adalah sebuah suguhan drama romantis yang berlatarkan dunia sirkus. Penonton akan diawali dengan laju flashback, ketika Jacob Jankowski tua, yang diperankan oleh Hal Holbrook, mendatangi sebuah tempat sirkus di malam hari. Katanya, “I’m coming home.” Disini Jankowski tua akan bercerita tentang perjalanan dirinya mencari hidup, dan ketika Ia bergabung dengan Benzini Brothers.
Jacob Jankowski muda, yang diperankan oleh Robert Pattinson, adalah seorang pria muda yang baru saja hampir lulus studi vetenarian di Cornell University. Ia merupakan anak dari sepasang imigran asal Polandia, yang berusaha mengais rejeki di negeri Paman Sam yang penuh kebebasan. Hidupnya dikisahkan cukup bahagia, sampai suatu ketika Jacob mendapatkan sebuah cobaan ketika kendaraan yang dikendarai kedua orangtuanya terkena musibah.
Kematian kedua orangtua Jacob ternyata membuatnya harus bertahan. Seluruh harta peninggalan, termasuk rumah, ternyata harus dibayar demi melunasi hutang Ayahnya. Berhenti kuliah dan menjadi lajang yang tak tahu kemana adalah posisi Jacob saat itu. Suatu ketika, Ia mencoba menerobos naik sebuah kereta yang melewatinya. Tak diduga, ternyata kereta tersebut merupakan rombongan sirkus keliling Benzini Brothers, yang akan membawa penonton untuk masuk ke inti ceritanya.
Beruntungnya, nasib Jacob selamat. Semua berkat Camel, yang diperankan oleh Jim Norton. Camel adalah seseorang staff sirkus yang ternyata sama-sama berasal dari Polandia. He was a great man. Jacob dibantu dan akhirnya mampu untuk mendapatkan posisi sebagai vetenarian di Benzini Brothers.
Kala itu, Benzini Brothers dipimpin oleh August, sosok yang cukup kejam namun memberi warna yang cukup dalam di dalam kisah ini. Istrinya, Marlena, yang diperankan oleh Reese Witherspoon, adalah seorang performer sirkus bersama kuda-kuda putih miliknya. Menjadi seorang vetenarian, membuat Jacob banyak berhubungan dengan Marlena, dan memulai cinta backstreet mereka secara perlahan.
Kehadiran Jacob awalnya bukanlah sesuatu yang istimewa. Ketika Ia mampu menaklukkan Rosie, seekor Gajah betina yang merupakan penghuni baru sirkus, semuanya berubah. August memperlakukan Jacob sebagai seseorang yang spesial, yang mampu untuk membantunya demi meningkatkan pendapatan sirkus di masa depresi kala itu.
Film ini merupakan sebuah adaptasi novel Sara Gruen yang berjudul sama. Kemudian, Richard LaGravanese yang mengubahnya menjadi sebuah skenario yang cukup menarik. LaGravanese sudah cukup mapan dalam hal kisah romantis. Sebut saja “P.S. I Love You” dan “The Mirror Has Two Faces.”
Disutradarai oleh Francis Lawrence, yang juga menangani “The Hunger Games: Catching Fire” dan “I am Legend”, akan mengajak penonton untuk menikmati sebuah tontonan yang cukup menarik. Film ini cukup banyak mengambil tampilan set yang bagus, dan cukup memukau.
James Newton Howard, yang sudah cukup dikenal dengan gubahan-gubahannya di “Maleficent”, “Defiance”, hingga “ The Village”, menghadirkan sebuah sentuhan nada-nada sentimentil yang menyelingi aliran musik Jazz akhir 20-an yang memenuhi film ini.
Akting Pattinson memang tidak se-memukau wajahnya di film ini. Entah kenapa, menurut saya, Christoph Waltz merupakan pemain kunci dalam film ini. Tanpa Waltz, film ini hanyalah sebuah kisah drama romantis biasa saja. Seperti kata August, “You do right by me, I’ll show you a life most suckers can’t even dream of.” Kehadiran Waltz memberikan sebuah warna tersendiri. Sayangnya, Witherspoon yang telah tampil dengan akrobat-akrobatnya, tidak terlalu menonjol. Sebagai salah satu yang mengagumi akting Witherspoon, saya merasa karakternya belum dibawakan dengan maksimal, kecuali segala jenis akrobatiknya.
Menyaksikan “Water for Elephant” cukup menyenangkan. Kisah tentang pencarian nasib, cinta terlarang, masa great depression, hingga sebuah hubungan yang tulus dengan binatang, diperlihatkan Jacob tua melalui kisahnya. Cukup menarik ketika adanya penggabungan suara narasi antara Holbrook dan Pattinson ketika memulai dan menutup kisah Jacob Jankowski.
Film ini ditutup dengan sebuah ending yang sebetulnya biasa saja, namun pasti tidak akan membuat penonton kecewa. Namun closing scene yang dibuat ala 1920-an cukup menarik untuk diperhatikan di akhir film. “Water for Elephants” memberikan sebuah tontonan tentang perjuangan seorang pria yang berusaha melindungi sosok yang dicintainya. Seperti kata Jacob Jankowski kepada Marlena, “You’re a beautiful woman, you deserve a beautiful life. Nothing less.”