Steven Spielberg untuk kesekian kalinya kembali menyajikan sejarah dunia dalam sinema. Setelah berhasil menghadirkan “Schindler’s List”, “Saving Private Ryan”, “Munich”, hingga “Lincoln,” kali ini Ia bereksperimen lewat latar Perang Dingin. Terinspirasi dari sebuah kisah nyata, “Bridge of Spies” berkisah tentang kehebatan James B. Donovan dan peristiwa heroiknya dalam menukarkan tawanan perang.
Donovan, yang diperankan oleh Tom Hanks, adalah seorang pengacara asuransi asal Brooklyn, New York City. Ia ditawari oleh rekannya untuk membela Rudolf Abel, seseorang yang dituduh mata-mata Uni Soviet, yang diperankan oleh Mark Rylance. Ketika Donovan berusaha untuk membela Abel, percik-percik masalah pun datang. Donovan terlalu serius dalam membela klien-nya, yang notabene adalah orang yang paling dibenci saat itu di Negeri Paman Sam.
Melalui persidangan yang dilakukan, Abel dijatuhi hukuman mati. Tentu saja, karena Ia terbukti bersalah, dan hampir seluruh pihak termasuk Hakim menunjukkan nasionalisme tinggi mereka, yang beruntun ke dalam sebuah kondisi: Abel-Donovan vs USA. Donovan tidak mau berhenti, Ia kemudian meyakinkan Hakim dan berhasil menurunkan hukuman Abel menjadi 30 tahun penjara setelah naik banding ke Supreme Court.
Disaat yang sama, beberapa pilot terlatih CIA melakukan spionase dengan mengambil gambar dari udara. Satu diantara mereka, Francis Gary Powers, yang diperankan Austin Stowell, berhasil tertembak pihak Soviet dan menjadi tawanan perang. Masalah dengan Abel mungkin bisa dikatakan selesai, dan Donovan masuk ke babak cerita yang baru: transaksi tawanan.
Cerita dalam film ini ditulis oleh Matt Charman, dan kemudian dikemas kembali oleh Coen Brothers dalam mempertajam setiap dialognya. Alhasil, beberapa dialog dari film ini memang agak cukup terasa dengan sentuhan black comedy Coen Brothers, tetapi juga hadir dengan deretan adegan yang tersusun rapi, sistematis dan sinematis.
Dari sisi penyajian filmnya, Steven Spielberg mampu membuat cerita menjadi cukup ringan. “Bridge of Spies” bisa menjadi sebuah film berat yang agak membosankan dengan dialog, ataupun yang menuntut penonton untuk memahami istilah-istilah yang terkesan “berat.” Akan tetapi, Spielberg menggunakan pendekatan pada cerita yang benar-benar terfokus pada karakternya, terutama pada penggambaran sosok Donovan sendiri.
Saya sangat menikmati bagaimana film ini dirancang sepatutnya. Film mengambil setting banyak di tempat lokasi aslinya, salah satunya adalah di Glienicke Bridge, tempat andalan dimana pihak Sekutu dan Soviet menukarkan tawanan mereka. Production design yang di handle Adam Stockhausen, kembali hadir dengan set yang penuh detil, seperti yang sempat diperlihatkan dalam “The Grand Budapest Hotel.” Sayangnya, pada beberapa adegan, saya merasa penggunaan CGI dalam film ini cukup terlihat jelas, misalnya ketika adegan briefing para pilot CIA di dalam sebuah hanggar.
Tom Hanks kembali menunjukkan sosok aktor yang mampu memikat penonton hingga akhir film. Dengan segala keterbatasannya yang dimiliki karakternya, Hanks berhasil menghadirkan kekuatan Donovan dalam film ini: sifat cuek dan profesionalisme yang tinggi. Dalam ceritanya sosok Donovan tidak pernah ditampilkan sisi saat ketika Ia “lelah,” tetapi Hanks malah akan membuat penonton mengapa karakter Donovan “cukup berbeda.”
Sosok Rudolf Abel yang diperankan Mark Rylance juga hadir luar biasa menggemaskan. Karakter Abel dalam film ini sudah tergambar jelas kalau Ia bersalah, dan cukup berani untuk mempertahankan ekspresi sok innocennt-nya. Rylance dapat menggambarkan karakter yang awalnya mungkin akan cukup dibenci, namun perlahan menjadi salah satu yang berkesan. Sosok Abel dalam film ini digambarkan seperti seseorang yang terlalu menerima keadaan. Malah, Ia memperingati pengacaranya, Donovan, yang terlalu membawa ini semua cukup serius dan membahayakan dirinya.
Saya cukup menggemari penyajian ini. Mulai dari cara pandang Donovan dalam mengubah persepsi lawan bicaranya, membangun kedekatan dengan Abel, hingga menjadi orang nomor dua yang dibenci se-antero Amerika. Ada satu kutipan Donovan yang cukup menarik di film ini saat sedang menasihati anaknya: It doesn’t matter what others think. You know what you did. Отлично!