Mengangkat sedikit kisah nyata personil The Beach Boys, Brian Wilson, “Love & Mercy” seperti dikemas dari sudut pandang istri kedua Wilson, Melinda Ledbetter. Petemuan keduanya yang dimulai di sebuah showroom Cadillac, tempat Melinda bekerja, ternyata menjadi awal keterlibatan dirinya masuk ke dalam hidup legenda musik ini.
Awalnya, cukup tidak disangka ketika Melinda, yang diperankan oleh Elizabeth Banks, diminta untuk menghabiskan beberapa menit duduk bersama Brian di dalam sebuah Cadillac. First impression means lasts! Sejak itu, Brian, yang diperankan oleh Joan Cusack, mengajak Melinda untuk mengunjungi kediamannya yang berada di pinggir pantai.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Ia melihat sebuah kejanggalan dalam diri Brian. Eugene Landy, psikolog Brian, yang diperankan oleh Paul Giamatti, mendiagnosa Brian mengidap paranoid schizophrenia, suatu kondisi yang membuat Brian kehilangan interaksi dengan realita. Landy kemudian meminta Melinda untuk menjadi kaki tangannya, untuk melaporkan segala gerak-gerik Brian dan pandangannya, serta perasaan Melinda sendiri. Hebatnya, Melinda tidak terlena dengan iming-iming untuk pengobatan Brian. Melihat aksi Landy yang mulai diluar kendali, Melinda merencanakan sesuatu untuk menyelamatkan si musik jenius ini.
Film ini disutradarai Bill Pohlad sebagai feature keduanya. Pohlad memang lebih dikenal sebagai seorang produser, sebut saja “12 Years a Slave” ataupun “The Tree of Life.” Dalam film biografi ini Pohlan menghadirkan dua perjalanan Wilson, yaitu sebelum mengidap penyakit ini dalam sosok yang diperankan Paul Dano, dan kisah pasca perawatan dengan Landy yang kemudian diperankan Joan Cusack. Dua perjalanan ini dikemas dengan alur maju mundur (flashback).
Bicara tentang Brian Wilson, Ia merupakan seorang legenda yang juga merupakan leader, pendiri dan pengarang lagu The Beach Boys, sebuah boyband rock and roll yang cukup dikenal sejak era 1960-an. Formasi awal The Beach Boys terdiri dari Brian dan dua saudaranya, Dennis dan Carl, lalu ditambah sepupunya, Mike Love, dan teman mereka, Al Jardine. Kesuksesan awal mereka menjadi inspirasi Pohlan untuk membuka film ini lewat medley, reka ulang berbagai macam footage sambil diselingi opening credits.
Paul Dano dan Joan Cusack yang memerankan Wilson memperlihatkan kepiawaian akting mereka. Dano cukup terfokus untuk memperlihatkan kejeniusan Wilson dalam bermusik, sedangkan Cusack cukup terfokus memperlihatkan Wilson yang dalam pengobatan. Selain keduanya, karakter Melinda yang diperankan Elizabeth Banks jauh lebih menarik memerankan sosok heroine di film ini. Tidak ketinggalan, karakter Eugene Landy yang diperankan Paul Giamatti adalah “star of the show” film ini. Giamatti seakan mengantagoniskan karakter Landy dan saya cukup puas dengan penampilannya kali ini.
Penonton akan cukup dikenyangkan dengan karakter Brian Wilson dan beberapa behind the scene pembuatan Pet Sounds, yang merupakan hasil elaborasi instrumen inkonvensional dengan vokalisasi harmoni. Saya cukup terpana dengan cara Wilson untuk menghasilkan musik-musik hits-nya, termasuk “Good Vibrations.” Pengulangan berkali-kali demi memenuhi standarnya yang cukup unik, ternyata kadang cukup membuat Mike Love gerah dengan ulahnya.
Dari sisi produksinya, saya cukup menyukai penggarapan masa muda Wilson, dengan set latar 1960-an, seperti rumah mewah Wilson, kolam renang, kostum dan reka ulang The Beach Boys. Akan tetapi, bila bicara mengenai plot ceritanya, kian lama cukup membuat saya sedikit frustrasi. Pohlad tidak mengemas kisah frustasi ini menjadi semakin lebih baik, tetapi sebaliknya. Untuk ukuran 121 menit, mungkin terlalu cukup singkat untuk menceritakan sebuah biografi, akan tetapi Pohlad sudah cukup kehilangan dengan arah cerita dan menurut saya cukup terjebak dengan ceritanya.
Alhasil, jadilah sebuah untold story yang terlalu didramatisir, menurut saya film ini terlalu menyudutkan Landy dan juga memperlihatkan banyak keterbatasan Wilson. It’s kind of bizarre. I love how this movie is made, from the 60s, art direction, actors, costumes, and also music. But when it come to the story, all the good things became in an unattractive way and more frustrating as time goes by.