Terinspirasi dari sebuah pembangunan condo berhantu di Chiang Mai, “Laddaland” menjadi sebuah big hit di Thailand yang menawarkan tontonan penuh kejutan. Film yang disutradarai Sopon Sakdaphisit, yang juga menyutradarai “Coming Soon,” menghadirkan sebuah fenomena horror di sebuah perumahan yang bernama Ladda Land.
Salah seorang pemilik rumah disitu adalah Thee. Dari hasil kerja kerasnya selama ini, Thee, yang diperankan oleh Saharat Sangkapreecha, membeli sebuah rumah besar demi membahagiakan keluarganya. Ia pun cukup nekat dengan mengambil resiko untuk menghabiskan sebagian besar gajinya untuk membiayai cicilan rumah. Keluarganya, yang terdiri dari istri dan kedua anaknya, rela pindah dari Bangkok.
Pindah kesana ternyata tidak dapat diterima dengan baik oleh putri tertua mereka, Nan, yang diperankan oleh Sutatta Udomsilp. Nan, yang dibesarkan oleh neneknya, memperlihatkan sifatnya yang keras kepala pada kedua orangtuanya. Akan tetapi, kepindahan mereka menjadi penuh teror di perumahan setempat. Ini berawal dari kematian seorang asisten rumah tangga asal Burma yang ditemukan tewas di dalam sebuah lemari es. Awal kejadian ini menjadi sebuah ancaman horor seketika bagi penduduk Laddaland.
Awal bagian film ini dikemas seperti film horor lainnya, premis yang manis, bahagia, tanpa cela. Tetapi ketika mulai masuk ke ceritanya, penonton akan cukup banyak dihadirkan dengan jebakan-jebakan kaget horror Thailand, yang cukup unggul dalam segi teknikal mereka. Sakdaphisit cukup mengunggulkan penggunaan efek musik, makeup, serta penampakan guna menambah kesan horor. Cukup banyak pengandalan barang- barang, sebut saja foto, kursi roda, pintu yang menutup sendiri, hingga kulkas yang menjadi tempat penyimpanan korban pembunuhan.
Dari ceritanya yang digarap oleh Sopana Chaowwiwatkul dan Sophon Sakdaphisit, film ini punya penekanan pada cerita keluarga Thee. Mulai dari bagaimana Thee ternyata tidak disukai oleh Ibu mertuanya, bos perusahaannya tempat Ia bekerja kabur, hingga praduga istrinya yang dianggap berselingkuh. Akan tetapi, rentetan kejanggalan di Laddaland menjadi cerita pendukung yang kemudian diunggulkan sebagai penceritaannya.
Seperti ketika terjadinya aksi pembunuhan, lalu ada tetangga mereka yang histeris, aksi pencurian di rumah Thee, hingga pembunuhan tetangganya. Sayangnya keduanya tidak terlalu terfokus dengan kehidupan tetangga yang lain, sehingga bagi sebagian penonton agak tidak jelas ketika hunian Laddaland ditinggali para penghuninya.
Ada dua hal yang sebetulnya cukup menjengkelkan saya selama menyaksikan film ini. Pertama, karakter Thee, yang menurut saya salah satu unsur “pembawa bencana” keluara tetangganya. Kedua, sikap keras kepala Nam yang cukup menyebalkan untuk disaksikan. Akan tetapi, tanpa ada dua hal tersebut mungkin cerita film ini tidak akan jadi seperti demikian.
Thai horror ini punya banyak jebakan, dan saya cukup berhasil untuk tidak kaget dari ranjau-ranjau supranaturalnya. Ceritanya yang sebetulnya cukup sederhana dan mengejutkan sebetulnya bisa jadi salah satu rekomendasi tepat midnight horror movies untuk ditonton rame-rame.