Berlibur ke Hanging Rock, salah satu obyek wisata natural di Victoria, ternyata memberikan malapetaka bagi rombongan Appleyard College. “Picnic at Hanging Rock” akan membawa penonton kembali ke 14 Februari 1900, hari dimana tragedi fiksi ini berlangsung. Tiga siswi dan seorang guru hilang.
Appleyard College merupakan sebuah sekolah privat khusus wanita, yang berada dekat dengan kota Woodend, Victoria, Australia. Sekolah ini dipimpin oleh Mrs. Appleyard, yang diperankan oleh Rachel Roberts. Film ini diawali dengan persiapan siswi-siswi untuk merayakan hari Valentine mereka dengan mengadakan sebuah piknik di Hanging Rock. Mulai dari mencuci muka, memakai korset, hingga membaca puisi-puisi dari kartu ucapan Valentine.
Keberangkatan para siswi ini dua orang guru dan seorang supir kereta kuda. Mereka adalah Miss Greta McGraw, guru matematika yang diperankan oleh Vivean Gray; Mlle. de Poitiers, yang diperankan oleh Helen Morse; serta Ben Hussey, yang diperankan oleh Martin Vaughan. Dari seluruh siswa dan guru yang berangkat, hanya Sara dan Miss Lumley saja yang tidak diperbolehkan pergi oleh Mrs. Appleyard. Ternyata piknik yang berubah menjadi tragedi ini memberi dampak pada banyak hal, yang menjadi kelanjutan ceritanya.
Film ini diangkat dari novel berjudul sama karangan Joan Lindsay di tahun 1967. Dalam pembuatan ceritanya, bab terakhir yang merupakan resolusi misteri hilangnya siswi-siswi dan seorang guru tidak disertakan. Hal ini sengaja dilakukan atas masukan dari editor agar menambah kemisteriusan cerita. Kisah ini kemudian diangkat menjadi sebuah film lewat naskah garapan Cliff Green.
Yang menarik dari cerita ini adalah penggarapan kisahnya yang fiksi, namun dibuat seakan benar-benar terjadi. Salah satunya adalah bagaimana Peter Weir, sutradara film ini, membuka ceritanya ke penonton. Ia memulai dengan tulisan bahwa cerita ini berasal dari sebuah tragedi. Yup, memang bila kembali diperhatikan masih terdapat kejanggalan historikal dari cerita Lindsay. Misalnya, tanggal 14 Februari 1900 dalam kisah Lindsay terletak pada hari Sabtu, berbeda dengan versi nyatanya yang jatuh pada hari Rabu.
Film ini bersetting di era Victoria, ketika banyaknya pendatang Eropa mendatangi Australia. Pendatang-pendatang ini berhadapan dengan hal-hal mistis di dunia mereka yang baru, salah satunya seperti tragedi dalam cerita ini. Peter Weir menghadirkan film ini dengan sangat meyakinkan, mulai dengan shot-shot pemandangan alam Australia yang indah hingga alur ceritanya yang membuat saya terus bertanya.
Saya cukup setuju dengan pendapat Roger Ebert yang mengatakan bahwa Weir menjadikan penonton sama seperti para peserta rombongan yang selamat. Kita akan tetap terus bertanya: Apakah mereka masih hidup? Apakah mereka diculik? Apakah mereka dibunuh? Atau mereka diperkosa? Ada banyak kemungkinan yang terjadi, yang membuat penonton untuk terus bertanya tanpa hasil, dan tetap menjadi sebuah misteri.
Saya menyukai bagaimana kisah ini berlanjut. Salah satunya adalah kisah Mrs. Appleyard dan Sara. Sosok Sara Waybourne, yang diperankan oleh Margaret Nelson, digambarkan sebagai sosok siswi yang cukup misterius. Ia juga mendapat perlakuan yang memang berbeda dengan siswi lainnya. Subplot ini sebetulnya merupakan bagian yang agak tidak terkait dengan tragedi, tetapi menjadi salah satu implikasinya.
“Picnic at Hanging Rock” merupakan salah satu film Australian new wave yang tidak menawarkan ending bahagia ataupun layaknya “Psycho.” Film ini akan memberikan bekas pada penonton akan para sosok-sosok yang hilang, seperti para karakternya yang kemudian tidak muncul kembali. Mengutip ucapan Miranda: “What we see and what we seem are but a dream, a dream within a dream.”
