Table of Contents
🇮🇩 Bahasa Indonesia – Original
Topik kematian menjadi pilihan karya Almodóvar yang teranyar. “The Room Next Door” akan membawa penonton dalam kisah persahabatan yang kembali terajut sekaligus menyibukkan mereka dengan kematian. Kok bisa? Begini ulasan saya.
Ingrid, diperankan oleh Julianne Moore, baru saja kembali ke New York. Ia merilis buku terbarunya yang tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran Stella, diperankan oleh Sarah Demeestere, yang muncul dari barisan pengunjung yang akan meminta tanda tangannya. Kemunculan tersebut memberi semangat pada Ingrid sekaligus ia mendapat berita sedih. Ia mendapat info jika salah seorang sahabatnya yang bernama Martha sedang mengidap kanker dan sedang dalam pengobatan.
Ingrid kemudian mengunjungi tempat di mana sahabatnya dirawat. Martha, yang diperankan oleh Tilda Swinton, terkejut namun merasakan kehangatan setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Ia pun menceritakan kondisinya yang kini sedang dalam pemulihan, yang mengambil risiko untuk menjadi bagian dari eksperimen sang dokter yang menjanjikan potensi kepulihan yang lebih tinggi.
Saat keduanya bertemu, Ingrid pun berjanji untuk menemani Martha. Martha mengungkapkan dirinya yang punya hubungan kurang baik dengan putri tunggalnya, hasil dari ketidakjelasan masa lalu tentang sang ayah. Ia pun melakukan recall untuk menceritakan kisahnya pada Ingrid. Ingrid pun cukup sering mengunjungi Martha, sampai suatu ketika sahabatnya yang sakit ini punya sebuah rencana rahasia.
“The Room Next Door” merupakan sebuah adaptasi dari novel karangan Sigrid Nunez, yang kemudian diadaptasi dan disutradarai oleh Pedro Almodóvar. Sutradara kenamaan asal Spanyol ini merilisnya pada Venice Film Festival, dan berhasil menghadiahkannya Golden Lion dan Brian Award. Ini merupakan Golden Lion ketiganya setelah “Women on the Verge of a Nervous Breakdown” dan “Parallel Mothers.”
Apa yang menarik dari “The Room Next Door” menurut saya adalah bagaimana film ini terlalu mudah memancing penonton untuk masuk ke dalam ceritanya. Semuanya terasa smooth sampai tak saya sadari, yaitu ketika Martha dan Ingrid yang memulai pertemuan mereka, yang disambung dengan cerita-cerita nostalgia Martha.
Karakterisasi dari film ini pun terasa menarik disimak. Keduanya punya pandangan yang berseberangan akan kematian. Ingrid punya pandangan untuk menghindari kematian, sedangkan sahabatnya sedang bersiap untuk menanti ajal menjemputnya. Atas penderitaan Martha, karakter Ingrid malah terbawa dalam konflik psikologis yang akan membuatnya hadir sebagai karakter yang memahami bagaimana menyakiti diri sendiri.
Konteks peran ibu masih dibawa Almodóvar, seperti film-film pendahulunya, yang saya saksikan dalam “Julieta“ dan “All About My Mother.” Bedanya, di sini penonton akan lebih mengenal karakter-karakter di sekitar Martha dan Ingrid melalui dialog keduanya. Penyajian yang tidak rumit serta tambahan plot kisah masa lalu yang menyertai membuat tontonan ini tidak membosankan.
Jika melihat dari penyajiannya, Almodóvar masih membangun rasa unik dalam filmnya. Ia masih berani untuk bermain dengan warna-warna cerah, misalnya seperti pakaian stabilo kuning Martha, ataupun cara ia memperlihatkan koneksi keduanya yang bisa menggambarkan dalam arti yang lain. Pada film ini, ia terasa cukup mempertegas pandangan akan seksualitas dari kedua karakternya.
Score dari Alberto Iglesias akan mewarnai kisah penuh kehangatan ini, walaupun kadang saya menyadari penempatannya terasa terlalu berlebihan. Film ini sudah terlalu bersinar dari cerita sekaligus penampilan kedua karakter yang begitu kuat dan effortless. Tentu rasanya tak menampik bagaimana kualitas yang dijanjikan dari kedua pemenang Oscar ini.
Yang bikin menarik, saya merasa Julianne Moore menjadi sosok sentral dalam film ini, digambarkan sebagai supporting character bagi Martha. Moore yang terakhir saya saksikan dalam “May December,” terbilang masih cukup konsisten dengan penampilannya. Di sudut lain, Tilda Swinton yang selalu punya ciri khas dengan rambut pendeknya itu, juga cukup hadir misterius. Yang bikin terkejut, saat Swinton juga memerankan sosok putri Martha, yang perawakannya mengingatkan saya dengan film dari 14 tahun yang lalu yang memenangkan Swinton piala Oscar, “Michael Clayton.”
Tema kematian yang dibahas memang tidak akan seindah “The Departures“ yang memotret cara pemberangkatan yang dikemas dengan baik. “The Room Next Door” lebih akan mengoyak rekoleksi memori dan kejadian yang menimpa Martha, dan memengaruhi ia untuk mempersepsikan kematian seperti apa yang baik baginya, walaupun tanpa ia sadari, ia melukai psikologis sahabat setianya. Brilliant!
🇬🇧 English Version – Translated
The topic of death becomes Almodóvar’s latest work choice. “The Room Next Door” will take the audience through a story of friendship that is rewoven while keeping them preoccupied with death. How is that possible? Here’s my review.
Ingrid, played by Julianne Moore, has just returned to New York. She releases her latest book which is suddenly surprised by the presence of Stella, played by Sarah Demeestere, who emerges from the line of visitors who will ask for her signature. That appearance gives Ingrid spirit while she gets sad news. She gets information that one of her friends named Martha is suffering from cancer and is undergoing treatment.
Ingrid then visits the place where her friend is being treated. Martha, played by Tilda Swinton, is surprised but feels warmth after not meeting for so long. She then tells of her condition which is now in recovery, taking the risk to be part of the doctor’s experiment that promises higher recovery potential.
When they meet, Ingrid promises to accompany Martha. Martha reveals herself as having a poor relationship with her only daughter, a result of past ambiguity about the father. She also recalls to tell her story to Ingrid. Ingrid quite often visits Martha, until one time this sick friend has a secret plan.
“The Room Next Door” is an adaptation of a novel by Sigrid Nunez, which was then adapted and directed by Pedro Almodóvar. This renowned Spanish director released it at the Venice Film Festival, and successfully awarded it the Golden Lion and Brian Award. This is his third Golden Lion after “Women on the Verge of a Nervous Breakdown” and “Parallel Mothers.”
What’s interesting about “The Room Next Door” in my opinion is how this film is too easy to lure the audience into its story. Everything feels smooth until I didn’t realize, which is when Martha and Ingrid begin their meeting, which is connected with Martha’s nostalgic stories.
The characterization of this film also feels interesting to follow. Both have opposing views on death. Ingrid has a view to avoid death, while her friend is preparing to wait for death to pick her up. Due to Martha’s suffering, Ingrid’s character is instead carried into psychological conflict that will make her present as a character who understands how to hurt herself.
The context of the mother’s role is still carried by Almodóvar, like his previous films, which I watched in “Julieta“ and “All About My Mother.” The difference is, here the audience will get to know the characters around Martha and Ingrid more through their dialogue. The uncomplicated presentation plus additional past story plots that accompany make this viewing not boring.
If looking at its presentation, Almodóvar still builds a unique feel in his film. He is still brave to play with bright colors, for example like Martha’s yellow highlighter outfit, or the way he shows their connection that can illustrate in another meaning. In this film, he feels quite emphasizing views on the sexuality of both characters.
The score from Alberto Iglesias will color this warmth-filled story, although sometimes I realize its placement feels too excessive. This film already shines too much from the story as well as the performance of both characters that are so strong and effortless. Of course it doesn’t deny how the quality promised by these two Oscar winners.
What makes it interesting, I feel Julianne Moore becomes the central figure in this film, portrayed as a supporting character for Martha. Moore whom I last watched in “May December,” is still quite consistent with her performance. On the other side, Tilda Swinton who always has a characteristic with her short hair, also appears quite mysterious. What’s surprising is when Swinton also plays Martha’s daughter figure, whose physique reminds me of the film from 14 years ago that won Swinton an Oscar trophy, “Michael Clayton.”
The theme of death discussed indeed won’t be as beautiful as “The Departures“ which captures departure methods packaged well. “The Room Next Door” will more tear apart memory recollections and events that befall Martha, and influence her to perceive what kind of death is good for her, although without her realizing, she hurts her loyal friend’s psychology. Brilliant!
