Masih ingat dengan sosok Willy Wonka yang diperankan Johnny Deep dalam film “Charlie and The Chocolate Factory”? Kali ini saya mencoba untuk menyaksikan film adaptasi yang benar-benar karangan penulis aslinya langsung, Roald Dahl, yang berjudul “Willy Wonka & The Chocolate Factory.”
Pada versi 1971 atau tepatnya versi film ini, akan berpusat pada cerita bagaimana Willy Wonka melakukan sayembara untuk mencari 5 orang anak peserta untuk mengajak berkeliling di pabrik cokelat miliknya. Alhasil, lima peserta tersebut didapatkan lewat golden ticket yang ada di dalam cokelat batangan Wonka.
Kelima peserta yang ikut memiliki satu kesamaan, semuanya anak kecil. Yang menarik, kelima-limanya memiliki keunikan masing-masing. Pertama adalah Augustus Gloop, anak dari Jerman yang doyan makan. Kedua adalah Violet Beaugarde yang doyan makan permen karet hingga berbulan-bulan. Ketiga, Veruca Salt, anak manja yang selalu menuntut pada ayahnya. Keempat, Mike Teevee, anak amerika yang sangat terobsesi dengan film. Terakhir, adalah sosok Charlie Bucket, anak miskin yang punya mimpi untuk berkunjung ke pabrik Wonka.
Yang menarik, kelima peserta akan berusaha mendapatkan hadiah utama dari Wonka, yaitu mendapatkan suplai cokelat selama seumur hidupnya. Ternyata, persaingan kompetisi tersebut dilakukan secara tidak langsung, yang membuat tereliminasinya satu per satu peserta hingga ditemukannya sang pemenang.
Film ini disutradarai oleh Mel Stuart, serta diproduseri oleh David H. Wolper. Sesuai dengan eranya, film ini akan diwarnai dengan beberapa musikal yang tidak terlalu dominan. Film ini dimulai dengan opening screen proses pembuatan cokelat Wonka, disertai dengan score musik gubahan Leslie Bricusse, Anthony Newley, dan Walter Scharf, yang akan menarik ketertarikan penonton pada kisahnya.
Dari penyajian film, memang tidak ada sesuatu yang berbeda dengan film-film dari masa keemasan Hollywood. Film ini menghadirkan sebuah suasana magis yang membuat saya tidak akan lupa dari beberapa fantasi yang coba diperlihatkan. Hebatnya, tidak seperti versi Tim Burton yang cukup mengandalkan efek disana-sini, film ini terlihat unggul dari sisi realistits-nya.
Salah satu memorable scene dalam film ini ketika seluruh peserta memasuki pabrik Wonka dan melihat sebuah taman yang dilengkapi dengan sungai dan air terjun cokelat. Hebatnya, semuanya dapat dimakan. Sedangkan yang menjadi scariest moment dalam film ini adalah ketika rombongan bersama Wonka memasuki sebuah terowongan, kemudian dengan kerlap-kelip lampu serta hal-hal menakutkan menjadi satu, disertai dengan nyanyian misterius yang dinyanyikan Wonka.
Gene Wilder sebagai Willy Wonka dalam film ini menghadirkan sebuah unforgettable act. Walaupun versi Johnny Deep lebih populer sebagai Wonka, saya merasa orisinalitas Wilder sebagai Wonka akan cukup terus diingat. Deep mungkin akan terkesan lebih eksentrik, tapi Wilder menampilkan sisi lain yang tidak ditangkap Deep, dingin dan misterius.
Sebagai buatan dari 1971, film ini tetap menjadi sebuah tontonan yang layak hingga kini. Keunikan film ini lewat fantasi yang disajikan tanpa embel-embel efek buatan yang sering terlihat pada film lawas. Salah satu keunikannya adalah musikalisasi para Oomla Loompa setiap ada anak yang tereliminasi. Saya sangat tertarik dengan lirik-lirik yang secara tidak langsung memberikan sebuah pengajaran bagi anak-anak, yang sebetulnya merupakan target penonton film ini.
Secara keseluruhan, film ini memberikan sebuah kesan tersendiri buat saya. Penyajian yang unik, karakter yang kuat, hingga disertai sedikit sentuhan musikal menjadikan film ini sebagai salah satu cult movie terbaik yang pernah saya tonton.