Pada tahun 2017, Antoneta Alamat Kusijanovic membuat sebuah film pendek berjudul “Into the Blue,” yang menceritakan tentang Julija, seorang remaja berumur 13 tahun, yang merasa terasingkan saat sahabatnya lebih memprioritaskan pacarnya. Film pendek ini mendapat penghargaan Best Short Film di ajang festival Berlinale di tahun 2017. Empat tahun kemudian, Antoneta mengembangkan film pendeknya menjadi film panjang berjudul “Murina” yang merupakan debut film panjang pertamanya.
“Murina” masih berkisah tentang Julija, yang masih diperankan oleh Gracija Filipovic. Ia tinggal bersama orang tuanya, Ante (Leon Lucev) dan Nela (Danica Curcic) di sebuah pulau terpencil di Laut Adriatik, Kroasia. Suatu hari, sahabat lama Ante, Javier (Cliff Curtis) mengunjungi pulau dengan tujuan membeli lahan di pulau tersebut untuk dijadikan semacam resort. Kedatangan Javier tidak hanya membuka harapan baru bagi Julija, tetapi juga membawa sebuah masalah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Murina” merupakan sebuah pilihan judul yang menarik. Murina adalah sebutan untuk belut moray yang ada di Mediterania. Biasanya para penyelam memburu belut ini dengan cara ditombak, dan saat ditombak, belut tersebut akan mencoba menggigit bagian tubuhnya agar bisa terlepas dari pemburu. Hal tersebut menggambarkan kisah remaja Julija yang ingin bebas lepas seperti belut tersebut. Format cerita coming of age biasanya memiliki template yang serupa, dimana kita dipertemukan dengan seorang remaja yang berproses menuju kedewasaan dengan menghadapi suatu hal yang baru baginya. “Murina” melakukan hal yang sama.
Lantas apa yang diharapkan dari film ini? Dari permukaan, jelas “Murina” tidak jauh berbeda dari film dengan tema yang sama, namun Antoneta sukses menuangkan isi skenarionya menjadi suguhan visual yang cantik namun sarat akan makna. Dibalik adegan-adegan yang terlihat sederhana, secara perlahan namun pasti, konflik demi konflik mulai muncul ke permukaan dengan tensi yang terus meningkat dan tak terduga. Kejutan tersebut memang tidak hadir dalam skala besar, tapi berhasil diolah dengan cara yang sangat efektif.
Di paruh awal film, saya merasa bahwa hidup Julija tidak begitu sulit, ia hanya terlihat sedikit tidak akur dengan sang ayah dan mungkin… kesepian. Itu yang saya tangkap di awal. Tapi saya salah. Julija adalah remaja yang sengsara. Hidup di pulau terpencil dengan ayah yang abusive dan ibu yang tidak bisa berbuat banyak untuknya… jelas bukan suatu hal yang terdengar menyenangkan. Sosok ayah yang abusive ini memang tidak dihadirkan dengan adegan-adegan kekerasan, tapi nyatanya, Julija jelas sangat terluka di bagian psikis-ny. Sebuah perasaan yang tidak gamblang dibicarakan Julija, remaja 13 tahun yang selalu menurut saat disuruh tidur oleh ayahnya.
Danica Curcic terlihat meyakinkan menjadi sosok ibu dengan perasaan yang rumit. Begitu juga Leon Lucev yang sukses menjadi ‘villain’ dalam film ini dengan range emosi yang pas. Serta Cliff Curtis yang terlihat begitu tenang namun penuh makna di matanya. Tapi bintang utamanya di sini adalah Gracija Filipovic. Sebagai debut akting layar besar pertamanya, Ia sukses memerankan Julija. Emosi yang ia keluarkan dan yang ia pendam begitu kompleks dan terlihat sangat meyakinkan. Saya sangat suka performa ensemble cast ini. Dinamika antara Julija dengan Ayah, Ibu dan Javier, selalu hadir dengan sangat memuaskan.
Menurut saya, “Murina” bisa dinikmati siapa saja. Memang butuh waktu beberapa menit untuk ‘klik’ dengan karakter dan ceritanya. Tetapi jika sudah ‘klik’, film ini akan menjadi film yang cukup memuaskan. Kekurangan jelas ada dan hal tersebut hadir di kurangnya penggalian karakter para orang dewasa, tetapi hal tersebut tidak terlalu mengganggu sebuah debut film panjang yang cantik, intens dan unpredictable.
