Alert! Sebelum film nya muncul di tahun 2022, “Love Destiny” sudah hadir dalam versi ‘lakorn’ atau series-nya di tahun 2018. Pas tahun 2020 kemarin, saat wabah Covid-19 merajalela, saya sedang getol-getolnya nonton lakorn ini. Wajar dong langsung excited, ketika tahun lalu Bella Ranee Campen, female lead dalam serial ini menginfokan kalau sequel film ini akan diangkat ke layar lebar dan di produksi sama GHD, rumah produksi yang terkenal dengan film-film Thailand mereka yang maha keren.
Film ini dibuka oleh Mathus, yang diperankan oleh Ice Paris, berada di tahun 2021. Fyi, tahun lalu memang Covid-19 masih merajalela, wajar dong kalau Mathus lagi desperate banget buat cari uang sampai-sampai mau jual peninggalan nenek moyangnya merupakan orang barat. Tapi ketika Mathus meminta izin mendiang ibunya untuk menjual barang-barang tersebut ke orang lain, disinilah letak keseruannya dimulai.
Mathus yang sepertinya tidak mendapatkan izin dari mendiang sang ibu terlempar ke Thailand Zaman Rattanakosin awal (1782-1855 M). Ternyata di zaman ini ada sebuah takdir cinta yang kembali harus terajut dan Mathus merupakan salah satu dari saksi perjalanan cinta mereka.
Bhop, yang diperankan oleh Pope Thanawat, adalah seorang lelaki yang bekerja sebagai kepala insinyur di Zaman Rattanakosin. Ia menolak perjodohannya dengan seorang wanita dikarenakan selama bertahun-tahun ia bermimpi melihat seorang wanita yang ia percaya sebagai takdir cintanya. Sampai suatu hari, Bhop bertemu dengan seorang gadis yang baru saja ia tolak perjodohannya bernama Gaysorn, diperankan oleh Bella Ranee Campen.
Namun, seperti tersambar petir, ternyata Gaysorn merupakan wanita cantik yang bertahun-tahun ia mimpikan selama ini. Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Bhop yang telah memutuskan perjodohan tersebut mencari cara untuk mengenal Gaysorn lebih dalam dan mencoba memenangkan hati gadis tersebut.
Sampai disini, saya yang gak pernah suka film kolosal kagum banget sih sama penggambaran Zaman Rattanakosin yang berada di 1782-1855 M dalam film “Love Destiny The Movie” ini. Jujur, kesan zaman dulu-nya dapet dan pas banget menurut saya.
Disaat Bhop yang sedang gencar-gencarnya untuk mendekati Gaysorn, muncul rival baru yang bukan lain adalah Mathus, lelaki berdarah Thailand-Eropa. Pria ini sudah berhasil memikat Gaysorn yang dalam pertemuan pertamanya. Belum lagi, Mathus langsung membuka identitasnya yang merupakan time traveler dari tahun 2021. Pertemuan antara Gaysorn dan Mathus ternyata menghubungkan semua titik perjalanan kisah cinta antara Bhop dan Gaysorn melalui buku harian Ketsurang, seorang gadis yang melakukan perjalanan lintas waktu seperti Gaysorn, namun bedanya Ketsurang merupakan gadis yang melakukan perjalanan waktu dari tahun 2018 ke Zaman Ayutthaya (1351-1767 M).
Bahkan ketika Mathus ingin menolong nenek moyangnya yang hampir saja dijadikan kambing hitam oleh pihak asing lain, Mathus, Gaysorn dan Bhop tahu hal tersebut terlebih dahulu dari buku harian milik Ketsurang. Dan karena hal itu juga Gaysorn tahu kalau dirinya merupakan reinkarnasi dari Ketsurang dan takdir cintanya dengan Bhop sudah tertulis dari zaman tersebut.
Setelah melihat kisah cinta Bhop dan Gaysorn dari zaman ke zaman, saya mulai mengerti arti “I love you in every universe” yang diucapkan Doctor Strange pada film “Doctor Strange in the Multiverse of Madness.” Jujur, film ini bener-bener diluar ekspektasi saya, karena semuanya benar-benar diproduksi dengan baik. Mulai dari musik, setting, alur cerita, yang kemudian bikin saya gak bisa move on dari film ini. Rasanya saya masih ada di Thailand pada Zaman Rattanakosin bareng Mathus, Bhop dan Gaysorn.
Belum lagi sebagai penonton film “Love Destiny The Movie,” memberikan banyak pikiran baru pada saya yang masih single tentang jodoh. Apa iya jodoh saya akan digariskan semesta? Atau apakah saya memiliki jodoh abadi yang selalu bertemu baik di masa lalu, masa kini ataupun masa depan? Pokoknya jadi ingin ketemu juga yang bisa bikin saya falling in love in every universe kayak Bhop dan Gaysorn.
Kesimpulannya, ini sih sudah bukan two thumbs up tapi four thumbs up buat Adisorn Trisirikasem yang sebelumnya sudah bikin saya gak move on bertahun-tahun karena film “Bangkok Traffic (Love) Story” dan sekarang saya dibikin gak move on sama “Love Destiny The Movie”. Bayangin aja saya gak ngerasa bosan sekalipun walaupun film ini durasinya hampir tiga jam. Secara pribadi, “Love Destiny The Movie” jadi jagoan saya untuk film romcom terbaik di tahun 2022.
Love Destiny: The Movie (2022)
166 menit
Comedy, History, Romance
Director: Adisorn Tresirikasem
Writer: Pattanarad Bhiboonsawade, Benjamaporn Srabua, Thodsapon Thiptinnakorn, Adisorn Tresirikasem
Full Cast: Tanawat Wattanaputi, Ranee Campen, Paris Intarakomalyasut, Paweenut Pangnakorn, Nimit Lugsamepong, Chanon Santinatornkul, Vithaya Pansrigarm, Peter Tuinstra, Daniel Bruce Fraser, Jonathan Samson, Suwatjanee Chaimusik