Apa yang terjadi ketika kita harus terpaksa pindah di sebuah rumah tua yang ternyata punya misteri? Misterinya “The Spiderwick Chronicles” bukan bertema tentang pembunuhan, ataupun dunia gaib yang penuh dengan arwah-arwah, tetapi tentang dunia kedua yang berisi para makhluk fiksi seperti peri, dan goblin.
Ini semua berawal dengan kepindahan keluarga Grace dari New York ke sebuah rumah yang sudah lama tidak dihuni oleh bibi tua mereka, Lucinda, yang diperankan oleh Joan Plowright. Grace, yang diperankan oleh Mary-Louise Parker, memiliki tiga orang anak. Yang pertama, Mallory, yang diperankan oleh Sarah Bolger. Kedua dan ketiga, adalah anak kembar, Jared dan Simon, yang kedua-duanya diperankan oleh Freddie Highmore. Bedanya Simon lebih pintar dan realistis, sedangkan Jared lebih nakal dan imaginatif. Karena terlalu bandelnya, membuat Mallory hingga menilai segala kesalahan dibuat oleh Jared.
Kepindahan di rumah itu sebetulnya membuat Jared agak muak. Ia tidak ingin kedua orangtuanya berpisah. Setiba di rumah tersebut, ternyata Jared menemukan sebuah ruangan rahasia. Ruangan tersebut ternyata merupakan ruangan pribadi Arthur Spiderwick, ayah bibi tua Lucinda, yang diperankan oleh David Straithairn. Disana Jared menemukan sebuah buku. Buku tersebut awalnya berisi sebuah peringatan untuk tidak membukanya. Karena rasa ingin tahu yang besar, Jared membukanya dan perjalanan pun dimulai.
Ketika buku Spiderwick terbuka, seketika juga semua yang berbau aneh terjadi. Jared kemudian mengenal sosok Thimblestack, yang disuarakan oleh Martin Short, asisten Arthur Spiderwick yang merupakan sejenis goblin kecil yang bisa berubah bentuk bila marah. Selain itu, serangan dari goblin jahat yang di komandani Mulgarath, yang disuarakan oleh Nick Nolte, mulai berusaha mengepung rumah Jared. Alhasil, saudara-saudaranya mulai tersadar dengan gangguan makhluk yang tidak terlihat ketika mereka mulai diganggu.
Akhirnya mereka bertiga berusaha untuk menyusun rencana. Selama Ibu sedang bekerja, Simon meracik bom jus tomat untuk menghancurkan para goblin, sedangkan Mallory dan Jared mencari jalan untuk menemui bibi tua mereka, Lucinda. Setelah bertemu dengan Lucinda, mereka kemudian mengetahui bahwa Arthur belum mati, melainkan diculik oleh para peri, karena pengetahuannya yang sangat tinggi akan dunia mereka, dan juga mengamankannya dari Mulgarath. Lucinda kemudian menyuruh Jared dan Mallory untuk mencari ayahnya.
Arthur Spiderwick akhirnya berhasil ditemukan. Berkat bukunya, ketiga bersaudara ini menaiki seekor Griffin, sejenis burung besar, untuk menemui Arthur Spiderwick untuk memusnahkan bukunya. Sayangnya, setiba disana, buku yang diberikan Thimblestack adalah palsu, karena Ia ingin menjaga buku tersebut sesuai pesan Arthur. Akhirnya, ketiga bersaudara ini harus melewati peperangan dengan kepungan para goblin yang semakin menguat ketika sebuah rahasia akan lingkaran pelindung rumah Spiderwick terkuak.
Film ini disutradarai Mark Waters, yang sebelumnya sempat menyutradarai “Mean Girls” dan “Freaky Friday.” Kali ini, dengan menggondol Freddie Highmore, bintang cilik yang sedang high-end di masa itu, film ini akan menjadi sebuah tontonan petualangan bagi keluarga yang menyenangkan. Selain itu, di jajaran cast ada Mary-Louise Parker, yang terlihat masih fresh di film ini, hingga Nick Nolte yang sangat cocok memerankan peran antagonis di film ini.
Dari sisi cerita, kisah ini sebetulnya merupakan adaptasi dari sebuah buku cerita yang berjudul “The Spiderwick Chronicles” karangan Tony DiTerlizzi dan Holly Black. Secara umum, film ini cukup menghibur dengan beberapa permainan visualisasi akan imajinasi tentang bentuk para peri, goblin, hingga griffin. Cukup menarik, walaupun dengan mengandalkan set yang kebanyakan diambil di rumah Spiderwick. Ada sebuah kutipan menarik dari Jared tentang melihat realita, “Look, I know stuff I wish I didn’t, too, but there’s nothing I can do about that.”