Mungkin nama Lucille Ball sudah tidak secemerlang hampir lebih dari setengah abad yang lalu. Melalui “Being the Ricardos” kita akan diajak menikmati era kejayaan televisi, pada salah satu acara terpopuler di Amerika Serikat kala itu, “I Love Lucy.” Film ini tidak akan berbicara tentang karakter Lucy Ricardos, sebagaimana serial tersebut, namun akan lebih banyak membahas apa yang terjadi di balik layar dan kehidupan Ball tentunya.
Saya mengetahui Lucille Ball jauh ketika saya masih duduk di Sekolah Menengah Pertama, dan menyaksikan pertama kalinya “Yours, Mine, and Ours” versi klasik yang diperankan oleh Lucille Ball dan Henry Fonda, yang saya tonton melalui kanal MGM. Dari sana, kemudian saya mengenal dan tertarik untuk mempelajari sosok ikonik pertelevisian Amerika, yang sangat menggelegar di era 1950-an ini.
Inti pusat dalam cerita film ini akan mengenal Ball, namun dengan premis setting ‘I Love Lucy.’ Lucille Ball, diperankan oleh Nicole Kidman, sedang menikmati salah satu masa terberatnya. Di kala Ia menikmati popularitasnya berperan dalam serial yang Ia bintangi bersama suaminya, Desi Arnaz, yang diperankan oleh Javier Bardem, keduanya diendus kabar yang kurang sedap. Salah satu program populer kala itu menyebut jika Ball merupakan salah satu tokoh besar yang mendukung komunisme di Amerika Serikat. FYI, pada masa itu banyak aktor, aktris, bahkan penulis naskah, misalnya Dalton Trumbo, yang akhirnya harus mengalami masa-masa kegelapan dengan di blacklist.
Cerita film ini ditulis oleh Sorkin, melalui pendekatan semi dokumenter, dimana beberapa bagian dari film ini akan diisi oleh 3 orang narasumber yang berupaya memperjelas reka ulang tersebut. Sisanya, Sorkin akan cukup membingungkan penonton dengan plot maju mundur yang terasa complicated buat penonton awam. Kenapa? Ya, karena plot yang tidak beraturan ini mungkin akan kurang terlalu familiar bagi orang-orang saat ini yang belum tentu mengenal Lucille Ball.
Akan tetapi, dari segi penyajian akting, saya amat memuji usaha Nicole Kidman yang memperlihatkan sosok dramatis Ball terlepas dari segala kelucuan yang biasanya diperlihatkan sang Legenda di televisi. Begitu juga dengan Javier Bardem, yang juga bisa hadir sebagai Desi yang mempesona, yang bisa mengimbangi kekuatan karakter yang diperankan Kidman. Pada sisi pendukung, karakter yang diperankan oleh JK Simmons dan Nina Arianda, yang memerankan William Frawley dan Vivian Vance, seakan mempertegas bagaimana hubungan Lucille dengan rekan-rekan sejawatnya.
Selain akting, saya juga menikmati alunan score Daniel Pemberton. Saya melihat kolaborasi yang sebelumnya dilakukan bersama Sorkin pada “The Trial of the Chicago 7” membuat kembali dipercayakan. Alhasil, faktor ini lumayan menopang dari kekacauan plot yang dikemas Sorkin. Secara penggarapan, production set film ini juga terbilang menarik, karena berupaya untuk memperlihatkan bagaimana sih yang terjadi dengan backstage untuk acara televisi pada masa awal-awal kepopulerannya.
Sebetulnya, menyaksikan “Being the Ricardos” akan terasa boring jika Anda tidak mengenali kedua karakter utamanya. Berhubung saya termasuk seseorang yang mengidolakan Ball, maka kisah kehidupannya menjadi salah satu bab informasi baru yang menarik. Terlepas dari eksekusi akting yang menawan dan musik yang mendukung, saya tidak menduga bagaimana Sorkin membangun klimaks dan menutup film ini dengan tidak terduga. Ternyata kesabaran saya untuk mau bertahan cukup terbayar dengan memuaskan di bagian akhir.
Pada awards season di tahun ini, walaupun sejujurnya terkesan kurang memikat karena adanya pandemi Covid-19, “Being the Ricardos” seharusnya dapat mengamankan beberapa slot untuk nominasi di Academy Awards. Salah satu yang paling kuat adalah Nicole Kidman untuk kategori Best Actress in Leading Role, yang sebelumnya telah dibuktikan melalui raihan Golden Globe. Juga, Daniel Pemberton untuk Best Original Score, serta Aaron Sorkin untuk Best Original Screenplay.
Kesimpulan saya, walaupun terasa datar pada pertengahan, “Being the Ricardos” tahu bagaimana menutup ceritanya. Film ini akan menceritakan hal-hal yang tidak diketahui kebanyakan orang Amerika pada masa itu dibalik kejayaan salah satu acara televisi terpopuler pada masanya. Dan salah satu pesan hidup yang amat berkesan adalah pandangan Lucille mengenai rumah, yang tidak melihat berdasarkan jumlah rumah yang dimilikinya, namun sejauh apa itu memberikan arti dan rasakan dari sebuah rumah.