Di tahun 2011, ketika terjadi sebuah kekosongan akan film-film Hollywood di layar lebar Indonesia, film-film Asia seperti Thailand, Korea Selatan, dan India, menjadi alternatif sekaligus membidik pasar perfilman di Indonesia. Mungkin film ini tidak se-hits film remaja Thailand lainnya seperti “A Little Thing Called Love” dan “SuckSeed”, “Love Julinsee” hadir lewat gaya yang cukup berbeda.
“Love Julinsee” yang juga dikenal sebagai “Love at 4 Size”, berusaha untuk menceritakan empat buah kisah remaja melalui empat buah lagu. Sebuah pembuka yang memperlihatkan kombinasi dari keempat kisah yang sebetulnya tidak berhubungan, ceritanya hanya terhubung melalui sebuah pertunjukan di sebuah tempat rekreasi. Walau perlu dicermati penonton dengan baik, sebab tidak akan ada hal yang berusaha untuk memperjelas hal ini.
Kisah pertama sebetulnya hampir menjurus ke tema sex comedy. Kita pertama menceritakan tentang seorang perempuan yang awalnya menjadi sasaran seorang laki-laki gatal yang malah kemudian menjadi pengendali cerita, dan sebaliknya. Kisah kedua, lebih tragis dan cukup menyedihkan, tentang hubungan jarak jauh dan sebuah penantian akan sang kekasih. Pemeran pria yang harus meneruskan pendidikannya selama satu tahun di luar negeri meninggalkan kekasihnya, yang notabene mereka baru dalam status pacaran. Sayang, penantiannya selama satu tahun ternyata sia-sia.
Lain halnya dengan kisah ketiga yang karena sebuah kesalahpahaman yang membuat si perempuan menjadi salah tingkah terhadap pacarnya yang sekaligus kakak kelasnya. Akibat salah tingkah, membuat si laki-laki merasa cemburu dan heran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Serta bagian yang kisah terbaik merupakan kisah keempat. Dikisahkan ada sepasang kekasih yang masih belia, yang kemudian putus dikarenakan adanya sebuah adegan ciuman di halte bis. Kisah kemudian berlanjut ketika ada seorang perempuan lain yang tergila-gila menyukai si laki-laki. Disaat hubungan pasangan ini putus, ternyata kedua masih saling menyayangi dan mencintai. Drama rujukan pun berlanjut.
Film ini disutradarai oleh Chainarong Tampong dan Sakon Tiacharoen. Sayangnya, film ini masih terasa kurang. Misalnya, kisah-kisah bagian awal film ini yang masih terkesan monoton dan biasa saja. Untung saja, cerita bagian yang paling akhir mampu menaikkan tingkat kebaikan film ini.
Dari ensemble cast-nya, film ini diperankan oleh aktor-aktris muda Thailand yang sedang naik daun waktu itu. Sebut saja Jirayu La-Ongmanee yang bermain dalam kisah keempat, lalu ada Alex Rendel, Apinya Sakuljaroensuk, Natcha Jantapan, Nutthapong Piboonthanakiat, Tisanart Sornsuek, Monchanok Saengchaipiangpen, dan Irada Siriwut. Dengan jajaran pemain muda yang cukup menjual, ternyata hanya cukup sebatas komersil dan belum mampu mengangkat ceritanya.
Pada akhirnya, “Love Julinsee” terbilang sebagai eksekusi yang kurang memuaskan dari kedua sutradaranya. Tetapi tidak ada salahnya untuk menonton film ini, sebab dengan jajaran pemain yang semuanya memiliki tampang, biasanya mampu membuat orang betah untuk menonton, walau pada akhirnya hanya untuk melihat “aksi” mereka dan bukan inti cerita dari film tersebut. Ya ga?