Pergi ke luar negeri demi masa depan yang lebih baik adalah tujuan kebanyakan para perantau. Mereka terpaksa pergi ke tanah orang untuk mengumpulkan segenggam berlian demi dibawa pulang ke kampung halaman. Tidak cuma orang Indonesia saja yang menjadi TKI di negeri orang. Kali ini, “Dubai” mengangkat cerita para perantau asal Filipina di kota tersebut. Fakta menariknya, hampir seperlima penduduk yang tinggal di Dubai berasal dari Filipina.
Sosok utama kita bernama Raffy, seorang pemuda yang diperankan oleh Aga Muhlach, yang terbilang tenar buat para Filipina di Dubai. Raffy senang meminjamkan uangnya untuk membantu sesama Filipina. Oh iya, he’s also a player. Suatu hari, Ia mengundang adik satu-satunya, Andrew, yang diperankan oleh John Llyod Cruz. Raffy dan Andrew adalah yatim piatu. Semasa kecil, Ibunya mereka bekerja di Kanada dan mengirimkan uang untuk keduanya. Malang, Ibu mereka meninggal di usia saat mereka masih kecil.
Awal perjalanan di Dubai, Andrew diberi 100 Dirham oleh Raffy. Selagi berpesiar, Ia bertemu dengan perempuan yang bernama Faye, diperankan oleh Claudine Barretto. Faye tampak sedang sendiri dan menangis. Tak lama, Andrew yang terpesona dengan Faye mendekati perempuan cantik ini. Keduanya kemudian berkenalan, dan Andrew found his live at the first sight. Sayangnya, pria muda ini tidak menyadari jika Faye sedang bersedih dengan hubungannya dengan Raffy, yang masih tergantung tanpa komitmen.
Secara sekilas, kita akan menikmati sebuah cerita cinta dengan premis yang kelihatan complicated. Ya, penulis Ricardo Lee dan Shaira Mella Salvador, yang menulis naskah film ini, menyajikan kisah yang semakin keruh. Terbukti penonton seperti saya mungkin akan merasa film ini nantinya akan bicara tentang persaingan kakak-beradik dengan seorang perempuan yang sama. Ternyata tidak. Fokus cerita ini lama-lama akan semakin membahas hubungan Raffy dan Andrew yang naik turun, termasuk ketika dikaitkan dengan Faye.
Sambil membawa cerita Raffy, Andrew dan Faye, film ini juga menyorot bagaimana kehidupan para Filipina di Dubai. Bagaimana Dubai bertindak sebagai kota ramah pendatang yang menawarkan tingkat kejahatan yang rendah. Kita juga menyaksikan bagaimana suka duka para pekerja ini demi mengirim uang untuk keluarga mereka yang berada sangat jauh. Film ini seperti mewakili keberadaan para perantau, terutama bagaimana mimpi Raffy dan Andrew yang dijabarkan film ini untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Dari segi penampilan, ketiga aktor utama film ini terbilang cukup oke memerankan karakter mereka. Muhlach hadir dengan penampilan yang semakin menonjol, Barretto yang sempurna sebagai love interest, dan Cruz yang akan memikat penonton dan bersimpati padanya. Yang buat saya menarik, bagaimana chemistry Muhlach dan Cruz yang terasa begitu natural sebagai kakak-adik.
Dari penyajian, film ini cukup mengeksplor kota Dubai, yang masih belum semewah dan berkembang jauh sepesat sekarang. Kita akan melihat beragam keindahan kota ini, termasuk pasar rempah-rempah, jalanan dengan unta, sampai aksi ngebut di sand dune. Epicnya, saya menyukai the only soundtrack dari film ini “Ikaw Lamang” yang dinyanyikan Gary Valenciano. Tak heran, dengan bintang yang hits, setting luar negeri, dan lagu yang fenomenal, menjadinya “Dubai” sebagai salah satu top Box Office di Filipina.
“Dubai” merupakan tontonan yang mengena untuk orang Filipina dan terbukti terbilang sukses secara komersiil. “Dubai” ternyata bukan hanya sebagai kisah cinta di negeri orang, tetapi juga bicara tentang indahnya persaudaraan kakak beradik yang begitu mengharukan. Nice!