Bila tahun lalu Koreeda berhasil meraih Palme D’Or lewat kisah tragis keluarga pengutil yang penuh misteri lewat “Shoplifters,” maka tahun ini adalah giliran Korea Selatan. Mengangkat cerita tentang sebuah keluarga juga, “Parasite” baru-baru ini sukses menuai penghargaan Utama di Cannes Film Festival, sekaligus prestasi perdana negeri ginseng di kancah festival paling bergengsi di Eropa.
Awalnya saya kurang memahami apa maksud dari judul film ini. Maklum saja, tanpa membaca resensi ataupun ekspestasi, dan dengan modal menyaksikan trailer saja, film ini sudah mudah mencuri hati saya. Cerita film ini terpusat pada sebuah keluarga miskin, yang sehari-hari hidup menumpang dari koneksi wi-fi yang mereka retas. Mereka tinggal di dasar sebuah apartemen kecil, yang bilamana hujan turus deras bisa menyebabkan kebanjiran.
Suatu ketika, sahabat dari putra mereka, Min-Hyuk, yang diperankan oleh Park Seo-Joon, mengunjungi mereka. Ia membawa sebuah cenderamata berupa batu hiasan untuk Ki-Woo, yang diperankan oleh Choi Woo-Shik. Tidak hanya itu, disaat perbincangan empat mata mereka, Min-Hyuk pamit untuk studi ke luar negeri sekaligus meminta Ki-Woo untuk membantunya menjadi guru les privat bagi putri tertua keluarga Park. Namun, ada syaratnya, Ki-Woo juga perlu untuk berpura-pura sebagai lulusan dari luar negeri.
Peluang tersebut tidak mungkin diabaikan Ki-Woo. Seketika juga, Ia melakukan pemalsuan dokumen demi meyakinkan keluarga Park. Di hari pertamanya bekerja, usahanya membuat dokumen palsu tidak berhasil meyakinkan Sang Ibu, Yeon-Kyo, yang diperankan oleh Cho Yeo-Jeong. Ia malah lebih percaya jika Ki-Woo bisa mengajari Da-Hye, putrinya yang diperankan oleh Jung Ji-So, di kelas pertamanya. Baiknya, Ki-Woo cukup berhasil untuk mengatasi tantangan tersebut.
Ketika Ia mengeksplorasi keluarga Park, Ki-Woo mendapati peluang lainnya. Adik Da-Hye yang bernama Da-Song ternyata cukup obsessif dengan Indian, serta membutuhkan guru seni yang dapat mendukungnya. Berkat rantai rekomendasi, Ia merekomendasikan seseorang guru perempuan pada Yeon-Kyo. Alhasil, kepercayaan Yeon-Kyo membuat So-Dam, yang diperankan Kim Ki-Jung lancar jaya mendapati posisi tersebut.
Upah mereka berdua yang cukup tinggi demi meningkatkan ekonomi keluarga mereka, ternyata membuat keduanya mulai “nyaman” untuk mencari celah-celah lainnya. Singkat cerita, orangtua mereka, Kim Ki-Taek dan Choong-Sook, yang diperankan oleh Song Kang-Ho dan Jang Hye-Jin, juga berhasil masuk ke dalam lingkaran keluarga Park. Sang ayah menjadi sopir pribadi keluarga, dan Ibunya sibuk mengurus rumah. Keempatnya hidup berpura-pura setiap hari demi melayani keluarga Park. Disinilah cerita berawal.
Bila anda sering menyaksikan film Korea, sebetulnya tidak ada yang terlalu spesial pada alur cerita bagian awal. Cerita rantai rekomendasi terbilang dikemas cukup menarik, walaupun dengan kesan yang masih terbilang biasa saja. Namun, saat mulai masuk ke konflik utamanya, Bong Joon-Ho mulai mengemas ceritanya dengan cukup jenius. Bagian awal yang dikembangkan dengan drama yang solid, berhasil dilanjutkan dengan kombinasi thriller dan mystery sampai akhir. Alhasil, kisah yang dikarang Bong Joon-Ho bersama Han Jin-Won berubah menjadi alur yang cukup mind-blowing buat saya.
Dari pengambilan gambar, rumah keluarga Park cukup disajikan dengan unik. Saya senang bagaimana cara Joon-Ho mengambil keunikan rumah lewat lekuk-lekuk sudut bangunan dan furniture yang dikombinasikan dengan beberapa adegan berbeda yang berbarengan dalam satu gambar. Pendekatan ini seperti membawa saya untuk melihat tampilan yang dihadirkan cukup hidup, apalagi ketika ini disertai dengan penokohan karakter-karakternya yang cukup jelas diperlihatkan. Belum lagi, ditambah dengan score music Jung Jae-Il yang selalu muncul pada timing-timing yang tepat.
Membahas ceritanya, “Parasite” terbilang adalah sesuatu yang berbeda. Genius! Secara sepintas, mungkin penonton hanya akan memahami makna dibalik judul film ini lewat ceritaya. Akan tetapi, ketika semakin mendalami ceritanya, film ini juga membahas kritik sosial seperti isu kesenjangan yang dihadirkan film ini. Cuma yang paling menarik buat saya adalah rantai rekomendasi yang dijelaskan oleh film ini, bagaimana kenaifan si kaya mampu membuatnya terjebak dengan rantai rekomendasi miliknya yang berhasil dimanfaatkan oleh si miskin.
Kalau penampilan pemainnya, Song Kang-Ho dan Choi Woo-Shik cukup mendominasi ceritanya. Kang-Ho, aktor berwatak yang sering berkolaborasi dengan Joon-Ho ini kembali dengan peran yang cukup dieksekusinya dengan konsisten. Akan tetapi, saya masih menyukai perannya dalam “A Taxi Driver.” Peran Kang-Ho disini kadang terasa cukup terselamatkan dari beberapa bagian vital cerita yang melibatkan karakternya.
Lain halnya dengan Choi Woo-Shik. Aktor muda yang sempat bermain dalam “Train to Busan” dan “Okja” ini hadir penuh totalitas di film ini. Woo-Shik cukup berani untuk mengambil peran yang memaksanya keluar dari zona nyaman. Selain itu, yang paling cukup berkesan bagi adalah karakter Cho Yeo-Jeong. Selain karena parasnya yang cantik dan memikat, aktris yang cukup aktif membintangi drama Korea ini berhasil memainkan karakternya, terutama saat Ia menunjukkan kenaifan dan bagaimana Ia begitu mudah untuk dipengaruhi. Tak lupa juga, karakter Da-Song yang diperankan aktor cilik Jung Hyun-Joon akan sedikit mewarnai cerita dengan aksi tingkah lakunya yang menggemaskan.
Masih terlalu dini, namun “Parasite” terlalu berhasil mencuri hati saya. Film ini tentu berpotensi besar untuk menjadi salah satu unggulan Best Foreign Language Film pada awards season mendatang. Buat saya, tidak cukup untuk menyaksikannya sekali saja. Kekuatan orisinalitas cerita “Parasite,” unexpected plot, serta sisi teknis yang diarahkan Joon-Ho secara piawai, adalah bukti jaminan kalau film ini patut untuk direkomendasikan. My final words: The best from 2019, so far… Excellent!