Setelah pernah mengadaptasi kisahnya dalam sebuah film televisi di tahun 2003, serta mendapat respon yang cukup gagal, ternyata tidak membuat Disney untuk berhenti. 15 tahun berikutnya, mereka kembali mengadaptasinya, cuma dalam bentuk featured film. “A Wrinkle in Time” mengisahkan petualangan tiga orang anak yang menjelahi semesta untuk mencari seorang ilmuwan yang telah hampir 4 tahun menghilang.
Meg Murry, diperankan oleh Storm Reid, merupakan seorang perempuan dari sepasang ilmuwan. Ayahnya, Alexander Murry, yang diperankan oleh Chris Pine, terobsesi dengan semesta. Ia dinyatakan menghilang saat sedang melakukan penelitian astrofisika yang digelutinya. Sang Ibu, Kate Murry, yang diperankan oleh Gugu Mbatha-Raw, masih memiliki harapan untuk menantikan sang suami. Hilangnya sang ayah ternyata membawa sebuah keretakan di keluarga mereka. Meg yang merupakan siswi yang pandai, berubah menjadi korban ‘bully’-an di sekolah. Begitu juga dengan Charles Wallace, adik angkatnya yang diperankan oleh Deric McCabe tak lepas dari sasaran.
Kehadiran Mrs. Whatsit, yang diperankan oleh Reese Witherspoon, suatu malam di kediaman Murry memberi suatu kejutan. Walaupun Ia sudah tidak asing dengan Charles, tapi buat Meg dan Kate, Ia tetap asing. Keesokan harinya, Charles malah membawa Meg bersama teman sekelasnya, Calvin, diperankan oleh Levi Miller, untuk mengunjungi sebuah rumah tua di dekat rumah mereka. Disana ketiganya bertemud dengan Mrs. Who, diperankan oleh Mindy Kaling, yang berbicara dengan kalimat-kalimat quote para tokoh terkenal.
Saat ketiganya kembali ke halaman rumah Meg, kedua sosok asing tersebut kembali muncul. Kali ini bertiga, ditambah dengan sosok yang paling besar, Mrs. Which, yang diperankan oleh Oprah Winfrey. Ketiganya pun diajak oleh ketiga sosok ini menjelajahi semesta guna mencari ayah Meg dan Charles yang menghilang.
Malang, adaptasi kedua Disney untuk cerita klasik karangan Madeleine L’Engle tetap tidak bersinar, walaupun dalam arahan Ava DuVernay. Film yang dikemas dengan cukup ambisius oleh Disney ini malah berhasil menjadi Box office bombs pertama di tahun 2018.
Dari sudut pandang orang yang belum pernah membaca ceritanya, visualisasi yang ditawarkan film in terbilang cukup oke. Saya cukup terhanyut dengan bagaimana penggambaran tiga Mrs di film ini. Mulai dari penata rambut dan makeup, hingga kostum desain Paco Delgado yang unik nan mempesona. Film ini terasa cukup dini untuk menjadi contender kuat dalam tiga nominasi di awards season mendatang.
Seperti biasa, Disney juga selalu menghadirkan lagu-lagu yang kuat dan memorable. Dari beberapa lagu yang dihadirkan, yang paling menonjol mungkin track milik Sade yang berjudul “Flower of the Universe.” Namun, saya merasa musik yang dihadirkan terasa kurang terlalu menyatu dengan situasi yang dihadirkan. Hasilnya, tidak terlalu berkesan.
“A Wrinkle in Time” sebetulnya tidak terasa terlalu gagal, jika kita menghiraukan biaya marketing yang dihabiskan Disney hanya untuk film ini. Dari sebuah tontonan, film ini masih cukup menghibur untuk anak-anak. Yang saya sayangkan hanyalah pesan yang ingin dihadirkan film ini terasa kurang, begitupun dengan sentuhan emosional dengan penonton. Jadinya, ya biasa saja.