Bagaimana jadinya ketika empat sekawanan anak laki-laki yang baru menjadi remaja melakukan petualangan mereka untuk mencari jasad seorang anak seumuran mereka yang tewas ditabrak kereta? “Stand By Me” tidak hanya menceritakan petualangan yang menjadi sebuah pengalaman mengesankan mereka saja, tetapi juga menggali kisah di setiap karakter utamanya.
Featured film ketiga yang disutradarai Rob Reiner ini berasal dari sebuah adaptasi novel karya Stephen King yang berjudul “The Body,” yang kemudian naskahnya ditulis oleh Raynold Gideon dan Bruce A. Evans. Jika dilihat dari judul novel aslinya dengan judul film ini, tentu akan sangat tidak berhubungan dengan judul film ini. Karena bila diperhatikan dengan seksama, Stephen King lebih terfokus kepada unsur “tubuh mayat anak” dalam menarik minat cerita pembacanya. Sedangkan bila dilihat dari judulnya, film ini lebih terfokus dengan inti personal dari keempat karakter utama.
Film ini sebetulnya bercerita tentang seorang penulis yang bernama Gordie. Gordie dewasa, yang diperankan oleh Richard Dreyfuss, ternyata memiliki sebuah kenangan akan petualangan bersama ketiga sahabat kecilnya saat mereka berusia 12 tahun. Kisah ini kemudian dituangkannya menjadi sebuah karangan untuk bukunya, yang akan membuat penonton untuk flashback ke era 50-an, dalam memulai kisah petualangan mereka.
Mereka adalah empat sekawan yang terdiri dari empat anak laki-laki yang baru berusaha untuk menjadi dewasa. Yang pertama adalah Gordie, yang diperankan oleh Wil Wheaton. Ia adalah seorang anak yang kurang perhatian dari orangtuanya yang sangat terpukul akibat kematian kakak laki-lakinya yang mendapat kecelakaan. Sebetulnya, Gordie sangat berbakat untuk menjadi seorang penulis. Buktinya, Ia selalu mampu untuk membuat sebuah cerita yang menarik bagi ketiga temannya ini.
Yang kedua adalah Chris, yang diperankan oleh River Phoenix. Chris adalah ketua dari kelompok ini. Selain karena Ia yang paling tua, Ia juga merupakan sosok peacemaker, dan juga dewasa. Sayang, karena image keluarganya yang sangat buruk di kota yang mereka sedang tinggali, membuat hidupnya merasa tidak ada gunanya. Ia juga selalu berusaha untuk menahan dari kekerasan yang sering dialaminya, serta berusaha untuk lari dari kesan image yang buruk ini.
Lalu ada Teddy, yang diperankan oleh Corey Feldman. Teddy adalah seorang anak yang loyal, lucu, namun sering berbicara kasar. Obsesinya dengan pengalaman Ayahnya yang pernah bertugas di Normandy selama Perang Dunia kedua, membuat dirinya selalu ingin menjadi seorang tentara.
Terakhir, ada Vern, yang diperankan oleh Jerry O’Connell. Vern adalah anak yang paling gendut, namun Ia adalah sosok yang pantang menyerah. Buktinya, sudah selama 9 bulan, Ia tetap mencari uangnya yang hilang di bawah kolong sebuah rumah.
Semuanya berawal dari Vern yang mendengar adanya sebuah kematian dari anak sebaya mereka yang bernama Ray. Ray tewas ditabrak sebuah kereta dan terlempar di sebuah jalan di hutan. Jasadnya pun belum ditemukan. Keempat anak yang baru memulai fase remaja ini, berusaha untuk membuat sebuah petualangan untuk menemukan jasad tersebut. Dengan berjalan kaki, membawa sebuah pistol dan bermodal $2.37 untuk makan mereka, mereka menempuh perjalanan sekitar 30 mil untuk menuju lokasi tersebut.
Petualangan mereka terlihat sangat seru. Mulai dari kabur saat menyelinap di sebuah tempat, hingga harus menyebrangi sebuah jembatan rel kereta api yang sangat tinggi. Yang paling memorable dari film ini adalah ketika saat mereka menyebrangi jembatan tersebut dan berusaha untuk lari dari kejaran kereta api yang sedang lewat. Tidak hanya itu saja, mereka juga harus melawan serangan para lintah di rawa, sebelum akhirnya berhasil menemukan jasad tersebut. Sekaligus menjadi pengalaman pertama yang berkesan.
Selain mereka berempat, juga ada gang remaja dengan pemimpin mereka, Ace, yang diperankan oleh Kiefer Sutherland. Kawanan ini selalu mengacau lewat aksi mereka. Demi mencari muka, mereka memutuskan untuk membawa jasad tersebut untuk dibawa ke polisi. Sayang, kawanan yang dipimpin Chris tiba lebih dulu, dan terjadi sebuah perdebatan yang cukup berani.
“Stand By Me” menampilkan petualangan remaja yang terasa begitu murni. Jelas tergambar dari tingkah laku karakternya, yang selalu saling menopang dan mendukung, walaupun kadang saling mengejek. Dunia remaja, fase ketika para anak-anak membutuhkan pengakuan, lumayan tergambarkan dalam film ini. Kita akan menyaksikan bagaimana kadang mereka ingin diperlakukan layaknya pria dewasa.
Sepanjang film ini, kita akan terus melihat rel kereta api. Ini disebabkan oleh karena keempat anak yang menjadikan rel kereta api sebagai landasan arah mereka untuk sampai ke tujuan. Dengan dipadu dengan beberapa lagu era 50-an membuat film ini terasa semakin segar. Memberikan beberapa adegan yang menyenangkan sampai yang menyentuh hati. Semuanya mewarnai perjalanan keempat anak ini.
Berdurasi 88 menit ini, petualangannya terasa singkat. Walaupun demikian, film ini terbilang sebagai salah satu yang terbaik untuk cerita petualangan anak yang baru remaja. Kita juga akan menyaksikan River Phoenix yang masih 16 tahun di film ini, yang tampil memukau, sebelum akhirnya meninggal pada 31 September 1993. Film ini merupakan salah satu karya terbaiknya selain “My Own Private Idaho”. Kematian muda Phoenix memang menjadi sebuah hal yang mengejutkan dan lumayan melegenda. Selain itu, beberapa pemain muda kala itu juga masih tetap eksis sampai saat ini, seperti Kiefer Sutherland, John Cusack, dan Jerry O’Connell.
Menyaksikan “Stand By Me” membuat kita akan merasa lebih lama dari durasinya. Tempo yang lambat, namun meyakinkan dengan ceritanya yang ringan dan bermakna. Sebuah debut yang berhasil bagi beberapa pemainnya, sekaligus penyutradaraan Reiner. Walaupun ditutup lewat ending yang sedikit menyedihkan, “Stand By Me” akan tetap berhasil menyenangkan penontonnya.