Film “Love Story” mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu kisah cinta yang paling tragis dari abad ke-20. Buktinya, film yang berasal dari novel best-seller karangan Erich Segal ini, masih populer hingga kini. Erich Segal juga menggarap naskah film ini.
“Love means never having you’re sorry.” Itulah kalimat yang sempat diucapkan oleh Jenny Cavilleri, seorang mahasiswi musik Harvard kepada sang kekasih, Oliver Barrett IV. Keduanya memiliki latar belakang yang berbeda. Tidak hanya dari kelas mereka, namun cara pandang mereka yang sangat kontras dalam berbagai situasi yang digambarkan melalui film ini.
Ryan O’Neal, yang berperan menjadi Oliver, adalah seorang anak seorang jutawan yang bernama Oliver Barrett III, yang diperankan oleh Ray Milland. Oliver yang berasal dari kaum kelas atas ini, ternyata tidak merasakan kasih sayang yang sepenuhnya dari orang tuanya. Karena Ia hanya menganggap kedua orang tuanya hanya selalu memberikan perintah, perintah, dan perintah saja.
Berbeda dengan Jenny, yang diperankan oleh Ali McGraw. Jenny adalah seorang anak tunggal dari seorang tukang kue yang bernama Phil, yang diperankan oleh John Marley. Ia sangat memiliki kedekatan dengan sang Ayah. Jenny melihat bahwa sebetulnya orang tua Oliver sangat menyayangi anaknya, hanya cara pandang anaknya saja yang berbeda.
Walaupun demikian, keduanya saling jatuh cinta dan memulai kisah cinta mereka di Universitas Harvard. Sayangnya, orang tua Oliver tidak menginginkannya untuk segera melanjutkan pendidikan sarjananya di bidang hukum, seperti leluhurnya. Namun, Oliver yang sangat tergila-gila dengan Jenny, memutuskan untuk melakukan kawin lari, dan hanya mendapatkan restu dari Phil saja.
Meninggalkan kekayaan hanya untuk wanita yang dicintainya adalah hal yang dilakukan Oliver. Tinggal di sebuah apartemen sederhana, dan mencari beasiswa untuk sekolah hukum, adalah keinginannya, tanpa harus bergantung dari status kekayaannya itu. Mereka berdua akhirnya memiliki sebuah kehidupan cinta yang indah, sebab tanpa adanya pertentangan dari lain-lain pihak.
Setelah menyelesaikan pendidikan hukum dengan magna, Oliver kemudian bekerja di New York dan mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai seorang pengacara dan tinggal di sebuah tempat yang lumayan baik. Hubungannya dengan Jenny tetap berjalan mulus. Namun, hanya ada satu kendala. Mereka belum mempunyai seorang anak. Sebelum akhirnya keduanya masuk ke dalam puncak masalah yang merujuk ke akhir cerita.
“Love Story” adalah sebuah kisah flashback yang berdurasi 100 menit dan terasa sangat cepat. Cerita di film sebetulnya lumayan terfokus pada dua masalah. Yang pertama, adalah hubungan Oliver dan orang tua yang sangat tidak akur, dan yang kedua, ketika Jenny terdiagnosa sebuah penyakit yang mematikan. Menonton film ini, Anda tidak bisa berharap untuk dapat melihat karakter tokoh ketiga, ataupun konflik seperti film “Romeo + Juliet.”
Baru di awal adegan pertama, lagu “Theme Song from Love Story” gubahan Francis Lai akan menyentuh penonton dengan “first shocking” yang akan mengartikan maksud jalan cerita yang akan berakhir dengan tragis. Iringan-iringan lagu Francis Lai yang romantis dan menyedihkan tentu sangat jelas menjadikan trademark film melodrama yang ikonik. Kalau mendengar secara sekilas, kesan dari alunan musik lagu Lai akan langsung terasa. Tidak mengherankan, dari 7 nominasi Academy Awards yang didapat film ini, hanya berhasil mendapatkan satu penghargaan, pada kategori Best Original Score yang diraih Francis Lai.
Arthur Hiller mampu dengan cukup baik mendramatisir kisah ini. Walaupun sebetulnya hanya mengandung konflik yang ringan, namun kehidupan karakter utamanya dijelaskan melalui adegan-adegan yang tidak terlalu panjang, dan cukup jelas. McGraw dan O’Neal cukup memberikan sebuah chemistry yang berarti sepanjang film ini, dan mungkin menjadi salah satu faktor kesuksesan film ini, selain latar belakang novelnya yang laris manis.
Yang cukup berkesan dalam film ini adalah saat Oliver bertemu dengan Ayahnya. Tanpa disangkanya, sang Ayah mengetahui kondisi Jenny, dan berusaha untuk menolongnya, walaupun sebenarnya Ia tidak mengetahui bila Jenny telah tiada. Ketika Ray Milland yang berperan sebagai ayah mengucapkan kata “sorry”, saya cukup terkesan dengan balasan Oliver yang sama seperti Jenny sebelumnya, “Love means never having you’re sorry.” Oww!
Menyaksikan curahan hati Oliver akan seorang wanita yang pernah mengisi hidupnya, yang juga sempat membuatnya merasa bersalah. Saya teringat saat-saat perpisahan mereka yang sangat mengharukan di rumah sakit, kata Jenny saat melihat Oliver, “That guilty look on your face, it’s sick. Stop blaming yourself, you stupid preppy. It’s nobody fault.” Yah, it’s nobody fault, bukan salah Jenny maupun Oliver yang membuat keadaan seperti itu. Bagian ini mungkin adalah adegan tersedih dari film ini. Sangat berat bagi Oliver untuk kehilangan seorang wanita yang baru berusia 24 tahun, mahir bermusik, pintar, dan telah menjadi cinta sejatinya, harus pergi meninggalkannya karena penyakit yang mematikan.
Sebagai salah satu film andalan di tahun 1970, “Love Story” seperti judulnya, akan menyentuh penonton dengan kisah cintanya. Film ini juga memberikan ekspektasi yang cukup memuaskan sebagai sebuah adaptasi novel best-seller. Juga, ini merupakan salah satu kisah cinta terbaik ala Hollywood dari abad ke-20.