Dalam film teranyarnya, Christopher Nolan mengangkat kembali salah satu penyelamatan terbesar dalam sejarah Perang Dunia Kedua melalui “Dunkirk.” Film yang kental dengan nuansa perang ini menyajikan sebuah tontonan yang akan membuat deg-deg Anda tidak akan pernah berhenti.
Dunkirk, merupakan salah satu kota yang menjadi lokasi jebakan tentara Jerman. Disana, ada sekitar 400.000 pasukan sekutu, yang mayoritas merupakan tentara Inggris dan Perancis. Mereka terkepung dengan serangan-serangan bombardir dari laut, udara, maupun darat. Di awal film ini, penonton akan melihat bagaimana seorang tentara darat Perancis yang berhasil menyelamatkan diri. Sekelompok rekan-rekannya sudah dilumpuhkan dengan tembakan musuh. Kegesitannya dalam memanjat bangunan dan menghindar dari tembakan segala arah kemudian berhasil membawanya untuk masuk ke dalam perlindungan pasukan darat Inggris.
Sesampai disana, Ia bersama ratusan ribu pasukan yang terkepung berusaha untuk menyelamatkan diri. Para tentara telah baris berbaris dan sambil menunggu giliran untuk mendapatkan tumpangan. Demi menyelamatkan hidupnya, Ia melucuti pakaian tentara Inggris yang tewas dan memulai aksi penyamarannya.
Dari awal, Nolan telah menyampaikan kalau film ini akan terdiri dari beberapa lapisan-lapisan. Lapisan cerita pertama merupakan kisah tentang penyelamatan dari pantai dengan durasi 1 minggu. Lapisan kedua berasal dari sebuah kota di Inggris dengan durasi 1 hari, serta lapisan terakhir merupakan dari pertempuran angkatan udara Inggris yang punya waktu durasi 1 jam. Ketiga lapisan ini dicampuradukkan Nolan, hingga akhirnya menjadi kesatuan cerita saat masuk ke puncak klimaks kisahnya.
Yang menarik disini adalah fakta jikalau Churchill, PM Inggris Raya saat itu, hanya berniat untuk menyelamatkan 30.000 tentara saja. Jumlah ini terbilang lebih dari sepersepuluh dari para tentara yang terkepung. Gampangnya, para tentara ini cuma punya pilihan untuk tetap bertahan di garis pantai sambil menunggu kapal penjemput atau terbunuh dengan serangan udara yang selalu hadir. Terbilang beruntung kalau mereka bisa berhasil dijemput dengan kapal perang. Lebih beruntung lagi kalau mereka bisa aman. Sebab, setiap kapal perang penjemput selalu berhasil ditenggelamkan dengan torpedo. Jadinya, armada udara dan laut yang tersisa terkesan ‘dikorbankan,’ tanpa ada penambahan armada. Seperti salah satu karakter di film ini kalau ini sengaja untuk dikeluarkan pada perang berikutnya.
Nolan merupakan seorang pencerita ulung. Bila diringkas tentang kisahnya, mungkin akan cukup sulit untuk menceritakan film ini dengan penuh detil. Cerita film ini sangat minim akan dialog, termasuk nama pemerannya. Script film ini juga yang tertipis dibanding film-film sebelumnya. Sebagai penonton, kita hanya seakan diminta untuk menikmati dramatisasi Nolan yang kaya. I love cinematography from this movie! Two big thumbs up for Hoyte van Hoytema!
Sayang, saya tidak menyaksikan film ini di IMAX. Padahal, film ini direkam Nolan dengan format IMAX dan film 65mm, yang merupakan salah satu jenis yang terdepan. Apalagi ketika pengambilan lokasi yang juga diambil di Dunkirk, dan cuaca saat syuting terbilang lebih buruk dari kisah aslinya. Ia juga melibatkan 12 perahu penyelamat asli, yang dinahkodai oleh pemiliknya. Yang lebih menarik, penggunaan CGI dalam film sangat minim sekali. Menurut Nolan, hanya 25% bagian yang dilibatkan dan itupun tidak terlalu terasa saat menyaksikannya.
Tidah hanya dari kualitas video, saya merasa kalau editing film yang dilakukan Lee Smith terbilang menawan. Saya juga menyukai penataan suara di film, yang memperlihatkan kerumitan suara-suara buatan yang dipadukan hingga menjadi sebuah tontonan penuh aksi. Belum lagi ditambah dengan original score gubahan Hans Zimmer yang benar-benar cetar! Saya akan selalu teringat dengan irama detik-detik yang seakan memaksa detak jantung penonton seperti menyatu dengan beat film ini.
Dari penampilan pemainnya, ada penampilan Harry Styles, yang juga merupakan personil boyband One Direction. Styles memperlihatkan sebuah penampilan karakter yang cukup menyebalkan: sinis, dan gengsi-an. Hasilnya, Ia terbilang sukses karena berhasil membuat saya kesal dengan karakternya. Selain itu, penampilan jajaran cast film ini terbilang oke. Ada Kenneth Branagh, Cillian Murphy, Tom Hardy, hingga Mark Rylance.
Juga, yang memang terasa berbeda dari film ini adalah bagaimana Nolan sangat terfokus dengan pasukan Inggris. Lawan para karakter di film, tentara Jerman, hampir tidak pernah terlihat dan dimunculkan. Kalaupun ada, mungkin hanya pesawat yang membombardir mereka. Ini sendiri berasal dari kesaksian para veteran yang memang sangat terbatas saat melakukan kontak dengan musuh.
Secara visual, Nolan sangat berhasil untuk memanjakan mata penonton. Tidak dalam arti memanjakan “hal-hal yang indah,” tapi juga Ia mencoba memperlihatkan medan perang se-realistis mungkin. Misalnya seperti kondisi penyelamatan para tentara yang terbilang mengharukan, atapun serangan bombardir yang kadang membuat kita terkejut. Dibanding “Interstellar,” saya lebih menyukai film ini. Mungkin masih terlalu cepat, but “Dunkirk” is the best so far for this year…
