Mendapatkan seorang anak adalah sebuah impian bagi sepasang suami istri yang mau menerusan keturunan mereka. “The Odd Life of Timothy Green” mengangkat sebuah fiksi fantasi tentang seorang anak yang dihadirkan dari alam semesta. Ia bernama Timothy Green.
James dan Cynthia Green, yang diperankan oleh Joel Edgerton dan Jennifer Garner, baru saja divonis dokter bahwa mereka tidak akan mungkin memiliki anak. Berat menerima fakta tersebut, keduanya terasa berat untuk menjalani pekerjaan mereka. James bekerja di sebuah pabrik pencil yang melegenda di Stanleyville, sedangkan istrinya bekerja di museum lokal setempat.
Sepulang kerja, Cynthia masih tidak dapat menerima kenyataan tersebut. James kemudian menghiburnya dengan mengajaknya bermimpi, lewat menuliskan kualitas-kualitas anak impian mereka selembar kertas. Darisana mereka masukkan ke sebuah kotak kayu dan dikuburkannya di kebun belakang rumah mereka.
Saat mereka tertidur, tiba-tiba hujan disertai guntur membasahi tempat tinggal mereka. James kemudian terbangun, dan mendapati rumah mereka dikunjungi sosok aneh. Mereka kemudian mendapati Timothy, yang diperankan oleh CJ Adams, yang hadir dengan tubuh yang dipenuhi tanah. Disaat yang sama, keduanya juga menyadari kalau Timothy muncul dari tempat dimana mereka mengubur kotak kayu mereka, dan disinilah cerita film ini berawal.
Cerita dalam film ini berawal dari sebuah ide Ahmet Zappa, yang kemudian dituangkannya ke dalam sebuah naskah film bersama Peter Hedges. Keduanya mengemas cerita ini dengan alur maju-mundur, dengan setting pasangan Green yang sedang menceritakan pengalaman parenting mereka yang sulit untuk dipercayai guna meyakinkan U.S. Adoption Services.
Sebuah film keluarga yang menarik. Saya menyukai bagaimana Garner dan Edgerton bisa menghadirkan sebuah chemistry yang membuat penonton tidak bosan lewat situasi mereka sebagai newbie dalam parenting. Karakter Timothy Green, yang diperankan CJ Adams, terus memberikan tanda tanya buat saya pada karakternya yang naif. Namun saya menyukai dengan selingan-selingan kisahnya yang memberi banyak arti buat orang-orang. Begitupun Dianne Wiest yang berperan lewat karakter yang sepintas antagonis namun berhasil diluluhkan oleh seorang Timothy Green.
Buruknya, cerita film ini kurang terlalu dikembangkan, sehingga terkesan dangkal. Ini terlihat dari titik puncak masalah yang ternyata hanya begitu saja. Akan tetapi, saya cukup menyukai tata sinematografi film ini yang digawangi John Toll, yang bisa menampilkan sederetan penggambaran cantik nuansa country North Carolina. Ini belum termasuk dengan proses pembuatan pensil yang menjadi ikon di Stanleyville pada opening credits film ini. Yang tidak boleh dilewatkan juga adalah iringan musik merdu gubahan Geoff Zanelli.
Secara keseluruhan, film berdurasi 105 menit bisa jadi tontonan keluarga yang menghibur. Ceritanya yang tidak rumit, kelucuan-kelucuan yang ditampilkan, hingga perpisahan yang membawa keharuan.