“Days of Heaven” patut dikatakan sebagai sebuah film klasik yang sangat indah. Film yang disutradarai Terrence Malick ini memberikan sebuah latar pemandangan perkebunan gandum di Amerika sepanjang film yang diambil dengan jarak jauh. Pengambilan gambar yang terkesan panorama ini mengalir dengan sangat indah seiring berjalannya cerita.
Film ini memulai dengan beberapa potongan foto-foto lama yang menggambarkan kehidupan petani dan pekerjanya di Amerika. Foto-foto tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang cukup berkesan sebelum masuk ke dalam cerita film ini.
Film ini sebetulnya berkisah tentang sepasang kekasih yang bernama Bill, yang diperankan oleh Richard Gere, dan Abby, yang diperankan oleh Brooke Adams, serta seorang adik perempuan Bill yang bernama Linda, yang diperankan oleh Linda Manz. Mereka bertiga hidup bersama di Chicago, dan Bill bekerja sebagai seorang pekerja pabrik. Suatu hari, karena kesal dengan ulah sang mandor, Bill tidak sengaja membunuh mandornya. Demi menyelamatkan diri, Ia mengajak Abby dan Linda untuk melarikan diri bersamanya.
Mereka bertiga tiba di sebuah pertanian, bersama para pekerja lainnya. Disana mereka bekerja untuk memanen gandum, menggiling, hingga menjadi bulir-bulir gandum yang siap dikarungi. Semuanya itu digambarkan Mallick dengan cukup detail, indah, dan sangat natural. Penonton akan terpukau dengan pemandangan-pemandangan indah, termasuk hewan-hewan ikut serta memenuhi film ini.
Pemilik pertanian tersebut, yang diperankan oleh Sam Shepard, ternyata menyukai Abby. Sejak kedatangannya, Ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Petani ini adalah seseorang yang kaya, dengan lahan gandum yang sangat luas dan sebuah rumah yang cukup mapan. Secara diam-diam, ternyata Bill mengetahui kalau sang petani ternyata mengidap suatu penyakit, yang membuatnya tidak akan lama hidup lagi. Bill kemudian menyuruh Abby untuk berpura-pura menjadi saudara perempuannya, dan menikah dengan sang petani, demi mendapatkan harta warisannya yang sangat besar.
Pernikahan akhirnya terjadi, dan konflik kemudian muncul. Bill, Abby, dan Linda mendapatkan suatu kehidupan yang berbeda. Mereka tidak harus bekerja, dan hanya mengisi hari-hari mereka dengan bermain saja. Tetapi sang petani merasakan sesuatu yang berbeda. Ia merasa Bill, yang merupakan saudara laki-laki Abby, bersikap tidak seperti kakak adik pada umumnya. Lama kelamaan, sang petani berusaha untuk menyimpan luka tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu, hal tersebut tidak mampu untuk dikontrol olehnya.
Film ini penuh dengan narasi Linda, yang akan menceritakan beberapa hal yang tidak digambarkan dalam film. Penonton sebetulnya jangan terkejut, karena film ini bercerita dari sudut pandang Linda. Sosok Linda yang pendiam, namun ternyata memiliki pandangan-pandangan yang cukup baik, yang terlihat dari narasi di film ini. Salah satunya narasi terbaiknya adalah, “Nobody’s perfect. There was never a perfect person around. You just got half devil and half angel in you.”
Secara keseluruhan, Terence Malick memberikan sebuah tontonan yang sangat indah. Rumah sang petani selalu menjadi sebuah perhatian di dalam film ini. Malick melakukan banyak pengambilan gambar panorama natural yang diambil dengan jarak jauh yang berlatar belakang rumah ini. Tidak hanya itu saja, Ia juga menggabungkan latar belakang yang indah dengan nuansa matahari terbenam, yang membuat film ini menjadi semakin lebih baik. Berkat kerja kerasnya, Ia mendapat penghargaan Best Director dalam ajang Cannes Film Festival.
Tata penggambaran yang sangat baik ini, dilakukan oleh Nestor Almendros, dan membuatnya memenangkan penghargaan Academy Awards untuk Best Cinematography. Film ini memang hanya mendapatkan 4 nominasi Academy Awards, yaitu Best Costume Design, Best Cinematography, Best Original Score, dan Best Sound. Memang bila disadari, keempat hal inilah yang paling mencolok dari film ini.
Kostum dari film ini juga sangat sesuai dengan setting dari ceritanya. Tetapi yang cukup memukau sepanjang film ini, adalah alunan musikk Ennio Morricone. “Days of Heaven” mungkin menjadi salah satu masterpiece terbaik sepanjang karir Morricone. Mendengar music film ini, penonton akan merasakan sesuatu yang berbeda mengalir dengan seirama jalan ceritanya. Sayang, Morricone gagal mendapatkan sebuah Oscar untuk masterpiece-nya ini, sebelum berhasil mendapatkan sebuah Honorary Award di tahun 2008 atas karya-karyanya.
Menyaksikan “Days of Heaven”, Saya tidak menyangka jika film ini dibuat pada tahun 1978. Untuk ukuran saat ini, film ini masih seperti layaknya film baru yang tidak memanfaatkan fasilitas CGI. Film ini memang terkesan timeless. “Days of Heaven” tidak akan bercerita dengan dialog-dialog panjang, tetapi dengan segala yang ditawarkan film ini, membuat anda akan terpana dengan naturalitas yang ada dalam film ini.