Ada empat kisah sedih yang diusung “Sad Movie”, yang meliputi pergumulan yang dihadapi empat pasang. Mulai dari hubungan keluarga, percintaan yang baru tumbuh, masalah ekonomi, hingga menunggu lamaran kekasih, menjadi keempat hal yang mewarnai ceritanya.
Cerita pertama adalah tentang Hwi-Chan, seorang putra tunggal yang haus akan perhatian Ibunya yang super sibuk. Suatu ketika, Yeom Ju-Young, ibu Hwi-Chan, mendapatkan panggilan dari wali kelasnya. Ju-Young menyadari akan kesibukannya dan mulai mencari cara untuk memperbaiki hubungan dengan putra tunggalnya. Disaat yang sama, tragedi menimpa Ju-Young dan Hwi-Chan menemukan berbagai macam fakta rahasia sang Ibu.
Cerita kedua terfokus pada Soo-Eun, perempuan bisu yang bekerja sebagai maskot di sebuah taman hiburan. Dibalik kostum boneka imutnya, Ia menyimpan perhatian pada seorang pelukis yang juga bekerja di sana. Ia secara diam-diam mulai mengambil gambar pelukis tersebut, dan secara agresif mencari perhatian pada pujaan hatinya itu.
Wajahnya yang tidak sempurna membuat dirinya hanya berani beraksi dengan boneka. Alhasil, Sang-Gyu, si sang pelukis, menjadi penasaran dengan wajah Soo-Eun. Ia berencana untuk melukis Soo-Eun sekaligus mengumumkan sebuah kejutan yang kurang mengenakkan di awal kedekatan mereka.
Cerita yang ketiga adalah kisah cinta Soo-Jung, saudari perempuan Soo-Eun. Soo-Jung berprofesi sebagai anchor berita untuk penyandang cacat, yang menerjemahkan berita dalam bentuk gerakan. Ia sudah memiliki kekasih bernama Jin-Woo, seorang petugas pemadam kebakaran. Soo-Jung sedang menanti lamaran Jin-Woo, sekaligus cukup kuatir dengan risiko dari profesi kekasihnya.
Terakhir, ada Ha-Seok, seorang pria yang pengangguran, namun masih mendapatkan pendapatan dengan menjadi human sandbag di sebuah sasana tinju. Ha-Seok sudah tiga tahun berpacaran dengan Suk-Hyun, seorang kasir di sebuah tempat perbelanjaan.
Suatu waktu, Suk-Hyun meminta untuk berpisah dengan Ha-Seok karena Ia sudah cukup lelah untuk berpikir tentang masa depan hubungan mereka. Ia menginginkan pasangan yang sudah memiliki pendapatan yang stabil, tidak seperti Ha-Seok. Ha-Seok kemudian berjuang menemukan cara demi menjawab keinginan pasangannya.
Kwan Kwon-Jong, sutradara sekaligus penulis naskah cerita ini, memberikan kesan langsung pada penonton akan tema film ini: kesedihan. Alhasil, film yang bertabur bintang pada jajaran pemainnya, seakan menguji tingkat kesedihan penonton. Bagi saya, formula ini kurang berhasil. Tingkat kesedihan lewat cerita yang diangkat Kwon-Jong ternyata tidak mencapai ekspektasi saya sebagai penonton. Walaupun setiap kisahnya tetap memiliki twist dalam meningkatkan ketertarikan cerita, sayangnya jalan ceritanya cukup mudah untuk terjawab.
Satu hal yang cukup saya senangi dari penceritaan melodrama Asia, terutama Korea, adalah bagaimana dramatisasi itu bisa hadir cukup menyentuh ke penonton. Mulai dari cerita yang kadang dapat tertebak, akting pemerannya yang cukup berkesan, alunan musik sedih, hingga adegan serta ungkapan yang mampu mengurai air mata. Sayangnya, “Sad Movie” kurang berhasil menyatukan itu semua dengan memuaskan.
Alangkah lebih baik bila Jong-Kwan tidak menghadirkan tema utama ini secara langsung, mungkin dengan merubah judul filmnya, sehingga tidak terlalu memberikan ekspektasi tertentu bagi penonton. Andai saja film ini dikemas dengan judul lain, dan dapat mengantarkan cerita sedihnya seperti “A Moment to Remember”, “Hello Ghost”, ataupun “Wedding Dress,” tentu akan menjadi lebih menarik. At the end, it’s just a sad story. A sad story which unfortunately lacks of these sad things.