Bagaimana bila seekor simpanse bisa memiliki kepintaran yang mendekati atau lebih dari manusia? Itulah yang diperlihatkan dalam “Rise of the Planet of the Apes.” Film ini merupakan sebuah sekuel tidak langsung dari “Planet of the Apes” di tahun 2001, sekaligus sebuah remake dari film buatan 1972 yang berjudul “Conquest of the Planet of the Apes.”
Cerita film ini berawal dari sebuah proyek penelitian yang dijalankan Will Rodman. Rodman, yang diperankan oleh James Franco, menemukan ALZ-112, yaitu sebuah obah yang diyaniki mampu memperbaiki jaringan otak. Sebelum diberikan pada manusia, obat ini dujicobakan pada seekor simpase. Awalnya percobaan ini terkesan berhasil. Namun, oleh karena usaha perlindungan pada anaknya, simpanse ini membuat seisi gedung ribut dan memberikan kegagalan bagi Rodman.
Simpanse tersebut kemudian diberi nama Bright Eyes, ini karena mata terang yang dimilikinya. Selidik punya selidik, ternyata Bright Eyes bertingkah karena ingin melindungi anaknya yang baru lahir. Kematian Bright Eyes kemudian membuat proyek Rodman digagalkan dan terhenti. Rodman kemudian membawa anak Bright Eyes untuk sementara tinggal di rumahnya.
Rodman tinggal bersama ayahnya, Charles Rodman, yang diperankan oleh John Lithgow. John menderita penyakit Alzheimer. Ia memperkenalkan bayi simpanse itu dan memberi nama Caesar. Caesar yang awalnya hanya tinggal sementara di rumah Rodman, ternyata menjadi anggota keluarga baru. Ia telah berubah menjadi seekor simpanse yang cerdas dan mengerti bahasa manusia. Selain itu, Rodman juga memberikan obat temuan pada sang Ayah, dan berhasil untuk jangka waktu yang lama.
Singkat cerita, Caesar juga menyatukan Rodman dengan Caroline Aranha, seorang dokter hewan yang diperankan oleh Freida Pinto. Keduanya sering mengajak Caesar untuk mendatangi sebuah hutan Redwood, agar Caesar dapat lebih mengenal dunia alam bebas.
Suatu ketika, Charles yang mulai kumat dengan penyakitnya, cukup nekat untuk kembali menyetir. Alhasil, Ia lepas kendali. Hal ini kemudian membuat adanya pertengkaran hebat antara Charles dengan seorang pemilik mobil. Caesar yang ada di kamarnya, memperhatikan peristiwa tersebut. Ia kemudian geram ketika menyaksikan Charles diperlakukan seperti itu. Ia kemudian menerjang pemilik mobil dan harus berakhir di sebuah tempat penangkaran satwa.
Hidup di penangkaran satwa ternyata membuat Caesar menjadi hewan besar yang kuat, pintar dan penuh dengan dendam. Salah satunya adalah Dodge Landon, yang diperankan oleh Tom Felton. Landon, yang merupakan penjaga tempat penangkaran satwa, sering memperlakukan para hewan dengan tidak baik. Setelah Caesar mampu untuk menguasai dan menyatukan para simpanse dan gorila di tempat itu, Ia kemudian merencanakan sesuatu yang lebih hebat: mengalahkan manusia.
Film ini disutradarai oleh Rupert Wyatt dan diperankan oleh jajaran aktor yang cukup dikenali di masanya: James Franco, Freida Pinto, Tom Felton, Brian Cox hingga John Lithgow. Sepanjang film ini, penonton akan ditekankan dengan transformasi Caesar, mulai dari sosoknya sebagai simpanse kecil yang manis, hingga menjadi pemimpin para simpanse. Andy Serkis memerankan sosok Caesar, dan lewat bantuan CGI, Ia berhasil disulap menjadi sosok seekor simpanse.
Sayangnya, film yang dihadirkan Wyatt selama 106 menit ini memiliki ritme yang begitu pelan. Ending film ini juga menggantung, seakan memberi sinyal kelanjutan kisah Caesar dan kawan-kawannya. Alhasil, film ini tidak buruk, tetapi agak cukup membosankan bagi saya. Menyaksikan simpanse-simpanse CGI sepanjang film dengan cerita yang berjalan pelan, hanya menjadi sebuah hal yang cukup membosankan.
Mungkin kita harus belajar dari pelajaran di masa lalu. Seri “Planet of the Apes” telah mencapi installment kelimanya untuk versi bioskop yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk serial televisi. Untuk versi bioskop, hanya “Planet of the Apes” buatan 1968 yang dianggap paling baik. Sisanya, punya kualitas yang semakin menurun, seperti yang dialam “Conquest of the Planet of the Apes” hingga “Battle for the Planet of the Apes.” Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah para pihak 20th Century Fox akan tetap melanjutkan usaha revival dari versi terbarunya atau hanya sekedar terhenti disini saja? We will see…