The Housemaid atau dalam hangul dikenal sebagai Hanyeo, merupakan sebuah film daur ulang dari sebuah klasik Kim Ki Young yang berjudul sama lima dekade sebelumnya. Film arahan Im Sung Soo ini terpilih sebagai salah satu kandidat official selection dalam Cannes Festival 2010, dan cukup mencuri perhatian dengan mengusung Jeon Do Yeon sebagai pemeran utamanya.
Kisah film ini terpusat pada sosok Lee Eun Yi, seorang wanita yang terpilih untuk menjadi asisten rumah tangga sebuah keluarga kaya. Ia mengetahuinya dari Byeong Sik, seorang wanita tua yang datang memberitahunya. Byeong Sik, yang diperankan oleh Yoon Yeo Jeong, merupakan asisten rumah tangga senior. Kehidupan Eun Yi, yang diperankan oleh Jeon Do Yeon, kemudian terfokus untuk mendampingi kehidupan keluarga kaya ini.
Sosok ayah adalah Hoon, yang diperankan oleh Lee Jung Jae. Hoon merupakan seorang pengusaha yang selalu berusaha mendapatkan yang Ia inginkan. Ia memiliki seorang istri yang tengah hamil tua bernama Hae Ra, yang diperankan oleh Seo Woo. Ia juga memiliki seorang putri yang baik hati bernama Nami, yang diperankan oleh Ahn Seo Yeon. Byeong Sik dan Eun Yi menjadi pembantu bagi kehidupan ketiganya.
Awalnya tidak ada sesuatu yang cukup mencurigakan. Namun, suatu ketika, Hoon ternyata mencoba untuk keluar batas. Kedatangan pembantu muda, ditambah kondisi istri yang hamil tua dan tidak mampu memuaskannya, membuat dirinya untuk “nakal” dengan melakukan hubungan dengan Eun Yi. Byeong Sik yang merupakan mata telinga serta mulut rumah ini menginformasikan kecurigaannya. Aksi nakal ini ternyata harus berakhir sampai ke tahap yang terlalu jauh, yang semuanya akan dijelaskan oleh film ini.
Im Sung Soo menyajikan sebuah tontonan yang mengalir dengan sangat lambat. Suasana thriller cukup memenuhi seisi film lewat adegan pelan yang disertai dengan iringan musik klasik gubahan Kim Hong Jib. Saya cukup terpukau dengan bagaimana Sung Soo mencoba menampilkan sebuah suasana yang dibuat seakan menegangkan lewat bird’s eye shots, apalagi ditambah dengan teknik pengambilan gambar yang seringkali diambil perlahan-lahan menjauh sebelum masuk ke adegan berikutnya.
Perlu diakui, Sung Soo cukup terfokus dengan setting film ini. Hampir sebagian besar film ini bersetting di rumah Hoon, dan entah kenapa adegan Eun Yi membawa nampan menjadi salah satu ikon. Chandelier juga menjadi salah satu item penting yang diandalkan, serta memberikan gambaran pada penonton layaknya observer dalam ceritnaya. Sung Soo juga cukup kontras dalam segi warna. Warna hitam dan putih memainkan peran yang cukup dominan dalam film ini, mulai dari pakaian para pemain hingga warna pada latar.
Sebagai salah satu film Korea Selatan pertama yang saya tahu, film ini menawarkan sebuah melodrama yang cukup mencekam, plus ditambah adegan-adegan yang dikemas begitu seksi. Kurang lebih ada sekitar tiga adegan seks dalam film ini, dan dua diantaranya digambarkan Hoon layaknya sebuah simbolisasi dari kekuasaan akan wanita.
Sebetulnya, “The Housemaid” ingin menggambarkan bagaimana kesenjangan golongan kaya dan miskin yang pernah terjadi di Korea Selatan pada era 60-an. Sung Soo melakukan sedikit improvisasi untuk menyesuaikan dengan apa yang terjadi saat ini, ketika perbedaan kesenjangan ini semakin berkurang lewat pertumbuhan kelas menengah. Film ini berusaha menampilkan banyak adegan se-realistis mungkin. Mulai dari adegan bunuh diri di awal film, lalu bagaimana Seo Woo yang terkesan memperlihatkan bahwa Ia hampir betulan hamil lewat pakaian yoga dan perut buncitnya, adegan pendarahan di bathtub, hingga adegan aborsi.
Sepanjang film ini, karakter Byeong Sik menjadi sosok pencuri perhatian saya. Aktris veteran Yoon Yeo Jeong memperlihatkan sebuah penampilan yang misterius, yang membuat saya terus berpikir di pihak mana Ia sebetulnya. Lain halnya dengan Jeon Do Yeon. Menyaksikannya untuk tampil dengan totalitas seperti ini, Do Yeon kembali membuktikan kiprahnya dan salah satu penampilan terbaiknya setelah “Secret Sunshine.”
Transformasi karakter Hae Ra yang diperankan Seo Woo juga cukup menarik. Seo Woo yang awalnya adalah seorang ibu muda polos yang berjiwa dewi, berubah seratus delapan puluh derajat lewat intimidasi sang Ibu. Sayangnya, karakter Hoon yang diperankan Lee Jung Jae, kurang terlalu punya porsi besar dalam cerita selain si biang kerok dan adegan-adegan panasnya. Tidak ketinggalan adalah sosok Nami, yang digambarkan Ahn Seo Hyeon sebagai anak kecil borju yang kelihatannya tengil, namun berhati baik.
Film berdurasi 107 menit memang bukanlah sebuah film yang dapat ditonton semua usia. Di balik daripada itu, saya cukup menikmati film ini. “The Housemaid” adalah salah satu yang terbaik dari sinema Korea yang saya tonton dan cukup setuju dengan pendapat yang mengatakan kalau film ini seksi, and it’s true… It is a sexy thriller. But, anyway, I loved tagline from this movie: “When opportunity knocks, answer at your own risk.”