Berawal dari kesuksesan podcast kumpulan stand up comedian asal Medan yang bernama “Agak Laen,” ternyata berlanjut ke layar perak. Ketiga dari mereka, sebetulnya sudah tidak asing berkat karya film sebelumnya, “Ngeri-Ngeri Sedap” yang sempat mewakili Indonesia di ajang Academy Awards. Pada versi ini, penonton kembali dibawa penuh tawa, lewat sentuhan horror dan sketsa komedi.
Cerita diawali dengan sosok Oki, diperankan oleh Oki Rengga, yang merupakan seorang narapidana dan sedang mencari kehidupan yang baru. Ia bekerja di sebuah pasar malam, sebagai target lemparan, yang bila kena, akan menceburkan dirinya ke bak air. Apes memang. Perlakuan pengunjung yang tidak karuan memancing emosinya, sampai-sampai Oki berupaya mengadu nasib dengan cara yang lain.
Ia kemudian mendatangi Bene, Boris dan Jegel, yang diperankan oleh Bene Dion Rajagukguk, Boris Bokir, dan Indra Jegel; yang juga merupakan sahabat karibnya. Bermaksud mencari pekerjaan, ternyata usaha yang dijalankan ketiga juga kurang beruntung. Ketiganya mengelola anjungan rumah hantu, yang sayangnya juga tidak menyeramkan.
Demi bisa ikut serta, Oki kemudian mencari ide yang mampu memberinya kontribusi. Ia menggadaikan sertifikat tanah milik Ibunya yang sedang sakit, demi memperbaiki anjungan rumah hantu. Malang, di tengah malam pembukaannya mereka ditempa insiden yang tak pernah mereka duga.
Ini merupakan film ketiga yang ditulis dan disutradarai stand up comedian Muhadkly Acho. Sebelumnya, Ia telah menghadirkan “Ghost Writer 2” dan “Gara-Gara Warisan.” Kali ini, menggandeng kelompok ‘Agak Laen’ terasa tidak terlalu sulit sepertinya, mengingat keempatnya memang sudah lucu dengan karakter mereka masing-masing.
Membahas ceritanya, sebetulnya “Agak Laen” memang tontonan yang agak ‘laen.’ Kombinasi horror komedi yang ditawarkan memang terasa berbeda. Saya rasa kekuatannya muncul dari setiap dialog beserta punchline yang disajikan dalam setiap sketsa. Misalnya saja ketika cameo Aci Resti yang melakukan roasting pada tiga personil Agak Laen yang tidak menyeramkan. Alih-alih ketakutan, ketiganya malah mendapat siraman rohani yang bikin kita tertawa.
Ada dua hal utama yang kurang saya sukai dari “Agak Laen.” Pertama, bagaimana film ini masih sempat-sempatnya memasukkan unsur promosi ke dalam ceritanya. Misalnya ketika kehadiran promosi aplikasi MyBCA ataupun AlfaGift. Kedua, materi komedi yang disajikan memang lucu, namun ketika masuk ke unsur politik, terasa hanya cukup mengena saat ini saja. Misalnya ketika membahas sosok Bapak Luhut yang serba bisa, mengenang Widji Thukul yang belum ditemukan, sampai menyentil Harun Masiku yang hingga hari ini belum ditemukan.
Seperti biasa, keunggulan lain dari “Agak Laen” adalah menghadirkan serangkaian cameo dalam filmnya. Mulai dari Aci Resti, Ge Pamungkas, Soleh Solihun, sampai Ernest Prakasa. Di sisi pendukung, kawanan stand up comedian juga mewarnai film ini. Ada Mamat Alkatiri yang memerankan karakter Beben, Arie Kriting yang menjadi Jongki, dan Arief Didu yang menjadi Basuki. Sebagai karakter pemanis, Tissa Biani, Anggi Marito dan Indah Permatasari, mewarnai cerita film ini.
Luar biasanya, “Agak Laen” berhasil masuk ke dalam jajaran film Indonesia terlaris sepanjang masa, walaupun belum berhasil menggeser “KKN di Desa Penari.” Keberhasilan ini juga membuktikan kalau genre komedi dan horor adalah dua terfavorit buat penonton di Indonesia. Bila kita menyaksikan 5 film Indonesia terlaris saat ini, mungkin hanya “Dilan 1990” yang bukan termasuk keduanya.
Sebagai penonton yang menyaksikan tidak dari layar lebar, “Agak Laen” tidak akan menawarkan pengalaman menonton yang membuatnya perlu ditonton bioskop. Melihat pola seperti ini, saya rasa ‘Agak Laen’ seharusnya tetap melanjutkan kolaborasi dalam film selanjutnya. Walaupun terasa overrated, setidaknya tontonan ini mampu menghibur saya.