Rasanya terlalu terlambat ketika Aardman Animation kembali ingin melanjutkan kisah “Chicken Run.” Lebih dari dua dekade, “Chicken Run: Dawn of the Nugget” meneruskan kisah yang dikemas bukan untuk penonton terdahulunya, melainkan generasi lanjutan dari penonton terdahulunya.
Ceritanya akan menghadirkan tokoh ayam baru, bernama Molly, yang disuarakan oleh Bella Ramsey. Molly merupakan anak dari Rocky dan Ginger, dua ayam dari seri terdahulu yang kini disuarakan oleh Zachary Levi dan Thandie Newton, yang ceritanya sudah hidup damai dengan rombongan ayam-ayam sebelumnya. Kelompok ayam ini menempati suatu pulau, dan terbebas dari ancaman manusia jahat.
Kehadiran Molly awalnya menarik, ketika sosok imutnya yang lucu hadir menggemaskan. Seiring besar, Molly semakin mirip dengan Ginger. Ia semakin keras dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Ia pun penasaran dengan situasi yang terjadi di luar pulau. Masalahnya, kedua orangtuanya menutupi cerita apa yang terjadi sebelumnya.
Celakanya, di sekitar pulau yang berisi kelompok ayam ini, dibangun sebuah pabrik nugget. Awalnya, ayam-ayam ini panik. Mereka membangun dinding besar dari dedaunan, guna menutupi eksistensi keberadaan mereka. Dampak lainnya, Rocky yang senang berkukuruyuk, juga dilarang.
Rasa ingin tahu Molly yang semakin besar, ternyata mengungkap cerita perjuangan ayam dari masa lampau. Semuanya Ia dengar dari Rocky. Akan tetapi, semua menjadi bencana. Rocky yang tanpa perhitungan, tidak menyadari bila ulahnya bisa berakibat fatal. Molly pun diam-diam kabur dari pulau, dan membuat bingung satu kelompoknya. Di tengah perjalanan solonya, Ia kemudian bertemu anak lain bernama Frizzle, disuarakan oleh Josie Sedgwick-Davies, dan menjalankan perjalanan mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam pabrik nugget. Molly tak menyadari jikalau kedua orangtua beserta beberapa ayam lain berupaya untuk menyelamatkannya dari bahaya manusia.
Film yang diusung dengan suguhan genre yang sama, paduan petualangan komedi berbalut animasi stop motion, menjadikan “Chicken Run: Dawn of the Nugget” jadi film untuk semua. Ceritanya yang kembali ditulis oleh Karey Kirkpatrick, namun kali ini bersama John O’Farrell dan Rachel Tunnard, menawarkan plot cerita petualangan pada umumnya. Yang pasti, akhirnya harus happy ending.
Apa yang membuat film ini menarik sebetulnya dari dialog-dialog komedi, terutama dari karakter Rocky, yang kurang perhitungan. Belum lagi dinamikanya dengan pasangannya, yang punya sifat sebaliknya. Kelucuan ini ditambah dengan cerita petualangan yang immortal, dimana karakternya tidak akan mati walaupun sudah menjalani beragam siksaan. Walaupun sedikit mengingatkan dengan sadisnya ‘Tom and Jerry,’ “Chicken Run: Dawn of the Midnight” menawarkan suguhan beda-beda tipis.
Secara penyajian, stop motion animation yang ditawarkan memang lebih meyakinkan dari sebelumnya. Cuma saja, film ini seperti dilanjutkan dengan babak yang baru. Rasa nostalgia yang dihadirkan di awal cerita, terasa jadi begitu saja dan kurang menyentuh. Apalagi mengingat target penonton film sebelumnya yang kini sudah pada dewasa. Sekuel ini tentu lebih cocok bagi anak-anak dari para target penonton film sebelumnya.
Ada satu set yang saya sukai dari film ini, yaitu bagian dari pabrik yang memberikan persepsi wonderland. Sepintas, penonton akan dibuat dengan situasi yang kok nyaman-nyaman saja, sampai akhirnya kemudian menyadari jika ayam-ayam di dalam pabrik telah dikendalikan dari kalung yang mereka kenakan. Persepsi yang nyaman ini sebetulnya sama seperti sentilan kehidupan kita saat ini: terasa baik-baik saja, walaupun sebetulnya bumi sedang tidak baik-baik saja.
Untungnya, tontonan segala usia ini masih memberikan pelajaran yang cukup berarti untuk target penontonnya. “Chicken Run: Dawn of the Nugget” masih mengajarkan jika seorang anak harus patuh dan menurut akan perkataan orangtua. Seperti Molly, yang terlalu diluar kendali dirinya sampai harus merepotkan kelompok ayamnya sendiri.
Pada akhirnya, “Chicken Run: Dawn of the Nugget” terasa berjalan begitu saja. Tak ada plot yang perlu dicemaskan, semuanya akan baik-baik saja untuk target penontonnya. Terlepas dari lumayan colorfulnya film ini, dalam perspektif saya, sekuel ini terasa kurang spesial dan sebetulnya tidak jelek juga.