Pernah tidak, dalam suatu kondisi, Anda menyadari memiliki koneksi dengan seseorang di masa kini yang mungkin terasa pernah saling terkait di masa yang lain? Di Korea, terdapat suatu istilah dalam Buddhisme yang dikenal dengan 인연 atau “Inyeon,” yang mengartikan akan suatu koneksi yang dimiliki oleh suatu individu akan individu atau hal yang lain, yang saling terkait mungkin dari kehidupan sebelumnya. Hal inilah yang diangkat oleh Celine Song dalam feature debutnya bersama A24 yang berjudul “Past Lives.”
Kisah ini terpusat pada hubungan sepasang remaja yang sebetulnya saling bersaing di kelas. Suatu ketika, Na-Young muda, diperankan oleh Seung Ah-Moon, menangis. Ia sedih ketika harus mendapat peringkat dua di kelas, setelah akhirnya Hae-Sung muda, diperankan oleh Seung Min-Yim, berhasil mengalahkannya. Walaupun demikian, keduanya tetap dekat sebagai sahabat yang sering pulang sekolah bersama. Sampai suatu ketika, keluarga Na-Young memutuskan akan meninggalkan Korea. Sang Ibu, yang diperankan oleh Ji Hye-Yoon, yang tahu jikalau Na-Young jatuh hati Hae-Sung, mempertemukan keduanya.
Singkat cerita, Na-Young tiba di Toronto. Ia pun masih mengejar ambisinya untuk menjadi seorang penulis. Sampai ketika dewasa, Na-Young dewasa yang kini dikenal sebagai Nora, yang diperankan oleh Greta Lee, memutuskan untuk pergi ke New York. Ketika Ia tinggal di New York, Ia masih aktif untuk saling terhubung dengan sang Ibu secara daring yang tanpa sengaja membuatnya terhubung dengan cinta pertamanya, Hae-Sung, yang kini diperankan oleh Teo Yoo.
Film ini ditulis dan disutradarai oleh Celine Song, yang sebetulnya dapat dilihat sebagai semi-biografi dari kehidupannya. Pada penceritaannya, Song banyak terfokus dalam menggali antara orang-orang yang memutuskan menjadi imigran dari Korea dengan mereka yang masih tinggal disana, melalui potret Nora dan Hae-Sung. Nora yang masih sibuk dan ambisius mengejar mimpi-mimpinya, sedangkan Hae-Sung dengan kesibukannya yang tetap biasa-biasa saja.
Walaupun terasa sebagai sebuah tontonan romansa, “Past Lives” memang dikemas tidak biasa. Celine Song menggandeng sinematografer Shabier Kirchner, yang sebelumnya mengerjakan proyek antologi Steve McQueen “Small Axe.” Dalam penyajiannya, film ini hadir dengan menyajikan detil-detil situasi lewat perpidahan adegan khas yang dikemas dengan tegas. Maksud saya, ketika misalnya cerita berpindah pada set kamar Hae-Sung, film ini masih sempat menjelaskan situasi dengan terfokus pada memperlihatkan situasi langit dari sudut jendela, lalu ke gelas yang berisi air putih yang hadir, sampai akhirnya terfokus pada Hae-Sung yang kemudian memeriksa update dari gawainya. Formula ini dipakai beberapa kali yang memberikan rasa artistik tersendiri dalam penyajian “Past Lives.”
Yang menarik, “Past Lives” hadir dengan alur yang tidak ruwet. Awalnya saya mengira jika film ini akan banyak maju-mundur untuk membahas masa lalu Nora. Yang ada, film ini akan membahas ceritanya secara cukup merunut, yang dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar: dari masa 24 tahun sebelumnya, lalu 12 tahun sebelumnya, dan masa kini.
Begitu pula dengan penceritaannya. “Past Lives” lebih banyak berbicara melalui tindakan ketimbang dialognya, yang membuat penonton harus memperhatikan gerak-gerik tatapan Nora dan Hae-Sung yang banyak makna, yang seraya tak mau diungkapkan.
Cerita juga semakin menarik ketika sosok Arthur, yang diperankan oleh John Magaro, hadir sebagai suami Nora. Arthur secara gamblang memposisikan dirinya terjebak dalam suasana nostalgia cinta pertama Nora dan Hae-Sung. Apalagi ketika menyaksikan dirinya yang cukup cemas kehilangan Nora, walaupun Ia punya toleransi yang amat besar untuk mengizinkan pertemuan keduanya. Kondisi ini seakan membuat penonton seakan memposisikan Arthur sebagai si orang ketiga, walaupun pada konteksnya, Nora dan Hae-Sung tidak akan mau jauh lebih dari itu.
Secara keseluruhan, “Past Lives” hadir sebagai film romansa yang tidak biasa. Walaupun penonton tidak akan diberikan dialog-dialog ‘panas’ seperti layaknya “Marriage Story,” ataupun se-’gombal’ “Dilan,” film ini justru bermain di ranah yang cukup tenang nan elegan. Penegasan kisah yang dikemas jelas malah memancing banyak ketertarikan melalui ragam pertanyaan yang pada akhirnya akan menyimpulkan jikalau hubungan Nora dan Hae-Sung adalah bentuk nyata lain dari Inyeon. Wonderful!