Cerita tentang cinta memang tidak akan pernah habis. Kali ini, saya akan mengajak Anda dengan film buatan Tiongkok berjudul “My Blue Summer.” Film ini akan membawa penontonnya ke dalam cerita cinta Luo Zhi.
Luo Zhi, diperankan oleh Sophie Zhang, merupakan seorang anak perempuan yang ceria. Ia tak sabar untuk menunggu Ayahnya pulang. Tiba-tiba, telepon berdering. Sang ayah memberitahu Luo jika Ia tidak bisa pulang cepat. Konsekuensinya, sebuah hadiah mahal menjadi imbalannya. Malang, tak ada yang pernah menyangka jika Ia adalah telepon terakhir ayahnya.
Kehidupan keluarga Luo Zhi yang harmonis, berubah total. Ia harus berhadapan dengan Ibu yang berubah 180 derajat, dikarenakan sibuk mengurus hak pertanggungjawaban dari kematian sang ayah. Singkat cerita, di tahun 1998, Luo Zhi diajak sang Ibu ke sebuah pesta. Disana Ia bertemu dengan seorang anak laki-laki menawan. Mereka bermain bersama. Ternyata, kehadiran sang Ibu adalah untuk mencari bapak si pemilik perusahaan. Anak laki-laki tersebut juga merupakan anak si pemilik perusahaan ini.
Okay, ini belum terlalu membuka banyak bagian cerita di film ini. Tapi, singkat cerita, Luo tidak pernah bertemu dengan anak laki-laki tersebut. Sampai suatu ketika, 10 tahun kemudian, seorang anak murid baru tiba-tiba membuat kejutan. Ia tak hanya pintar, tapi juga meraih posisi pertama di angkatannya. Ia bernama Sheng Huainan, diperankan oleh Xin Yunlai, laki-laki yang selama ini menjadi tambatan hari Luo Zhi.
Jika Anda sudah membaca premis diatas, Anda mungkin menerka jika cerita ini akan terkait dengan masalah hati dan keluarga. Tepat! “My Blue Summer” diangkat dari sebuah novel karangan Bayue Changan yang berjudul “Unrequited Love.” Film ini kemudian diangkat ke layar lebar oleh sutradara Huang Bin.
Ngomongin plotnya, film yang berdurasi 103 menit ini punya banyak detil yang tidak boleh dilewatkan. Cerita film ini akan hadir secara flashback, dan membawa kita kembali ke beberapa periode. Mulai dari tahun 1998, 2008, sampai tahun 2018, ketika animator Isao Takahata tutup usia. Lho, kok bisa nyambung ke Takahata? Jadi, film ini akan sedikit mereferensikan film animasi Takahata yang berjudul “Only Yesterday.” Animasi inilah yang menjadi penghubung antara Luo Zhi dan Sheng Huainan.
Secara penyajian, saya amat jatuh cinta dengan penggarapan yang luar biasa. Luar biasa disini tidak hanya dari cerita dengan plot yang mengejutkan, tetapi juga penggambaran adegan demi adegan yang rapi dan romantis. Semuanya pun dibalut dengan score-score dari Chen Jianqi dan Luo Enni, yang seperti mengajak kita dengan drama-drama romantis Asia lainnya. Dari segi soundtrack, ada dua track yang terbekas dalam benak saya. Pertama, ‘Crush’ yang dinyanyikan oleh Jane Zhang, dan yang paling epic adalah ‘Before Tears Fall Down’ yang dinyanyikan Silence Wang. Lagu dari Wang terasa yang paling menancap seiring hadir pas di titik klimaks ceritanya.
Bicara penampilannya, chemistry yang dihadirkan Sophie Zhang dan Yunlai Xin terasa pas. Tidak kurang maupun berlebihan. “My Blue Summer” memang dikemas sebagai tontonan yang tak perlu disensor. Setidaknya, keduanya terasa berhasil untuk memerankan sosok kedua pemeran utama di film ini.
Kisah Luo Zhi dan Sheng Huainan dalam “My Blue Summer” mungkin akan terasa familiar dengan cerita cinta lainnya. Tapi yang menarik dari “My Blue Summer,” seiring dengan cerita yang membuat kita terpana dengan arus cerita yang terasa kebetulan dari versi Luo, ternyata tidak seindah itu. Dalam perspektif yang lebih luas, ternyata banyak hal yang tak disadari Luo.
Pada akhirnya, “My Blue Summer” dengan manis menutup ceritanya. Film ini dengan mudah memikat saya, dan membuat saya berpikir bahwa jika banyak hal kebetulan, hanya akan terjadi di film. Bukan realita. Jika pun iya, peluangnya akan jadi amat-amat kecil. Sebagai penutup, ada salah satu kutipan menarik dari film ini: “Romance really means that you want to continue living, so that you can be with me every day.”